Sabtu, 8 Februari 2020. Untuk kedua kalinya, novel The Secret of Room 403 “mentas” dalam acara bincang buku. Setelah sebelumnya, dua tahun lalu tepatnya, buku ini dibedah dihadapan 300-an pelajar, pada acara Promosi Minat Baca yang digelar DPAD Kabupaten Bintan.
Hanya bedanya, kali ini skup-nya kecil saja. Diadakan di Breaktime Cafe, dihadiri oleh 20an orang pegiat literasi, teman-teman jurnalis dan juga blogger. Namun, jumlah yang kecil itu bukanlah halangan, untuk membuat acara yang dimoderatori Akbar Prasetiyo ini tetap terasa meriah.
Alhamdulillah, sejak pukul dua siang sampai lima sore, acara bincang buku berlangsung santai, seru, penuh gelak tawa. Mungkin, karena acara ini memang dikemas non formil, bebas dari seremoni, dan bertabur hadiah (ya, saking banyaknya hadiah, semua yang dateng kebagian).
hadiah doorprize |
Dalam hal ini, saya harus banyak-banyak berterima kasih kepada FTBM Tanjungpinang, khususnya kepada ketuanya Akbar Prasetiyo yang sudah menggagas acara ini, dan telah bertungkus lumus dalam persiapannya.
Akbar (rompi warna cream) |
Di postingan saya ini, sepertinya saya tidak akan bercerita terlalu banyak tentang acaranya. Begitupun tentang novelnya. Mengingat, novel ini juga bukan novel terbaru saya. Hanya saja, diantara semua novel saya, saya memang merasa novel ini yang layak untuk dibincangkan pada even-even literasi.
baca juga : Dibalik penulisan novel The Secret of Room 403 bagian 1 dan bagian 2
Saya mencoba merangkum beberapa pertanyaan dari peserta, berikut jawaban yang saya berikan, baik yang terkait novelnya, maupun seputar dunia menulis. Siapa tahu, rangkuman ini ada manfaatnya bagi pembaca blog saya, khususnya yang butuh motivasi dan tips dalam menulis buku.
baca juga : Dibalik penulisan novel The Secret of Room 403 bagian 1 dan bagian 2
Saya mencoba merangkum beberapa pertanyaan dari peserta, berikut jawaban yang saya berikan, baik yang terkait novelnya, maupun seputar dunia menulis. Siapa tahu, rangkuman ini ada manfaatnya bagi pembaca blog saya, khususnya yang butuh motivasi dan tips dalam menulis buku.
Novel ini mengambil latar di Tanjungpinang. Boleh tahu alasannya?
Karena saya ingin memperkenalkan kota kelahiran saya kepada pembaca. Tentang tempat-tempat wisatanya yang indah, kulinernya, juga kultur sosialnya. Selain Tanjungpinang, saya juga bercerita tentang daerah lain di Kepri seperti Batam dan Bintan. Saya merasa perlu memperkenalkan Kepri, karena sampai hari ini, masih ada yang belum tahu bahwa Pangkal Pinang berbeda dengan Tanjungpinang. Dan menganggap bahwa Provinsi Riau sama dengan Kepulauan Riau.
Untuk kisah Tanjung Tritis, darimana kakak mendapat idenya, karena untuk bagian ini, kisahnya cukup seru dan menegangkan. Bahkan ada adegan pembantaian segala.
Ini memang berasal dari kisah nyata. Jadi sekitar tahun 1984, terjadi peristiwa yang cukup heboh di Tanjung Priok. Namun, kisah itu sama sekali tidak boleh diekspos. Bahkan tabu untuk dibicarakan kala itu. Barulah setelah era Orde baru berakhir, saya bisa menemukan referensi tentang peristiwa tersebut secara lengkap. Dan saya ingin, generasi sekarang juga tahu sejarah kelam yang pernah terjadi di masa lalu.
Diantara semua novel kakak, yang mana menurut kakak yang terbaik?
Terbaik di sini, indikatornya apa dulu nih? Kalau dari sisi prestasi, selain The Secret of Room 403, beberapa novel saya lainnya, Alhamdulillah juga ada yang memenangkan kompetisi. Contohnya Jasmine yang memenangi LMNI tahun 2010, novel Ping yang juara 1 lomba novel remaja, ada juga A Miracle of Touch yang menang lomba novel amore berbakat di Gramedia, dan sebagainya.
Kalau dari sisi keterjualan, yang paling laris adalah novel saya Yang Kedua. Padahal, temanya sih umum, tentang hadirnya orang ketiga dalam pernikahan. Dan genrenya romance. Ternyata tema dan genre begini yang banyak peminatnya. Padahal, novel-novel seperti Jasmine dan The Secret of Room 403, proses penulisannya jauh lebih berat.
