Resensi :
Menjadi seorang
ayah adalah salah satu anugerah terbesar bagi seorang pria yang telah memasuki
kehidupan berumah tangga. Buku ini merupakan catatan dokumentasi seorang ayah
mulai dari proses menjelang kelahiran anak lelakinya hingga saat yang
dinanti-nanti itu tiba, yaitu kelahiran sang putra yang menjadi cahaya mata
dalam kehidupannya.
Bab awal buku
ini mengisahkan tentang perjuangannya bersama sang istri untuk mendapatkan
keturunan. Sebagaimana juga kerap terjadi pada banyak pasangan yang lain,
keduanya mencoba berbagai cara, mulai dari yang rasional seperti berdoa, hingga
mencoba saran teman terdekat untuk mengonsumsi sate kelinci yang dipercaya
mampu menyuburkan kandungan (hal.4). Padahal, hal ini hanyalah mitos dan baru
disadari setelah saran itu dijalani.
Ketika usaha
mereka akhirnya berhasil dan sang istri dinyatakan hamil, sederet ujian lain harus
mereka hadapi pula. Sang istri mengalami morning
sickness cukup parah hingga sulit melakukan aktivitas dan hanya bisa berada
di tempat tidur, belum lagi cibiran keluarga terhadap sang istri yang tidak
bisa melakukan pekerjaan apa-apa.
Disinilah peran
sang suami sangat penting dalam mendampingi istri melewati proses yang tidak
ringan tersebut, apalagi, kondisi psikis wanita hamil juga lebih sensitif dan
labil. Dalam hal ini, sebagaimana dialami oleh penulis, beliau dituntut untuk
bisa lebih mengerti, memahami dan berempati, termasuk dalam menggantikan tugas
istri melakukan pekerjaan rumah tangga saat kondisi fisiknya sangat lemah (hal.
51).
Beberapa
kebiasaan terkait adat istiadat pada masa kehamilan turut dituturkan,
diantaranya tentang pemberian nama sang calon anak yang bersumber dari hal-hal monumental
yang layak diabadikan ataupun berawal dari pencarian arti nama, juga tradisi
Mitoni pada usia kehamilan tujuh bulan sebagai ungkapan rasa syukur dan memohon
agar ibu dan jabang bayi diberi keselamatan hingga hari kelahiran nanti
(hal.78). Namun satu hal yang perlu digarisbawahi, bahwa tradisi dimaksud lebih
bertujuan untuk mengekalkan nilai filosofis, tetapi untuk keselamatan ibu dan
bayi, hal yang terpenting tentunya adalah tetap berdoa dan menjaga kesehatan
ibu dan bayinya dengan optimal (hal.82).
Ketika momen
persalinan itu hampir tiba, sang calon ayah diharapkan untuk tidak panik, juga
sebaiknya mengetahui dan memahami beberapa hal terkait kehamilan, contohnya
saja tentang kontraksi palsu yang dialami oleh beberapa wanita hamil menjelang
persalinan. Kontraksi yang frekuensinya akan semakin meningkat menjelang
kontraksi yang sesungguhnya. Banyak pasangan suami istri harus bolak-balik ke
bidan atau rumah sakit karena tertipu kontraksi palsu ini. Tak terkecuali hal
ini pun dialami penulis. (hal. 129).
Saat sang istri
harus melewati proses persalinan yang sulit hingga harus dioperasi, peran suami
juga sangat diperlukan untuk memberi dukungan sepenuhnya. Di sini, penulis
menuturkan pengalamannya saat terus mendampingi sang istri, membacakan doa-doa
dan tetap selektif memilah-milah mana saran kerabat keluarga yang bisa
diterapkan dan mana yang tidak. Salah satunya yang telanjur menjadi mitos
adalah meminum rendaman rumput Fatimah, yang dalam ilmu kedokteran justru
menyebabkan kontraksi berlebihan pada rahim sehingga meningkatkan resiko
pendarahan, maka penulis memilih untuk menghindari saran yang satu ini
(hal.136).
Pengalaman
pribadi penulis yang tertuang dalam buku ini, menjadi contoh nyata kepada para pria
yang telah berumah tangga untuk mempersiapkan diri sebagai calon ayah yang
siaga, sehingga menjadi bekal saat mendampingi istri melalui proses berharga
tersebut mulai dari masa pra kehamilan hingga saat-saat persalinan, tahu apa
yang sebaiknya dilakukan dan tahu pula tindakan antisipasi yang tepat terhadap
hal-hal yang tidak diinginkan.
Judul : Enju, A Little Boy That Changed My
Life
Penulis : Ihwan Hariyanto
Penerbit : Mozaik Indie Publisher
Tebal : 153 hal
Jenis : Kisah Inspiratif
Terbit : Januari 2014
ISBN : 9786021490723
Harga : Rp.35.000,-
No comments