Alarm di kamar Dito lagi-lagi berbunyi nyaring. Raungannya terdengar hingga ke seisi rumah. Namun, menit-menit berlalu, sang alarm tetap meraung, belum ada tanda-tanda bahwa penghuni kamar itu sudah terbangun.
Mama Dito yang mulai terganggu dengan suara alarm, mengetuk pintu kamar Dito. Tidak ada jawaban. Saat pintu dibuka, remaja tanggung itu ternyata masih bergelung di tempat tidur. Mama terbeliak, cepat-cepat mematikan alarm dan berseru keras. “Ditooo! Ayo bangun! Kamu mau sekolah tidak?”
Dito sontak terbangun, mengucek-ucek mata, melihat jarum jam, dan segera melompat dari tempat tidur. Dia lalu mengenakan kemeja seragam sekolah dengan masih bercelana pendek, menyisir rambut sekadarnya dan bergegas menyalakan laptop. Dito sudah telat lima menit dari jadwal kelas daringnya .
Mama hanya bisa geleng kepala. Omelannya harus ia simpan dahulu. Dito sudah harus “masuk” kelas meskipun fisiknya berada di rumah.
********************
Kejadian di atas adalah satu dari sekian peristiwa yang kerap terjadi pada masa pembelajaran jarak jauh (PJJ) saat ini. Anak yang harus bersekolah dari rumah, merasa seolah-olah berada dalam suasana liburan sehingga sulit disiplin mengikuti jam pelajaran.
Pandemi covid-19 telah mengubah drastis pola kehidupan termasuk sistem pendidikan. Sesuatu yang belum pernah terjadi selama ini dan menimbulkan banyak masalah baru. Dalam dunia pendidikan, ketika sistem pembelajaran tatap muka (PTM) berubah menjadi PJJ, berbagai persoalan yang timbul antara lain dapat kita lihat pada gambar-gambar berikut ini :
Pada tanggal 5 Juni 2021 lalu, saya berkesempatan menghadiri webinar “Refleksi Pendidikan di Indonesia di antara PJJ dan PTM” yang digelar secara zoom, dengan menghadirkan narasumber ibu Saufi Sauniawati (pemerhati pendidikan) dan Bapak Christian (Product Manager PT Faber Castell International Indonesia), dipandu oleh moderator Bapak Andri Kurniawan (PR Manager Faber Castell). Webinar ini diikuti oleh lebih 200 peserta dari masyarakat umum, blogger, wartawan dan tenaga pendidik.
Ibu Saufi mengatakan, bahwa Indonesia belum siap dengan sistem PJJ. Menurut beliau, salah satu indikatornya adalah tidak adanya sinergi antara standar guru dan orang tua.
Anak-anak cepat merasa jenuh dengan sistem pengajaran yang
monoton dan tidak adanya mentoring atau bimbingan. Belum lagi permasalahan yang
menyangkut teknologi seperti keterbatasan jaringan dan perangkat seluler yang
dimiliki serta besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk paket internet.
Tentu, semua persoalan ini harus diatasi, mengingat pandemi covid-19 hingga saat ini belum usai, sehingga kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) harus benar-benar dipertimbangkan dengan saksama. Jika tetap akan dilaksanakan, tentunya di bawah pengawasan dan prokes yang sangat ketat. Sambil menunggu penerapan PTM pada kondisi dan situasi yang tepat, sejumlah tips yang dibagikan oleh para narasumber berikut ini semoga dapat dijadikan panduan selama menjalani PJJ.
Tips Mengantisipasi Permasalahan Selama PJJ
Sebagai orang tua dari 3 (tiga) anak dengan level pendidikan yang berbeda (kuliah, SMA dan SD), dilema PJJ sudah menjadi denyut nadi dalam rutinitas keseharian. Saya akui, banyak hal terkait PJJ yang memicu kekhawatiran, seperti minimnya interaksi anak dengan lingkungan dan dunia luar, pembelajaran yang tidak maksimal, anak kurang termotivasi untuk belajar, dan sebagainya. Namun demikian, tetap ada sisi positif dari PJJ yang saya rasakan, diantaranya seperti yang tercermin pada gambar berikut :
Saya yakin, dengan kita “berhasil” mensyukuri hal-hal positif dari situasi yang sulit ini, akan memotivasi kita untuk menghadapi persoalan dengan jernih dan mencari solusi yang tepat.