Bagaimana kakak membagi waktu dan tetap konsisten menulis?
Saya selalu mengikat diri dengan target. Karena aslinya, saya juga bukan orang yang disiplin. Itu sebabnya, saya selalu mencari info tentang lomba-lomba menulis. Kenapa? Karena lomba punya deadline, sehingga kita pun harus memaksa diri agar bisa menyelesaikan tulisan tepat waktu. Inilah yang kemudian mendidik saya agar konsisten. Misalnya deadline lombanya tiga bulan, maka saya harus konsisten menulis sekian lembar sehari agar novel saya bisa selesai sebelum deadline.
Apa strategi kakak dalam menerbitkan buku?
Sejak pertama menulis novel, saya memang menyasar penerbit major. Selain karena waktu itu memang belum banyak informasi beredar tentang penerbit indie, saya juga bukan orang yang jago jualan. Jadi, dengan menerbitkan di penerbit major, saya nggak perlu pusing lagi dengan urusan pemasaran dan distribusi. Sedangkan kalau di penerbit indie, saya harus mampu memasarkan sendiri.
Kak, saya sering menulis renungan-renungan dalam tulisan pendek, seperti status-status socmed gitu. Apakah ini kalau dikumpulkan, layak untuk dibukukan?
Layak sekali. Bahkan saat ini, sepertinya buku kumpulan inspirasi yang pendek-pendek begini memang lagi happening. Kalau pernah baca buku NKCTHI, itu isinya kutipan-kutipan pendek, dan bukunya best seller bahkan difilmkan.
Saya sendiri juga pernah menulis dan menerbitkan buku seperti itu, yang isinya kumpulan inspirasi dalam kalimat-kalimat pendek, yaitu yang judulnya Karena Hidup hanyalah Sebuah Persinggahan (duet bersama Shabrina WS), dan Hanya CintaNya, Tujuan Jiwa Ini Terlahir (duet bersama Risa Mutia).
Saya sering mengalami kebuntuan dalam menulis. Kakak apa pernah mengalaminya juga, dan bagaimana cara mengatasinya?
Saya cukup sering mengalaminya. Jika benar-benar buntu, saya akan tinggalkan naskahnya, lalu baca lebih banyak buku untuk memancing ide baru supaya bisa melanjutkan naskah itu. Tetapi, untuk mengantisipasi agar nggak keseringan macet, saya tulis kerangkanya dulu sebelum menulis. Atau outline. Jadi, kalaupun macet, minimal saya masih punya pedoman agar naskahnya nggak terlalu jauh melenceng.
Dari 27 buku yang sudah kakak tulis, apakah punya pesan-pesan moril tertentu?
Alhamdulillah, 27 buku tersebut, punya 27 pesan moril yang berbeda. Dan salah satu niat saya dalam menulis, memang untuk menyampaikan pesan moril lewat novel-novel saya. Contohnya, novel the Coffee Memory yang mengandung pesan tentang kemandirian dan keteguhan wanita, novel Jasmine tentang bahaya human traficking, novel The Secret of Room 403 tentang tidak ada yang mustahil di dunia ini selama kita mau terus berdoa dan berusaha, dan sebagainya.
Sebenarnya masih ada beberapa pertanyaan lagi, tetapi sepertinya cukup saya nukil mana yang penting-penting. Dalam acara ini kami juga sekaligus memperkenalkan Taman Baca Masyarakat, apa fungsinya dalam mengembangkan minat dan budaya literasi, dan harapan-harapan terkait peningkatan minat membaca dan menulis di masyarakat. Ke depan, kami juga sudah merencanakan kegiatan-kegiatan literasi lainnya yang murni didedikasikan untuk masyarakat. Mohon doanya agar semangat kami enggak kendor dan kegiatan-kegiatan ini dapat terealisasi dengan baik, ya.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah mendukung acara ini, yaitu Kantor Bahasa Kepri, Penerbit Indiva, dan media televisi setempat.
Berikut cuplikan acara yang diliput dan tayang di TV Kepri, (ada sedikit kesalahan saat penyiarnya menyebut kalo saya mulai menulis sejak tahun 2016. Yang bener sejak 2006. Tetapi, nggak apalah, minimal udah masuk teve, meskipun baru teve lokal. Semoga kedepan bisa masuk teve nasional yak :D)
Mengikat diri dengan target, mau ga mau harus kita menej ya Mba, kalo ga keteteran tuuh. Pokonya keren dan sukses selalu yaaa
ReplyDeletewaaah membanggakan sekali yaa mba bisa membahas buku karangn kita dengan publik yaaa. apalagi kalau crowdnya asyik yaaa mba..sukses selaluuu
ReplyDeletesaya harus berguru nih sama mbak, yang sudah berhasil menulis dan menerbitkan buku. Cita-cita aku saya yang belum kesampaian sampai sekarang.
