Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

Tips Mudah Berkomunikasi Untuk Memulai Pembicaraan dan Memecah Kebekuan

 

Berbicara kepada orang lain merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Dan dalam proses berbicara, terdapat sejumlah indera yang terlibat, indera pendengaran, indera penglihatan dan indera bicara itu sendiri.

 

Indera pendengaran manusia bahkan telah berkembang dengan baik sejak janin. Itulah sebabnya, para calon ibu dianjurkan untuk berbicara dengan calon bayi. Ini termasuk pendidikan pranatal yang diberikan oleh lingkungan melalui ibu kepada calon bayinya.

 

Karunia mendengar dan berbicara ini terus berkembang setelah bayi lahir dan jika dilanjutkan dengan stimulus yang tepat, maka fungsi ini akan berkembang dengan baik. Kemampuan ini  juga berhubungan erat dengan proses belajar yang akan dilakukan manusia pada tahapan selanjutnya. Oleh karenanya, adalah penting mempelajari teknik berbicara dan mendengar yang tepat.

 

Kita kadang menemui kesulitan berkomunikasi saat bertemu atau berhadapan dengan orang asing atau mereka yang belum pernah kita temui sebelumnya. Ketika memasuki sekolah baru, tempat kerja baru, komunitas baru, atau ketika berada di tempat umum seperti rumah sakit, terminal bus, stasiun kereta api, bandara, bus umum, kita akan bertemu orang-orang asing dengan latar belakang yang sangat beragam. Atau jika kita berprofesi sebagai pewawancara di televisi, radio atau memiliki channel podcast, maka kita harus mampu memecah kebekuan di pertemuan pertama tersebut.

 

Bisa jadi kita akan bingung dan gugup ketika diminta untuk memulai pembicaraan. Tetapi dengan menguasai teknik yang tepat, maka hambatan ini akan dapat kita atasi, bahkan menjadi sebuah ketrampilan yang akan membantu kita. Berikut sejumlah tips berbicara untuk memecah kebekuan ketika berhadapan dengan orang asing :

 


Berbicara tentang lawan bicara itu sendiri

Jika kita bingung untuk memulai pembicaraan, maka hal pertama yang bisa kita lakukan adalah membicarakan sesuatu tentang lawan bicara kita. Misalnya asal daerahnya, hal yang terkenal dari daerahnya hingga hobi yang dimiliki.

Benjamin Disraeli, seorang novelis yang pernah menjabat sebagai PM Inggris pernah berkata,

“Bicaralah kepada orang-orang tentang diri mereka dan mereka akan memperhatikan Anda.”

Namun tetap perhatikan, apakah lawan bicara merasa nyaman dengan pertanyaan kita. Jika bahasa tubuhnya menunjukkan hal yang tidak diharapkan atau pertanyaan yang diajukan terlalu pribadi, misalnya menanyakan pekerjaan atau jumlah anak, maka hal itu tentu akan menimbulkan rasa tidak nyaman pada lawan bicara.

 

Berusaha untuk menikmati percakapan

Orang yang kita ajak bicara akan semakin menikmati percakapan manakala kita juga menikmati percakapan tersebut. Peluang untuk bertemu dengan seseorang dengan kekayaan, jabatan, dan kekuasaan yang jauh di atas kita tentu ada. Namun persentasenya jauh lebih kecil daripada peluang bertemu dengan orang yang memiliki latar belakang yang hampir sama.


Satu hal lagi yang perlu diingat, bahwa orang yang kita temui juga memiliki rasa malu dan gugup seperti kita. Atau bisa jadi lebih pemalu dari kita. Jadi, jangan ragu untuk memulai pembicaraan saat bertemu orang baru. Selanjutnya, berusahalah menikmati percakapan tersebut. Saat kita menikmati dan melebur ke dalam pembicaraan, maka hal itu akan terlihat dan dirasakan oleh lawan bicara dan mereka pun akan merasakan hal yang sama.

Hal ini ibarat menciptakan atmosfer positif yang akan menyebar dan menarik lawan bicara untuk berada pada atmosfer yang sama. Lakukan upaya ini dengan tulus, tanpa tendensi atau tujuan tertentu. Semakin mampu kita tulus untuk melebur dalam percakapan, makin nyaman lawan bicara kita terhadap kita.

 

Hindari jawaban ya/tidak

Pertanyaan yang hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak, akan membuat percakapan berhenti seketika. Pertanyaan seperti “apakah anda berasal dari Bali?” (misalnya) bisa diganti dengan “bagaimana kondisi pariwisata di Bali setelah terjadi pandemi ini?” (misalnya).

Jadi usahakan untuk membuat pertanyaan yang substantif dan membutuhkan penjelasan. Akan lebih baik lagi jika topik tersebut bisa dikembangkan sehingga pembicaraan akan berlanjut.