Saya bersyukur diberi kesempatan mengikuti webinar tersebut, karena banyak sekali solusi yang ditawarkan baik oleh narasumber, maupun dari hasil diskusi dan tanya jawab dengan peserta webinar. Berikut diantaranya :
- Meningkatkan peran serta orang tua, guru dan siswa
Orang tua, guru dan siswa adalah elemen penting yang terlibat di dalam PJJ. Oleh karenanya, ketiganya harus berpartisipasi aktif dan meningkatkan perannya secara maksimal. Dari sisi orang tua, optimalisasi peran ini dapat dilakukan dengan mengawasi anak dan sering berkomunikasi dengan anak terkait pembelajaran, sehingga orang tua bisa segera tahu kesulitan yang dihadapi anak dan bersama-sama berusaha mengatasinya.
Di lain sisi, anak harus diberi kepercayaan penuh untuk mengerjakan soal dengan jujur dan mandiri. Tidak masalah anak mendapat nilai yang kurang sempurna sepanjang itu dikerjakannya sendiri, daripada membantu anak mengerjakan soal hanya demi mendapat nilai yang bagus. Dengan anak lebih banyak berada di rumah, semestinya menjadi kesempatan bagi orang tua untuk mengembangkan karakter positif anak.
Dari sisi guru, sebagaimana dikatakan oleh Ibu Saufi, guru harus mengembangkan pola mengajar yang kreatif, sehingga anak didik tetap bersemangat meskipun harus belajar secara daring. Kejenuhan akibat pola pembelajaran yang monoton dan tanpa bersosialisasi dengan lingkungan dapat melemahkan motivasi anak dalam belajar. Di sinilah peran guru sangat diperlukan dalam menciptakan suasana belajar yang menarik, tidak membosankan dan dapat mendorong kreativitas anak.
Dari sisi anak didik pula, anak semestinya menyadari bahwa belajar dari rumah sangat memerlukan self-motivation yang tinggi. Berbeda dengan pembelajaran tatap muka, dimana pengaruh dari lingkungan bisa memicu semangat kompetitif anak, untuk pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah, anak harus benar-benar berusaha menyemangati diri untuk aktif dalam belajar. Tidak hanya sekadar belajar saat zoom meeting dan mengerjakan tugas, tetapi juga harus aktif belajar mandiri dengan dukungan perangkat teknologi. Anak tetap harus mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara virtual, dan mengembangkan inovasi dari pengetahuan yang diperoleh saat belajar daring maupun dari sumber lainnya, misalnya buku dan internet.
- Mengatasi masalah dalam penggunaan teknologi
Tak dapat dipungkiri, teknologi merupakan sarana utama dalam mendukung sistem pembelajaran jarak jauh. Mengingat semua proses pembelajaran dilakukan dengan bantuan teknologi mulai dari proses mentransformasikan bahan ajar, pengerjaan dan pengumpulan tugas, hingga pengerjaan soal ujian.
Sehubungan hal ini, para siswa idealnya memiliki seperangkat sarana pendukung seperti gawai, laptop, jaringan internet dan printer. Namun, tidak semua siswa mampu memiliki sarana-sarana ini karena keterbatasan biaya ataupun tinggal di tempat yang sulit sinyal.
Gambar-gambar berikut ini menunjukkan fenomena yang kerap terjadi selama sistem pembelajaran jarak jauh, khususnya yang terkait pengerjaan tugas dan soal oleh siswa :
Namun, permasalahan di atas kini sudah ada solusinya. Sebagaimana disampaikan oleh Ibu Saufi dan Bapak Christian, Faber Castell telah menyediakan paket belajar online untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran jarak jauh, khususnya dalam pengerjaan tugas dan soal-soal. Paket ini tersedia melalui sarana Stylus yang dikembangkan oleh Faber Castell.
Apa itu Stylus?
Stylus adalah alat tulis yang dapat membantu siswa untuk
mengerjakan dan mengumpulkan tugas dengan lebih efektif dan efisien cukup hanya
bermodalkan gawai.
Stylus bisa dipakai untuk menulis, scroll atau mengetuk pilihan ganda
di semua gawai, baik ponsel pintar maupun tablet. Stylus juga lembut sehingga tidak
merusak layar gawai, serta dilengkapi dengan pensil, penghapus serta
rautan yang dikemas praktis dan elegan.
Berikut adalah detail produk Stylus :
- Paket belajar online paling lengkap di masa pandemi
- Stylus bisa dipakai untuk menulis, tanda tangan, scroll halaman dan memilih jawaban ganda
- Stylus bisa dipakai di semua merk ponsel pintar
- Tersedia alat tulis lain (pensil, pen, penghapus, rautan) sebagai pendukung pembelajaran online
- Sudah termasuk pencase.
