Sinopsis :
Karena terdesak
oleh kesulitan hidup, dan ditinggal suami yang kabur entah kemana, Mpok Bung
atau Bunga Citra Lebay terpaksa meninggalkan ketiga anak lelakinya Mola, Rama dan Reh di dalam gerbong kereta
api.
Sepuluh tahun
berlalu, ketiga remaja ini tumbuh besar di jalanan dengan menjadi pengamen dan
banyak mendapatkan pengalaman baru, dan selama itu pulalah, semangat dan
keinginan mereka untuk menemukan ibu kandung mereka tak pernah surut.
Berhasilkah
ketiga anak badung ini menemukan ibu mereka kembali setelah sepuluh tahun terpisah
?
====================================================================
Sebelum membaca
novel ini, satu-satunya novel komedi yang saya baca pada usia dewasa ini
hanyalah Kunti Cemen karya Eni Martini. Selebihnya, bacaan bersifat komedi yang
mengisi rak buku saya adalah yang bersifat personal literatur seperti
karya-karya Raditya Dika. Gaya bertutur pada novel 3 Anak Badung ini, sedikit banyak mengingatkan saya pada serial Lupus yang saya baca saat masih duduk di bangku sekolah, yaitu novel yang mengandalkan kelucuan pada dialog dan adegan para tokoh ceritanya.
Dan berkaca pada
Kunti Cemen, juga novel ini, saya menarik kesimpulan bahwa tidak mungkin untuk
menggunakan standar novel umum agar bisa memberi opini untuk novel-novel jenis
ini. Saya tidak bisa membandingkan dari segi unsur inrinsik manapun mulai dari
alur, plot, karakter, latar tempat, dan lain-lain, karena sepertinya, yang menjadi
standar novel komedi adalah bisa tampil lucu, menghibur, dan syukur-syukur kalau
ada pelajaran di dalamnya.
Untuk novel 3
Anak badung sendiri, secara umum, bagi saya cukup menghibur. Beberapa dialog sempat
membuat saya tertawa cekikikan, sebagian menarik senyum saya dengan lebar,
namun tak sedikit pula yang terasa garing bahkan lebay.
Saya tak ingin
berkomentar pada alur cerita yang jelas-jelas menjadi hak mutlak penulisnya
saat memanjang-manjangkan bagian yang tak penting-penting amat namun di bagian
lain justru membuat lompatan plot yang besar. Kehadiran sosok bang Sofwan dengan
petuah-petuah kebaikan juga menyelipkan kutipan ayat, membuat saya mau tak mau teringat
pada sinetron-sinetron di televisi yang menggabungkan unsur komedi dan agama
dengan format serupa.
Di lain sisi,
novel ini tetaplah punya nilai inspirasi, karena setelah menuntaskannya, saya
malah tertarik untuk menulis novel komedi juga. (itu mah si mpok aja yang kelewat reaktif, apa-apa mau dijajal *ops, sapa tuh yang ngomong? :)
Hanya satu hal yang bikin saya
geregetan, apalagi kalau bukan endors dari dua selebritis (yang satu sudah
wafat) pada sampul belakangnya. Saya tak ingin menduga-duga kalau mereka sudah
membaca novel ini atau belum, yang jelas, endorsement mereka bahwa buku ini
sesuatu yang menyentuh dan mengharu biru, saya pikir, sama sekali tidak relevan
dengan kontennya, bahkan anak saya juga tahu itu, hehe.
Judul : 3 Anak Badung
Penulis : Boim Lebon
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Tebal : 192 hal
Jenis : Fiksi Humor
Terbit : Maret 2013
ISBN : 9786028277822
oia inget boim lebom jadi ingat lupus. Pantesan tadi kayak enggak asing denger Boim Lebon :D
ReplyDeleteendorsenya beneran merasa haru biru? :D
gak tahu, hihi, tanya aja ama Dude Herlino, dia tuh yang ngasih endors, hehe
ReplyDeleteeh, maksudnya di back cover komennya mank seperti itu, tapi saya juga gak tahu para endorsernya beneran ngerasa terharu kagak :D
ReplyDelete