13 November 2015. Pada hari itu, dinding akun saya dipenuhi
ucapan selamat hari lahir dari teman-teman facebook, baik yang kenal dekat, kurang dekat, juga yang hanya sesekali berinteraksi. Tak hanya ucapan
selamat, tetapi juga diiringi doa-doa kebaikan. Inilah salah satu sisi plus
sosial media. Sepuluh tahun lalu, hanya orang-orang terdekat yang tahu kapan
hari kelahiran kita dan mengucapkan selamat serta doa. Tetapi sekarang, ada
puluhan, bahkan ratusan juga ribuan orang yang menyampaikannya melalui sosial
media.
Memang, tak semua orang menganggap penting arti hari
kelahiran. Tak sedikit pula yang mengatakan, kebiasaan mengucapkan selamat hari
lahir dan merayakannya tak pernah ada dalam ajaran Islam. Jadi, tak perlulah
menjadikannya kebiasaan hanya karena kelaziman dan ikut-ikutan.
Tetapi, saya tak ingin memperdebatkan hal itu. Saya hanya
ingin membincang apa yang saya lakukan pada hari pengulangan tanggal kelahiran
itu, sebelas hari yang lalu.
Tidak. Saya tidak merayakannya. Tidak dalam bentuk perayaan
kecil sekalipun. Tetapi saya menjadikannya sebagai momentum. Momentum untuk
bermuhasabah, bersyukur dan mendoakan.
Ya. Pada hari itu, saya melonggarkan sedikit waktu untuk
mengingat kembali apa yang sudah saya lakukan pada tahun-tahun yang terlewati. Meriung pertanyaan memenuhi benak saya : Sudahkah tahun demi tahun
yang terlewati, saya isi dengan hal-hal bermanfaat? Sudahkah kualitas iman
dan ibadah saya bertambah? Sudahkah saya beranjak dewasa, dewasa dalam
pengendalian diri dan emosi, akhlak dan perilaku juga dalam pengambilan
keputusan? Sudahkah saya mampu menyusun skala prioritas dengan benar atau masih
kebingungan menentukan arah? Sudahkah niat saya lurus? Sudahkah saya ikhlas?
Dan seterusnya.
Nyatanya, masih terlalu banyak yang perlu saya benahi. Masih
banyak kelemahan diri yang menuntut introspeksi. Juga harapan-harapan dan mimpi-mimpi yang
belum terpenuhi.
Pada hari itu, saya meluangkan waktu untuk bersyukur.
Mensyukuri semua anugerah dan karunia yang Allah berikan sejak tangis pertama
saya berkumandang di dunia hingga usia saya tak bisa lagi disebut muda. Dan
pada titik ini, air mata saya tak kuasa saya bendung.
Nyatanya, terlalu banyak yang Dia berikan, dan masih terlalu
minim, pengabdian yang bisa saya persembahkan untukNya. Masih banyak perbuatan
yang tak semata-mata saya niatkan hanya karenaNya, melainkan masih
bercampur-campur dengan hasrat keinginan akan eksistensi, materi dan
juga ambisi.
Pada hari itu juga, saya mengaminkan semua doa kebaikan yang
diucapkan banyak orang, tanpa saya peduli apakah doa itu memang tulus atau
sekadar formalitas. Saya bermohon kepadaNya agar semua doa itu kembali memantul
pada mereka yang mengucapkan. Andai keberkahan yang mereka doakan, maka
keberkahan itu jugalah saya pintakan agar terwujud pada mereka yang mendoakan.
Memang, tak dianjurkan dalam Islam untuk merayakan hari
kelahiran. Tetapi, Islam juga menganjurkan umatnya untuk selalu bermuhasabah
dan introspeksi. Maka, saya pikir tak ada salahnya, pengulangan hari
kelahiran menjadi momentum yang tepat untuk itu. Dengan begitu, mudah-mudahan
saja, saat usia kita beranjak kian dewasa, kita tak hanya sekadar dewasa secara
biologis, tetapi juga dewasa dalam sikap, dewasa dalam mental dan juga dewasa
dalam ketaatan kita kepadaNya.
Menutup catatan ini, saya kutip isi selembar surat dari
sahabat saya Afifah Afra di hari pengulangan kelahiran saya :
Membincang soal usia,
pasti akan menyadarkan
Bahwa kita sudah tak
lagi muda
Kita telah beranjak
kian dewasa
Dengan beban-beban
kehidupan yang mungkin kian berat
Resah, gundah, gelisah
pun mungkin akan kian kuat membebat
Namun begitu, selagi
kita selalu setia
Meniti jalan yang
selaras dengan kehendakNya
Langkah berat pun akan
terasa lebih ringan
Selamat hari lahir....
Ini bukan tentang
sebuah angka yang terlewati
Begitu saja....
Atau tawa bahagia yang
hadir saat hari bahagia ini
Dipenuhi perhatian
orang-orang yang menyayangi
Ini adalah tentang
sebuah muhasabah
Yang kemudian
mendorong kita untuk menghitung-hitung
Apa yang telah kita
lakukan
Dan apa yang belum
kita lakukan
Bahkan juga tak
direncanakan
Barakallah fii
umurik...
Tanjungpinang, 24 November 2015
Riawani Elyta
saya sih cuma berdoa lebih baik, berdoa untuk kesuksesan dan keselamatan untuk orang yang melewati hari istimewanya, betewei met ultah ya mba,,sukses selalu untukmu :)
ReplyDeleteNB : keren mbak, follower mbak segitu banyaknya (@cputriarty)
terima kasih ya :) hehe, belum banyak atuh :D
DeleteSubhanallah... ucapan saya diposting di sini :-)
ReplyDeleteSeperti tengah membaca tulisan orang lain yang sedang menasihati saya.
Mari terus bermuhasabah...
www.afifahafra.net
hehe iya, yg di atas kertas bisa hilang kalo lupa nyimpen, jadi di'abadi'kan di sini :) yuk tetep bermuhasabah :D
DeleteSurat dari Mbak Yeni ditulis tangan ya, Mbak? Pengin dunk lihat tulisan Mbak Yeni. #salahfokus
ReplyDeleteEh iya... Setujuuu... Ulang tahun saat bermuhasabah :-)
Ssst jangan, ntar Yanti ngiri lihat tulisan tanganku yang rapi :-p
DeleteHo oh..tulisannya rapi. Gak kaya tulisanku yg awut2
DeleteSemoga Mbak Ria sehat selalu dan menghasilkan karya bagus terus *doa pembaca :-)
ReplyDeleteAmiiiin....terima kasih :)
DeleteSemoga Mbak Ria sehat selalu dan menghasilkan karya bagus terus *doa pembaca :-)
ReplyDeletebarakallah ya mba, semoga sukses selalu, semoga bertambahnya usia semakin lebih baik lagi :)
ReplyDeleteAmiiin....terima kasih ya :)
Delete