Langkah-langkah penggunaan Stylus :
Kehadiran
Stylus yang praktis dapat menggantikan fungsi laptop dan printer bagi siswa
yang tidak memilikinya. Ini tentunya dapat meringankan beban biaya bagi orang tua, dan siswa
bisa lebih fokus dalam belajar serta mengurangi kerepotan dalam hal pengerjaan
dan pengumpulan tugas. Siswa pun bisa meraih prestasi meskipun belajar dengan sistem daring di masa PJJ.
Sambil menunggu penerapan kebijakan Pembelajaran Tatap Muka, tidak ada salahnya orang tua mempersiapkan anak menghadapi perubahan tersebut. Berikut adalah panduan yang bisa dipedomani orang tua sebagai langkah persiapan menjelang diberlakukannya Pembelajaran Tatap Muka :
Belajar dari rumah tidak semestinya menurunkan kualitas belajar anak didik. Dari Teori Conditioning Skinner yang ditemukan oleh Burrhus Frederick Skinner terkait pembentukan perilaku anak dalam aktivitas belajar, terdapat 2 (dua) hal penting yang dapat dilakukan, khususnya oleh orang tua dan guru dalam membentuk perilaku positif anak dalam belajar :
Penguatan (reinforcement), yaitu proses pengontrolan tingkah laku organisme secara bijak di lingkungan yang relatif bebas melalui penguatan positif (memberi reward, pujian, penghargaan) dan penguatan negatif (membebaskan anak dari kewajiban tertentu saat berhasil menyelesaikan tugas). Teori ini berasumsi bahwa kekuatan perilaku akan meningkat jika diiringi oleh stimulus penguat.
Di masa PJJ, penguatan ini bisa dilakukan orang tua dengan selalu mengawasi anak dalam proses belajar sehingga tahu kapan harus memberi penguatan positif dan negatif. Seperti yang dikatakan Ibu Saufi di dalam webinar bersama Faber Castell, tugas memonitor dan mengawasi bisa dilakukan oleh ayah, sehingga ada pembagian tugas dengan ibu. Dengan penguatan ini, diharapkan anak akan selalu termotivasi untuk belajar walaupun tidak hadir secara fisik di dalam kelas dan bertatap muka dengan guru.
Pembentukan (shaping), yaitu pengajaran keterampilan-keterampilan baru dengan memberikan penguatan kepada peserta didik.
Cara ini bisa dilakukan secara sinergis oleh guru dan orang tua. Jadi, selain memberikan pelajaran sesuai kurikulum, guru juga bisa mendorong anak mengasah keterampilan-keterampilan yang berkaitan dengan life skill. Begitu pun orang tua, bisa menstimulasi anak dengan melibatkan anak dalam pekerjaan-pekerjaan di rumah, memperkenalkannya dengan pengalaman-pengalaman baru seperti bercocok tanam, menjahit dan memasak bagi anak perempuan, atau mengutak atik mesin kendaraan dan alat pertukangan bagi anak lelaki. Pengajaran keterampilan ini juga harus dibarengi edukasi kepada anak tentang manfaat keterampilan-keterampilan tersebut bagi masa depan mereka kelak.
Menurut saya, teori ini cukup relevan untuk diterapkan di masa pandemi ini, karena teori ini memiliki kelebihan antara lain : anak diarahkan untuk mandiri, orang tua atau pendidik, khususnya orang tua terdorong untuk mengetahui lebih jauh tentang minat, bakat, kelebihan dan kekurangan anak, serta tidak diberlakukan sistem hukuman dalam teori ini, melatih anak untuk menjadi dewasa dan bertanggung jawab secara alamiah karena anak akan merasakan sendiri konsekuensi akibat perbuatannya jika ia berbuat kesalahan.
**************************
Kesimpulan
Pandemi Covid 19 telah mendorong terjadinya perubahan massif dalam kehidupan manusia. Selain dampak negatifnya, kondisi ini juga mendorong munculnya sejumlah implikasi positif. Dalam dunia pendidikan, hal positif itu antara lain ditandai dengan penggunaan teknologi yang berkembang dengan pesat, sehingga mendorong peningkatan kapabilitas siswa dan guru dalam memanfaatkan teknologi.
Hadirnya permasalahan selalu dibarengi dengan upaya manusia untuk mencari solusi. Maka, perubahan di masa pandemi sudah semestinya disikapi dengan positif dan membangkitkan optimisme. Dalam hal ini, peran serta aktif berbagai pihak dalam mengatasi masalah tersebut, tentunya sangat dibutuhkan dan layak diapresiasi. Salah satunya adalah melalui penyediaan paket belajar online oleh Faber Castell. Sebuah terobosan yang sangat bermanfaat dan inovatif terhadap sistem pembelajaran jarak jauh, dan tentunya menjadi kontribusi yang sangat positif serta efektif terhadap dunia pendidikan di masa pandemi.
