Sinopsis :
Gopal dan Raghav bersahabat sejak kecil, begitu pun Aarti. Keduanya
sama-sama mencintai Aarti, namun saat telah tumbuh remaja dan mengenal arti
cinta, Aarti memilih untuk menjadi kekasih Raghav.
Kesulitan hidup yang dialami sejak kecil, melatarbelakangi cita-cita
Gopal untuk menjadi orang kaya. Dalam mencapai ambisinya itu, Gopal berkenalan
dengan Shukla, seorang anggota dewan yang sudah lama ditengarai terlibat dalam
berbagai praktik korupsi, dan salah satu “pencucian uang” dari hasil korupsi
tersebut, adalah dengan mendirikan perguruan tinggi Ganga Tech dengan Gopal
sebagai direkturnya.
Sebaliknya dengan Raghav, jiwa idealismenya menuntunnya untuk
memperjuangkan kebenaran demi melawan korupsi yang merajalela di kota kecil
Varanasi, meski seberat apa pun rintangannya.
Di tengah kontradiksi cita-cita tersebut, keduanya masih sama-sama
mencintai Aarti. Hingga di satu titik, saat cinta yang sesungguhnya telah
hampir menemukan jalannya, serentetan peristiwa terkait korupsi dan
praktik-praktik kotor yang mengiringinya mulai muncul ke permukaan, mesin
politik pula menunjukkan taringnya untuk membela kepentingan dan kekuasaan, sementara
di sisi lain, cahaya kebaikan dalam diri Gopal mulai menunjukkan sinarnya untuk
turut serta dalam cita-cita revolusi yang dikobarkan Raghav, hingga akhirnya,
cinta dan keinginan pun harus mengalah.
Membaca kisah dengan latar kota kecil Varanasi di India ini, kita seakan
melihat cermin fenomena kebobrokan yang stereotype, dengan apa yang masih
menjadi pekerjaan besar di negeri ini : korupsi merajalela di tangan para
pemegang kekuasaan, skandal birokrasi yang kotor, juga tercemarnya dunia
pendidikan oleh kepentingan dan bisnis. Ironisnya, semua ini terjadi di kota
kecil Varanasi yang dianggap suci, karena di dalamnya mengalir sungai Gangga
yang menjadi simbol kesucian bagi masyarakat India.
Di tangan Chetan Bagat, penulis India yang telah banyak menelurkan
novel-novel laris, salah satunya The Idiot yang sukses diangkat ke layar lebar
dengan judul 3 Idiots, novel ini
dituturkan dengan apik, memadukan keunggulan berupa penceritaan yang mengalir,
jujur, sentilan-sentilan yang terkadang bernada jenaka namun mampu mendorong ke
arah perenungan dan pemikiran serius, juga dengan tetap mengusung idealisme
yang diungkapkan tanpa kesan menggurui, sebaliknya bertutur dengan cara yang
menghibur, menyentuh dan bisa dinikmati pembaca dari berbagai kalangan.
Beberapa kalimat menarik yang dapat dijadikan perenungan dari novel ini :
Untuk berubah, kita perlu revolusi. Revolusi sejati hanya mungkin terjadi
ketika orang-orang bertanya kepada diri sendiri – apa pengorbananku? (hal. 384)
Barangkali bagian yang polos dan baik dalam diri kita tidak pernah mati –
kita hanya menginjak-injaknya untuk sementara. (hal. 390).
Terkadang dalam hidup ini yang penting bukanlah keinginan, tetapi
keharusan. (hal. 390).
Hidup mungkin tak akan memberimu kesempatan yang sama dua kali. (hal. 420).
Judul : Revolution
2020
Jenis : Fiksi / Novel
Penulis : Chetan
Bagat
Penerbit : Bentang
Pustaka
Halaman : 436
hal
Terbit : Oktober
2013
Resensi dimuat di www.rimanews.com edisi Selasa, 1 Juli 2014
Hmmm...sepertinya menarik. Semoga aku bisa segera membacanya.
ReplyDeleteAmiiin :)
ReplyDelete