bersama rekan-rekan FLP Bandung |
KAMIS, 6 JUNI 2013 - Hujan rintik mewarnai cuaca kota Bandung seharian ini, dan hujan masih saja turun saat saya melangkahkan kaki masuk ke toko buku Toga Mas yang terletak di Jln. Buah Batu No.178, setelah sebelumnya "dijemput" oleh Bakri kru Toga Mas dan Yusuf kru Indiva. Penjemputan yang unik, karena mereka berdua dateng jemput pake motor, saya dan suami kemudian pergi naik taksi. Motornya hanya satu sih, kalo dua, pengen juga ngerasain boncengan ama suami dibawah hujan gerimis sore. Romantis kali ye? :D
Begitu sampe, hati saya rasanya langsung berbunga-bunga, begitu melihat teman-teman BAW yang jauh-jauh datang dari Jakarta, ngeliat wajah mereka yang berbinar-binar seperti ada pemancarnya meski saya tahu mereka pasti cukup lelah, sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata deh, suer. Dan, kenarsisan kita-kita pun dimulai saat kursi-kursi udah disusun, apalagi kalo bukan langsung ngerangsek ke baris terdepan en foto-foto, ampe sempet ditegor ama emsinya, belum mulai, udah sessi foto-foto aje :)
bersama BAWers, narsis dulu sebelum mentas :) |
Beberapa menit kemudian, acara pun dimulai. Oh ya, sebelum itu, saya juga sempet ngobrol sebentar dengan mas Ali Muakhir yang akan menjadi pembedah buku saya pada even sore ini. Even diawali dengan ulasan mas Ali untuk novel A Cup of Tarapuccino. Dan berhubung mas Ali nggak sempet baca novel Jasmine, mengingat beliau juga baru dihubungi beberapa hari sebelum acara oleh penerbit, maka novel Jasmine nggak sempet diulas.
mas Ali Muakhir lagi in action |
Setelah itu, baru deh giliran saya cerita tentang proses behind the scene dari novel yang versi awalnya berjudul Tarapuccino itu. Bagi saya, saat menceritakannya seakan saya bernostalgia kembali dengan bagaimana lika-liku memperjuangkan novel ini hingga selesai waktu itu. Maklum, ketika itu, saya belum pernah menerbitkan satu novel pun, pengalaman menulis pun masih sangat minim, yang saya dan Rika miliki hanyalah semangat yang besar untuk bisa menyelesaikan novel tersebut. Singkat cerita, novel itu pun diterbitkan oleh penerbit Indiva Media Kreasi setelah melalui satu tahun proses penulisan dan enam bulan masa seleksi-edit-proses terbit. Sekitar akhir 2012, penerbit menghubungi saya kembali, mengabarkan bahwa novel itu akan dicetak ulang dengan cover baru, juga saya diminta melakukan revisi dan penambahan isi.
Dan, kesempatan untuk melakukan revisi dan penambahan ini, saya manfaatkan sebaik mungkin untuk bisa menghasilkan edisi cetak ulang yang lebih baik dari edisi sebelumnya. Saya pelajari semua kritik dan masukan pembaca pada edisi awalnya, saya gunakan itu sebagai bahan perbaikan. Dan, secara pribadi, novel ini benar-benar terasa dekat dengan saya, mungkin karena proses penulisan versi awalnya yang cukup lama, maka ketiga tokoh utamanya, karakternya dan konflik yang mereka alami begitu kuat menjejak di dalam ingatan saya, bahkan menyatu dalam perasaan saya, sehingga - boleh percaya ato tidak - sampe saat ini pun, ketika saya berdiam dan mengingat kembali jalinan kisah yang mereka alami, tiba-tiba saja kelopak mata saya terasa hangat, dan seakan-akan mereka berdiri live di depan saya sambil memerankan kisah yang saya dan Rika tuliskan untuk mereka.
Kembali ke even launching, akhirnya kami sampai ke sessi tanya jawab. Sessi yang bikin saya surprise, karena antusias peserta untuk bertanya luar biasa sekali. Sampe-sampe lebih banyak yang nggak kebagian giliran bertanya ketimbang yang dikasih, mengingat waktu yang terbatas, juga belakangan saya baru tahu kalo ada peserta di belakang yang nggak kebagian kursi. Khusus untuk bagian tanya jawab ini, insya Allah saya akan lanjutkan di part berikutnya, tapi bagi yang ingin membaca liputan ringkas dan tips-tips apa saja yang berhasil terangkum dari sessi ini, bisa diakses di sini. (Thanks buat Susanti yang udah mengulas dengan padat dan efektif ya :)).
Tak terasa, waktu dua jam pun berakhir sudah. Acara ditutup dengan bagi-bagi doorprize dan foto-foto bersama, juga book-signing, dan ternyata, masih ada peserta yang nggak kebagian bertanya, melanjutkan wawancaranya seusai acara . Buat saya, ini adalah pengalaman nggak terlupakan, karena inilah kali pertama saya benar-benar ngerasain ngelaunching buku sendiri. Ada kebahagiaan yang tak terukur saat saling berbagi, saya juga bisa menyerap ilmu dari mas Ali juga dari pertanyaan2 peserta, dan tentu saja, betapa silaturahmi itu - meski sekejap adanya - menjadi sesuatu yang benar-benar indah. Sehingga saat teman-teman BAWers satu persatu berpamitan, dan melihat lambaian tangan BAWers Jakarta dari dalam mobil yang mulai bergerak, saya merasa seperti ada yang hilang, seakan baru tersentak bahwa pertemuan ini ternyata begitu singkatnya.
Semoga Allah masih memberi kita kesempatan untuk bertemu kembali. Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan pada penerbit Indiva, pihak Togamas, FLP Bandung, teman2 yang udah datang dengan membawa antusias yang luar biasa, serta tentu saja, BAWers yang saya sayangi. :)
foto bersama sebelum berpisah, bareng BAWers dan kru Indiva |
Ditunggu lanjutan kisahnya, Bu. :)
ReplyDeleteSemoga sukses, Kak... ditunggu terus novel-novel berkualitasnya.
ReplyDeletesaya cuma nyimak mbak..blogwalking..
ReplyDeletehttp://blog-abicom.blogspot.com