Buku ini, merupakan kumpulan karya 24 orang wanita dalam bentuk cerpen dan puisi. Sebagian besar nama cerpenis, adalah nama-nama yang sudah lama malang melintang dalam dunia fiksi tanah air, diantaranya Dharmawati Tst, Ida Ahdiah, Maria A. Sardjono dan juga Sanie B. Kuncoro. Terdapat juga 3 (tiga) nama public figure, yaitu Ibu Dewi Motik Pramono, Happy Salma dan juga Yessy Gusman. Masing-masing nama terakhir ini, menyumbang puisi di dalam antologi ini.
Semua cerpen mengusung wanita sebagai tokoh sentralnya, dengan setting yang beragam baik dalam negeri maupun luar negeri, juga mengangkat berbagai topik yang akrab dengan kehidupan dan problema wanita, seperti pengkhianatan, pelecehan seksual, kasih sayang ibu dan anak, dan sebagainya.
Diantara keseluruhan cerpen tersebut, ada tiga cerpen favorit saya, yaitu Selamat Sore, Matahari! karya Ariana Pegg, Ibu Tak Berangkat karya Sanie B. Kuncoro dan Nebula hati karya Zeventina Octaviani.
Selamat Sore, Matahari! adalah sebuah cerpen yang mengambil setting kebanjiran, yang mengakibatkan seorang anak lelaki hanyut dan ditemukan meninggal, dan peristiwa ini meninggalkan luka terdalam di hati sang ayah meskipun ia dan keluarganya telah memutuskan untuk pindah. Di sisi lain, seorang mantan tetangga rumah lama diam-diam menaruh hati pada anak perempuannya. Kisah sederhana dan cukup tragis ini, secara unik berhasil diramu dengan gaya bahasa yang renyah, segar dan humoris oleh penulisnya sehingga memberi warna berbeda dari cerpen-cerpen lain yang pada umumnya bernuansa serius.
Ibu Tak Berangkat, bercerita tentang seorang ibu yang gagal berangkat haji dikarenakan peraturan pemerintah, padahal itu adalah impian hidup yang telah lama ia nanti-nantikan. Kisah menyentuh ini dihadirkan Sanie B. Kuncoro dengan menggunakan pov 2, yang juga menjadi kekhasan Sanie, ditambah diksinya yang liris dan puitis juga sisi emosional yang sangat kuat, menjadikan cerpen ini begitu membekas di hati saya.
Sementara Nebula Hati, adalah satu-satunya cerpen bertema sci-fi dengan setting masa depan, menghadirkan keunikan yang cerdas saat mengangkat tema general tentang cinta lelaki dan perempuan.
Antologi ini dikemas dengan cover menarik, kertas yang cukup tebal dan dilengkapi foto berwarna para penulisnya di dalamnya. Sayangnya, ukuran font tulisannya tergolong kecil sehingga mata cepat lelah membacanya.
Pada awalnya, saya sempat terkecoh saat terlebih dulu membaca baris-baris endorsement dan para endorser yang rata-rata adalah publik figur ternama. Sebut saja Dr. Meutia Hatta, Tika Bisono, Putu Wijaya, Slamet Rahardjo, Tantowi Yahya, Rieke Diah Pitaloka, dan lain-lain. Endorsement mereka begitu hiperbolis dan sarat pujian hebat, sehingga saya telanjur berekspektasi bahwa ini adalah antologi yang menampilkan parade cerpen-cerpen berat bernuansa sastra.
Tetapi, ternyata oh ternyata, antologi ini berisi cerpen-cerpen populer, saudara-saudara :D Tak satupun tampil sebagai cerpen yang ada dalam bayangan saya. "Untung"nya, karena rata-rata penulis adalah para senior yang sudah mumpuni, dan sebagian besar cerpen juga pernah dimuat di media nasional seperti Femina dan Kartini, maka antologi ini tetaplah menampilkan kekhasan masing-masing yang kuat dan orisinil, cerita yang menarik dan mengalir, juga cukup membangkitkan rasa kagum akan keberhasilan mereka memotret dan mengangkat kehidupan wanita dalam berbagai sudut pandang.
Judul : 24 Sauh
Penulis : Ida Ahdiah, Sanie B. Kuncoro, Yessy Gusman, dll
Penerbit : Esensi
Terbit : 2009
Hal : 191 hal
Wah, kavernya benar-benar semarak ya mbak :D
ReplyDeleteiya, kertasnya juga bagus :)
ReplyDelete