Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

2015 : Resolusi, atau Realisasi?

gambar dari sini
2015. Hari ke-8. Sudah banyak status resolusi dan harapan beredar di media sosial, juga status berisi pencapaian prestasi, baik yang baru digapai, atau pun rekam jejak dari tahun yang baru ditinggalkan.

Saya ingat, suatu masa dulu, saya pernah berkomentar di dalam hati setiap kali membaca status-status semacam itu : Idih, menang kuis yang base on luck aja distatusin, masih mending kalo yang pake kerja keras lagi. Atau juga 'ini yang pada nulis resolusi, beneran serius ngusahainnya apa sekadar ikut-ikutan doank ya?', dsb.


Tetapi, sekarang saya belajar untuk melihat dari sisi positif, bahwa hal-hal semacam itu, adalah refleksi semangat dan optmisme banyak orang dalam menyongsong tahun yang baru, ditengah berbagai problema seperti kenaikan TDL dan gas, serta hiruk pikuk dunia yang berpotensi memancing amarah dan juga luka.

Juga barangkali, itulah cara segelintir orang mensyukuri nikmat yang diberikan Allah, berapapun besarnya, yang penting bersyukur, siapa tahu saja, dengan bersyukur dengan cara demikian, rejeki mereka akan ditambah.

Jadi, daripada berpikir yang macam-macam, bukankah lebih baik saya ikut bersyukur juga? Meski mungkin tidak harus dengan cara yang sama?

Ya. Saya termasuk orang yang jarang banget menulis resolusi dan harapan, melainkan langsung 'mengikat' diri dengan target dan pekerjaan. Sebagai contoh, saya tidak menulis di status saya : tahun ini saya akan menulis buku non fiksi, tetapi saya langsung 'bergerak', mengajukan proposal demi proposal outline non fiksi ke penerbit.

Saya juga jarang menulis pencapaian prestasi, (bukan nggak pernah, hanya jarang), karena lebih sering yang terjadi, setelah saya statusin apalagi plus upload gambar hadiahnya, eh setelah itu lama banget prestasi mau nyamperin saya lagi, hehe. Contohnya saja, dua tahun lalu saat menang lomba artikel dan dapet hadiah laptop, gara-gara dikomporin temen kaya' begini nih : 'yang laen menang sendok sebiji aja di-upload, masak lu ogah sih upload foto laptopnya?' Jadilah saya turutin, dan....sampe sekarang saya belum pernah menang lomba nulis artikel lagi, haha.

Mungkin saja, saat meng-upload, dalam hati saya masih ada terselip rasa ingin dipuji, rasa ingin memamerkan sesuatu yang saya dapat, atau mungkin karena selama ini saya emang udah banyak dosa, jadi Allah juga nunjukin saya jalan untuk nggak nambah-nambah dosa dengan cara upload-uploadan seperti itu, hehe.

Mungkin, ada yang berkata, kalau kita memamerkan karuniaNya, bukankah itu adalah pertanda syukur?

Wah, saya bukan ahlinya untuk ngebahas masalah ini. Daripada saya salah nulis, sila klik laman Aa Gym disini untuk tahu lebih jelas mana bentuk memamerkan karunia yang dapat dikategorikan dengan wujud rasa syukur dan mana yang sebaliknya.

buku duet saya yang terbit pada 2014
Kembali ke topik resolusi. Saya juga bukan type yang ngotot dengan pencapaian dalam angka-angka. Jadi, ketika tahun 2013 novel saya terbit 8 buah plus 1 antologi, saya bersyukur, tahun 2014 hanya terbit 2 buku duet, saya juga bersyukur. Bagi saya, indikator pencapaian nggak semata-mata ditentukan dari segi jumlah, produktivitas, dan indikator kuantitatif, tetapi ada banyaak faktor-faktor lain yang bakal butuh satu postingan tersendiri untuk diperbincangkan.

Tahun ini, saya mengawali writing action saya dengan langkah yang sudah banyak ditinggalkan  teman-teman penulis : menjadi Pj antologi. Karena ribetnya memang nggak kalah dengan nulis buku solo, juga nggak sedikit yang meragukan nasib proyek naskah antologi. Tetapi, saya justru menganggapnya sebagai peluang untuk mengajak teman-teman menerbitkan tulisannya. Karena tidak semua orang beruntung bisa langsung menerbitkan karya solo, sebagian besar justru memulainya dari karya keroyokan. Dan, ini juga salah satu cara efektif untuk membakar semangat penulis (pemula).

Ya, tahun ini, saya tak lagi fokus untuk 'membesarkan' karya saya sendiri, walaupun saya belum termasuk penulis besar. Mungkin saya tak bisa membesarkan semangat orang lain lewat status berisi daftar prestasi, tetapi saya mencoba membesarkan (semangat) dan eksistensi mereka, khususnya teman-teman penulis pemula agar tak ragu untuk berkarya dengan cara menulis bersama-sama. Semoga semangat kebersamaan ini akan menelurkan  karya demi karya yang bermanfaat kelak. Amiiin.

2015. A new year. A new hope.
Seperti orang lain, saya juga punya banyak harapan. Mimpi dan keinginan.
Saya mungkin malas mendaftar resolusi, tetapi saya tak ingin menarik mundur langkah saya saat berjuang dalam realisasi.

Selamat merealisasikan mimpi-mimpi dan resolusimu, teman! :)

6 comments

  1. Sama mbak lyta, aku juga tidak mencatatkan resolusiku dalam bentuk catatan yang kupublikasikan, resolusika adalah apa yang kukerjakan nantinya, hehe

    ReplyDelete
  2. hehe iya mbak eky, my resolution is what i am doing, hehe

    ReplyDelete
  3. Jleeeb... makasih remindernya, Kak Lyta.
    Saya kemarin nulis resolusi karena ikutan kuis dan kalah. muehehee...... Eh tapi suka baca resolusi orang2, jadi ikutan semangat juga... apalagi kalau dia pakai jelasin cara mencapai resolusinya, Jadi pengin ngikut gitu :D

    ReplyDelete
  4. Apa aja deh, mau resolusi atau realisasi, yang penting jangan re-SIAL-isasi :-p

    ReplyDelete
  5. Jleb, harusnya realisasi yang dibanyakin.. bukan malah resolusi ini itunya dibanyakin.hadeuh, kadang ga ngerti juga ya sama diri sendiri ikut-ikutan pamer resolusi... poor me :'))

    ReplyDelete
  6. Iya, yah harusnya realisasi yang dibanyakin bukan resolusinya, heran sama diri sendiri, mudah terpengaruh sama yang lain.. Poor me :'))

    ReplyDelete