ReplyDeleteMasyaAllah TabarokAllah, kerennya dirimuuu Mak.
ReplyDeleteBisa sekaligus memperkenalkan kota kelahiran lewat novel ya
Juaraaaa!
Jadi di dalam 1 buku ini ada 27 kisah berbeda? Menarik juga. Sukses ya, Mbak.
ReplyDeleteSenang deh dengan novel yang ambil latar suatu daerah dan bukan hanya tempelan aja. Jadi kita bisa bayangin gimana keadaan di sana
ReplyDeleteHebat banget mbak, bisa membuat novel dengan tema berat seperti itu.
ReplyDeleteAku jadi kepo nih sama novel Yang Kedua soalnya ngebahas tentang pernikahan dan genre romance memang favorite aku banget hehehe
Jadi kangen ngobrol-ngobrol sambil bincang buku ama kak Ria lagi deh. Aku selalu suka novel-novel lak Ria yang bersetting Tanjungpinang. Ngebacanya tuh jadi berasa deket gitu.. Hehehe
ReplyDeleteOMG mba 27 buku. Keren banget ya. Smoga aku terinspirasi dan tertular semangat bahagianya
ReplyDeleteWah jadi ingat punya novel Secret of Room 403 ini tapi belum sempat dibaca. Gara-gara begitu datang, ada adik yang juga pas berkunjung. Dibawa lah buku ini ke kotanya dan selalu lupa dibalikin ke saya.
ReplyDeleteKeren mba Ria nih udah menerbitkan 27 buku, dan yang Yasmine aku penasaran isinya mbak. Masih adakah di tokbuk?
Selalu excited kalau ada acara bincang buku atau bedah buku. Dialog langsung itu kesan & pemahaman kita jadi beda dibandingkan dengan group chat. Excitementnya terasa terus meski acara sudah selesai.
ReplyDeleteSaya selalu angkat topi sama teman-teman yang keren banget berkali-kali menelurkan buku atau novel.
ReplyDeleteSaya mah baru mikirinnya aja udah sakit kepala.
Suka menulis, tapi belum bisa menerima tantangan menulis buku
Mbakkk, aku baca loh novel Yang Kedua dan suka banget dengan cara Mbak mengolah cerita. Mbak Riawany ini salah satu penulis favoritku dan terinspirasi menulis novel ya salah satunya karena baca novel Mbak. Next mau baca juga yang secret of room 403 ini
ReplyDeleteTidak ada yang mustahil di dunia ini. Mpo percaya ada tangan tuhan yang selalu bekerja membantu kita bila kita terus berusaha.
ReplyDeleteSecret of room 43 membagikan semangat motivasi di tengah keputus asaan menghadapi kehidupan yang keras
Keren banget mbak, perlu Dewi bookmark deh supaya Dewi selalu bisa baca lagi dan lagi, kan gitu makin termotivasi menulis dan menghasilkan karya seperti ini������
ReplyDeleteSuka sm cara dikau mbk yg mengikat diri sama target lewat ngikut lomba2. Boleh nih aku praktekin. Makasih sharenya yak. Makin sukses mbk Elyta insyaAllah aamiin
ReplyDeleteWah mamtaps mba..saya blm pernah nulis fiksi nih imajinasinya hrs kuat ya..hihi..
ReplyDeleteWuih 27 buku luar biasa itu. Kaya akan prestasi juga nih Si Kakak. Layak dijadikan narasumber kelas nasional dong...
ReplyDeleteSelamat Mba untuk acara bincang bukunya. Keren banget udah publish banyak buku :)
ReplyDeleteWah ini nove; mbak Ria juga?
ReplyDeleteDari judul dan covernya kek mengandung mistera2 gtu ya? Jd penasaran sama isinya.
Wah time manajemennya bagus ya, krn mesti ada target2 gtu. Gak tau knp saya nih susah sekai patuh sama target, ada saran gak? xixixi
Duuh ternyata saya baru tau kalau Pangkal Pinang berbeda dengan Tanjungpinang. Tutup muka pakai bantal hihihi.
ReplyDeleteDengan membaca buku ini sekaligus memperkenalkan budaya dan kebiasaan di sana ya..
Wah keren banget sih mba sudah menghasilkan beberapa buku. Btw aku penasaran deh sama full kisah dari buku Secret room itu kok sekilas kaya menegangkan gitu ya.
ReplyDelete