 


Jadi pendengar yang baik

Indera pendengar kita telah berfungsi dengan baik sejak kita masih berada dalam rahim ibu. Kita pun diciptakan dengan dua telinga dan satu mulut. Ini mengisyaratkan bahwa kita harus memiliki ketrampilan mendengar yang baik sebelum mampu berbicara dengan baik. Untuk menjadi pembicara yang baik, kita harus mampu menjadi pendengar yang baik. Mendengarkan dengan baik membuat kita mampu merespon dengan jauh lebih baik. Usahakan untuk menjadi “gelas kosong”. Artinya, mengosongkan stok ilmu dan wawasan kita untuk mendapatkan informasi dari lawan bicara. Jika kita memposisikan diri sebagai gelas penuh, maka informasi yang masuk akan meluber dan tumpah sehingga kita sulit mendapatkan hal baru yang bisa jadi bermanfaat.

Selain itu, usahakan untuk menemukan hal menarik dari apa yang dibicarakan lawan bicara. Ada kalanya kita bisa menebak arah pembicaraannya. Tetapi, tetap saja kita akan menemukan hal-hal baru walaupun itu hanya sedikit. Hal yang sedikit itu bisa kita kembangkan untuk kemudian mendapatkan informasi yang jauh lebih luas.

 


Gunakan bahasa tubuh yang tepat

Bahasa tubuh yang tepat sama pentingnya dengan apa yang disampaikan. Jadi berkomunikasi berarti menyampaikan kata-kata dengan tepat dan dengan bahasa tubuh yang mendukung. Kita tak perlu menerka orang yang sedang sedih karena ia menjelaskan, namun cukup dari matanya yang berkaca-kaca ketika membicarakan suatu kesedihan yang pernah ia lalui. Atau orang yang marah tidak perlu berteriak untuk menyuarakan kemarahannya. Kita bisa tahu dari ekspresi mukanya, memerah, mengepalkan tangan, atau mengatupkan mulut dengan kencang.

Bahasa tubuh merupakan bagian alami dari percakapan dan komunikasi. Jika terjadi secara alami, maka bahasa tubuh akan menjadi bentuk komunikasi yang efektif. Dan sebaliknya, jika dibuat-buat, maka akan tampak palsu. Oleh karenanya, sangat penting untuk memiliki bahasa tubuh yang alami. Bahasa tubuh yang mencerminkan diri kita dengan baik. Jika memang kita merasa tidak nyaman atau bosan dengan pembicaraan lawan jenis, maka lakukan dengan cara yang sopan. Hal ini akan jauh lebih baik karena lawan bicara akan lebih mudah menangkapnya, tanpa tersinggung.

 

Kontak mata

Kemampuan melakukan kontak mata dengan tepat juga menjadi kunci penting dalam pembicaraan dengan orang lain. Menatap dengan kontak mata yang baik, tidak hanya di awal atau akhir pembicaraan juga menjadi bagian penting dari mendengarkan. Kontak mata yang tepat berarti Anda memberi perhatian lebih pada apa yang Anda dengarkan maupun apa yang Anda katakan.

Kita tidak harus melakukan kontak mata secara terus-menerus sepanjang percakapan. Kita bisa melakukan kontak mata saat lawan bicara sedang berbicara atau pada saat kita sedang mengajukan pertanyaan. Saat kita melakukan kontak mata dengan tepat, maka bahasa tubuh akan mengikuti secara alami sehingga komunikasi akan berjalan efektif.

 

Berbicara tentang topik terhangat

Memiliki wawasan yang luas termasuk tentang topik-topik terhangat bisa menjadi sebuah modal penting dalam pembicaraan. Relevansi merupakan kata penting yang membuat kita bisa berhasil dalam hubungan sosial termasuk ketika berbicara dengan orang asing sekalipun. Misalkan saja tren hobi terbaru dimana orang-orang mendadak gemar menanam tanaman di halaman rumah. Dan orang yang baru kita temui memiliki hobi bertanam. Maka kita bisa membicarakan hal tersebut, termasuk hal-hal lain yang berkaitan. Topik ini akan menjadi hal yang menarik untuk dibahas lebih lanjut.

 

Kepiawaian dalam berkomunikasi dengan orang lain termasuk dengan orang asing menjadi salah satu poin penting dalam kehidupan sosial. Hal ini juga menjadi kebutuhan dasar manusia dan membantu untuk menciptakan kehidupan yang lebih sehat. Mengetahui, mempelajari hingga akhirnya menjadi terampil dalam hal ini akan membantu kita untuk jauh lebih baik dalam berbagai bidang kehidupan.

 

Sumber :

Diadaptasi dari buku “Seni Berbicara” – Larry King

freepik.com                                                                         

 

 

No comments