Untuk info selengkapnya tentang paket belajar online dari Faber Castell silakan kunjungi www.faber-castell.co.id.
Anak saya, begitu melihat stylus Faber Castell, langsung deh dia pakai saat belajar online hehe ... memang membantu sih ya.
ReplyDeleteWah faber castell makin kece ya kak.. Bisa membantu anak2 untuk bisa belajar online dengan nyaman dan senang. Paket belajar onlinenya jadi bisa diikuti dg seru, karena bisa nulis2 pake stylus faber castell.. 😍
ReplyDeleteIni nih yg dibutuhkan kiddos!
ReplyDeletePaket Faber Castell sungguh bikin bahagiaaaa dan makin semangat menjalani PJJ
Semangaattt utk kita semua yhaa
Keren ya Faber-Castell ini, inovasi selalu tepat sasaran. Anak2 pasti langsung heboh dengan adanua stylus di paket belajar online nya FC ini..
ReplyDeleteBelajar itu harus, nah peralatan yang suka ilang. Untungnya paket fabel castle membantu kita untuk dislipin naruh barang pada tempatnha apalagi komplit pelajaran sekolah
ReplyDeleteKepake bgt ini stylus-nya mbak. Buat coret2an ngitung mtk, gambar di ponsel bahkan ngebantu bgt juga buat ttd online kalau ada SPK job ahaha
ReplyDeleteDampak pandemi memang dialami oleh seluruh lapisan masyarakat yaa..
ReplyDeleteYang paling penuh ujian memang anak-anak niih... Selama sekolah offline aja seringkali ada masanya malas. Apalagi online. Huhuu...uda kaya gak excited lagi.
Kudu banget dibantu sama Faber Castell nih... canggih dan bisa membantu anak-anak dalam mengerjakan soal secara online menggunalan stylush.
baru tahu tentang teori conditioning skinner ini, related ya dengan kondisi sekarang yang harus PJJ dan Pembelajaran Tatap Muka. Memang butuh penyesuaian dan kerja sama antara orang tua, guru, dan murid.
ReplyDeleteIya setuju mba..banyak hal positif juga dari pandemi ini...Sejalan dengan berbagai masalah manusia jadi semakin kreatif karena berusaha mencari solusi...
ReplyDeletePembelajaran Tatap Muka atau PJJ sebaiknya sih tetap ya orang tua gak lepas tangan menyerahkan pada guru, apalagi saat PJJ seperti sekarang anak juga butuh bantuan orang tuanya.
ReplyDeleteSupaya gak bosan belajar daring harus kreatif memang pembelajarannya ya. Nah tugas orang tua menyediakan fasilitas untuk belajar onlione salah satunya dengan memberikan Paket Belajar Online dari Faber-Castell
Jadi kangen sekolah lihat postingan ini hehe. Apalagi ada Faber Castell peralatan sekolah yang bagus banget ditanbah kagi ada stylus yang membantu banget belajar via digital.
ReplyDeleteFaber Castell dengan produk barunya STYLUS yg multifungsi sangat membantu mereka yg tidak punya laptop dan bisa digunakan pd beberapa macam gadget. Stylus sangat lembut hingga tak akan merusak permukaan gawai. Mengenai PJJ alhamdulillah Cucu bunda tdk mengalami kendala yg berarti karena ibunya (anak bunda) di masa pandemi ini dlm 1 minggu bisa 4x wfh dari kantornya, sehingga bisa menemani permata hatinya utk menghadapi PJJ.
ReplyDeleteAlhamdulillah ya mbak, saya juga merasakan banget manfaat stylus ini karena bisa dipakai di laptop atau di hape. secara kita kan kadang meleset terus ya ngetik di keyboard hape yang kecil itu, jadi bisa cepat negtik tanpa typo pakai stylus
ReplyDeleteMakin keren nih Faber Castell, selalu berinovasi dan tahu banget apa yang dibutuhkan anak-anak juga orang tuanya
ReplyDeleteBelajat online harus dilengkapi dengan perawatan sesuai yang di pakai. Stylus membantu pekerjaan jadi lebih mudah
ReplyDeleteFaber castle emang luar biasa kok ya bun, stylusnya kece.
ReplyDeleteaku lupa bikin report hiks belum sempat makasih bun buat sharingnya