"Ma, nonton film Superman yuk." Ajak si sulung tempo hari.
"Yakin mau Superman, nggak mau yang lain, Jurassic misalnya."
"Nggak. Superman aja."
Maka, jadilah kami sekeluarga ke bioskop weekend kemarin dan nonton Film Superman terbaru itu. Saya juga penasaran, karena katanya ada muatan kritik Israel dan pro Palestina.
2 jam berlalu terasa cepat. Alur filmnya seru dan padat. Nyaris tak ada celah untuk sejenak berehat. Namun begitu, nuansa film dibuat lebih fresh, ringan dan kekinian.
Setelah nonton, jujur, dari kemarin udah nggak tahan hati mau menuangkan pendapat saya tentang film ini 😁 .
Dalam beberapa artikel dan review, sutradaranya James Gunn menampik kalo film ini ada kaitannya dengan eskalasi Israel, dan naskahnya udah kelar sebelum konflik Timteng membara.
Tetapi, setelah menontonnya sampe habis, sulit rasanya untuk bersepakat dengan dalih Gunn. Toh, sebagai penonton, sah-sah aja kita berinterpretasi sesuai apa yang kita tangkap dan rasakan. Dan buat saya, terdapat beberapa muatan simbolik yang cukup kentara dalam film ini.
Rada kepanjangan ya prolognya, hihi. Langsung ajalah kalau begitu. Berikut opini saya :
Pertama - sosok hero yang lebih manusiawi
Sedikit mengejutkan, Gunn memosisikan sang Superman sebagai 'pendatang' alias imigran. Padahal selama ini, film-film Amerika selalu mendiskreditkan kaum imigran. Apakah ini bermakna Gunn tengah memberi ruang sudut pandang yang lebih manusiawi untuk imigran? Entahlah.
Sosok Superman sendiri digambarkan lebih humanis, nggak terlalu didewakan seperti stigma Superman selama ini. Entah karena juga menyesuaikan dengan jaman, warga bumi masa kini di film ini juga digambarkan lebih 'memanusiakan' Superman.
Ada adegan ketika Superman tengah bertarung, warga justru sibuk memotret, ada anak kecil yang berani mendekat, dan ketika fitnah tentang Superman menyebar, ada kakek yang melempar Superman dengan kaleng minuman.
Sosok Lois Lane, alih-alih digambarkan tergila-gila dengan Superman, justru terkesan acuh-acuh butuh.
Untunglah, adegan Superman sebagai Clark Kent nggak terlalu banyak. Buat saya, adegan dialog Clark Kent dan Lois Lane terasa agak garing dan kurang natural.
Superman juga tak lagi menjadi superhero dan magnet tunggal cerita. Dia digambarkan bisa lemah dan kalah, dan selalu dikelilingi oleh pertolongan pihak lain.
Tokoh-tokoh lain dalam cerita, punya peran dan karakter yang kuat sehingga sosok Superman tak lagi terasa dominan.
Di akhir cerita, Superman bahkan digambarkan memiliki sisi kekanak-kanakan saat ia merasa tenang dengan melihat video masa kecilnya bersama ortu angkatnya
Kedua - Boravia dan Jarhanpur, alegori dari Israel dan Palestina?
Kedua negara fiksi ini dan konflik yang terjadi, memang sulit untuk tidak mengingatkan kita pada situasi Israel - Palestina saat ini. Semua adegan serasa familier, seperti saat presiden Boravia pidato berapi-api di layar kaca, serangan tentara Boravia dengan tank2 ke Jarhanpur, dan kemunculan representasi USA (yang tidak difiksikan) yang menyokong Boravia. Keberpihakan sutradara terhadap negara yang dianggap lemah, sepertinya coba diwakilkan lewat adegan Justice Gang yang membantu warga Jarhanpur mengusir tentara Boravia dan presiden Boravia yang kemudian dilenyapkan.
Ketiga - USA yang tak lagi superpower
Dalam film-film Superman terdahulu dan banyak film hero hollywood, selalu menggambarkan USA sebagai negara digdaya dan superpower. Namun, vibes itu tak lagi terasa di film ini. Entah apa yang ada di benak sutradara, saat adegan mendekati akhir, dua orang yang mewakili pemerintah USA bilang, bahwa metahuman-lah yang akhirnya menang. Saya lupa dialog persisnya apa. Seakan menggambarkan bahwa USA bukan lagi negara antikalah dan antibadai. Trus yang ngomong itu berwajah etnis, apa ini juga simbol dari hubungan perang dagang USA - China ? Entahlah.
Keempat - Kombinasi real dan fantasi yang rada membingungkan
Ini saya rasakan saat melihat adegan monyet-monyet yang menjadi buzzer ujaran kebencian kepada Superman atas perintah Lex Luthor, sementara seluruh staf pembantu Luthor adalah manusia.
Kenapa harus monyet yang jadi buzzer? Apa ini lagi-lagi simbol dari karakter buzzer yang dianalogikan Dunn dengan karakter monyet? Entahlah juga.
Terlepas dari opini di atas, saya merasa terhibur dengan film ini. Pemerannya pas dan aktingnya natural. Visual sepanjang cerita terasa indah dan kekinian. Setiap kali sosok Superman muncul dari balik awan diiringi backsound ikoniknya itu, saya sontak merasakan gelora harapan dalam dada. Gelora yang tak pernah padam sejak pertama kali menonton Superman saat SD dulu. Harapan agar Superman menang melawan musuh-musuhnya.
Sebagai film hero, apakah ini juga simbol dari harapan manusia akan kemenangan atas kejahatan dan kekacauan di dunia? Lagi-lagi entahlah.
Kita bisa saja berandai-andai, bahwa simbol-simbol yang tersebar dalam film ini adalah cara Dunn untuk menyuarakan nuraninya. Walau bisa jadi juga, ada propaganda lain yang terselubung.
Sepertinya, film Superman yang satu ini berpotensi untuk jadi yang memorable, dan terbukti sampai hari ini masih merajai box office film bioskop di banyak negara.
No comments