Biasanya saya nggak terlalu memperhatikan cover buku non fiksi, karena dibandingkan novel, cover non fiksi biasanya relatif lebih simpel, bahkan terkadang cukup menuliskan judul dan nama penulisnya saja seperti buku-buku terjemahan.
Tetapi untuk buku yang satu ini, entah kenapa saya langsung jatuh hati saat melihat covernya yang berwarna hijau tosca lembut (satu-satunya jenis warna hijau favorit saya), ada gambar vas bunga dan ornamen sederhana di atas meja, plus bingkai foto dengan gambar penulisnya, ustaz Ahmad Al-Habsyi yang lagi tersenyum, perpaduan yang menurut saya membangkitkan kesan sejuk dan "homy" banget, sesuai tema buku ini, yaitu bagaimana menciptakan surga di rumah dengan berbakti pada orang tua.
Dan isi di dalamnya juga nggak kalah sejuk. Mulai dari lay-out dengan font tulisan besar-besar dan berwarna hijau yang bikin adem mata, juga bahasa penuturannya yang khas ustaz Ahmad banget. Biasanya 'kan kalo buku ditulis oleh yang bersangkutan bersama penulis lain, sedikit banyak gaya penulisan pasti berubah, tetapi tidak demikian halnya dengan buku ini. Selama membacanya, saya seolah-olah mendengar beliau sendiri sedang bertauziah lengkap dengan gaya khasnya, sehingga penuturan buku ini pun jadi terasa akrab dan mengasyikkan.
Buku ini terdiri atas lima bagian. Pada bagian pertama, ustaz Ahmad mengajak pembaca untuk meyakini bahwa kebahagiaan dan kesuksesan seorang anak berbanding lurus dengan bagaimana dia memuliakan orang tuanya. Pada bagian dua, pembahasannya sedikit menggelitik, sesuai judulnya, bahwa orang tua pun bisa durhaka jika lalai menjalankan kewajibannya terhadap anak dan memenuhi hak anak sesuai perintah Allah.
Bagian selanjutnya menguraikan tentang prinsip sunnatullah, apa yang bakal terjadi jika manusia mengingkari prinsip ini, dan bagaimana proses "bekerjanya" hidayah Allah terhadap manusia. Dan pada bagian terakhir buku ini, Ustaz Ahmad memberikan tips-tips untuk menyemai surga di rumah melalui cara berbakti pada orang tua. Buku ini pun ditutup dengan sebuah kisah mengharukan, tentang seorang ibu yang menelpon anaknya dan memintanya untuk pulang, tetapi si anak mengabaikan permintaan itu karena alasan kesibukan, dan betapa menyesalnya si anak saat malam harinya mendapat kabar bahwa sang ibu sudah wafat!
Buku ini juga diselingi dengan pengalaman-pengalaman pribadi ustaz Ahmad yang nano-nano, kadang bikin senyum geli, kadang bikin pingin nangis haru, tetapi lebih banyak yang bikin kagum. Antara lain tentang bagaimana sang ustaz yang tinggal selangkah lagi tiba di ibukota dan siap diorbitkan sebagai artis sinetron, justru memutuskan pulang ke Palembang karena beliau didatangi almarhum gurunya dalam mimpi, dimana sang guru yang sekaligus pamannya itu terlihat marah atas pilihannya untuk menjadi artis. Mimpi yang kemudian membuat beliau gelisah, karena kepergian ke Jakarta itu juga tanpa meminta ijin dan ridho orang tuanya. Keputusan yang tentu saja menuai banyak cibiran, tetapi di kemudian hari justru berbuah manis.
Juga ada kisah beliau yang membagi dua setiap rejeki yang ia peroleh dari berdakwah dengan ibunya, dan hal ini justru membuat rejeki beliau terus bertambah dan bertambah. Kisah beliau bertemu seorang anak yatim yang mendoakan orang tuanya sambil menangis hingga menggugah kesadaran beliau yang waktu itu masih seorang anak yang bandel, dan sebagainya.
Meski banyak pembahasan dalam buku ini yang bukan lagi barang baru, tetapi anehnya, saat membacanya saya justru seolah-olah merasakan bahwa itu adalah ilmu yang baru saya ketahui. Selain faktor penuturan yang akrab, cara ustaz Ahmad mengambil sudut pandang yang berbeda dari lazimnya lalu mengemasnya secara simpel dan mudah dipahami, juga menjadi faktor lain yang membuat bahasan dalam buku ini terasa segar dan mengandung nilai inspirasi yang aplikatif.
Buku ini juga bertabur quote-quote penuh hikmah, dan merangkum isi setiap bab dalam kolom highlight sehingga kian mempermudah pembaca untuk mengingat esensinya. Akhir kata, buku ini very recommended untuk siapa pun juga, menjadi pengingat agar senantiasa berbakti pada orang tua dan memperkuat keyakinan kita, bahwa membahagiakan orang tua, adalah kunci utama untuk meraih kebahagiaan hidup termasuk menciptakan surga di dalam rumah kita.
Judul : Ada Surga di Rumahmu ;
Mukjizat Orangtua Sempurnakan Suksesmu
Penulis : Ustaz Ahmad al-Habsyi dan Teguh Iman Perdana
Penerbit : Noura Books
Terbit : Juni 2014
Hal : 151 hal
Jadi...apakah buku ini cocok utk saya sebagai seorang istri. Dimana ridho suami lbh mustajabah jika sdh berumah tangga..#btw saya akan recomendkan buku ini utk suami saya...thanks
ReplyDeleteKatanya, jika melakukan sesuatu atas nama Tuhan, maka akan mendapatkan upah bidadari-bidadari cantik untuk menjadi teman hidup di surga nanti. Jika kita melakukan segala yang dipertintahkan oleh para tua-tua atau ahli agama, kita akan medapatkan tempat terbaik di surga. Apa iya? Iya kalo kita diminta untuk mengerjakan hal yang baik. Tapi kalau hanya kebencian dan dendam yang diberitakan? Surga yang mana yang akan kita tuju? https://www.itsme.id/surga-itu-bernama-rumah/
ReplyDelete