“Kamera yang terbaik adalah kamera yang kita miliki
sendiri.” Ini adalah kalimat mbak Yuyun, atau akun IG nya @bunda_ghaida,
fotografer kuliner yang jepretannya selalu ciamik dalam sessi sharing ilmu
fotografi pada acara “3rd meet up plus kompakers Tanjungpinang”, 20
Januari kemarin.
And...it's true. Terlepas soal merk
ponsel dan kapasitas, yang paling mengenal kamera kita, baik itu DSLR maupun
kamera ponsel, siapa lagi kalau bukan kita sendiri. Kalimat ini juga yang bikin rasa
minder saya saat melihat kamera-kamera keren milik anggota yang lain, jadi
menguap, dan yakin bahwa kamera ponsel pun bisa menghasilkan jepretan yang
bagus asal kita mengenalnya (berikut teknik penggunaannya) dengan baik.
Saat ini, fotografi tak hanya menjadi profesi ataupun hobi
bagi kalangan tertentu saja. Didukung oleh keberadaan berbagai media sosial
yang menyediakan sarana untuk memajang hasil fotografi seperti instagram dan
path, juga berkat kemajuan teknologi yang memungkinkan aktivitas fotografi bisa
dilakukan dengan kamera ponsel, membuat kian banyak masyarakat yang menekuni
dunia fotografi, tak terkecuali kalangan wanita, alias ibu-ibu, a.k.a
emak-emak.
Seiring dengan itu, komunitas-komunitas fotografi pun mulai
tumbuh, menyatukan mereka yang memiliki hobi sama untuk saling bertukar ide
untuk mewujudkan acara-acara yang dikemas
menarik. Dan salah satu komunitas fotografi yang ada di Tanjungpinang, adalah
kompakers tanjungpinang.
Dan....saya sendiri merasa sangat surprise and lucky, bisa
ikutan dalam komunitas nan keren ini. Berhubung saya belum lama
punya hobi fotografi, jepret-jepret pun masih sebatas pake kamera ponsel, masih
labil (kadang rajin motret kadang malas),dan masuk grid dalam foto-foto
challenge di instagram juga jarang-jarang. Ditambah lagi, komunitas ini adalah
komunitas yang rutin ikutan challenge perpotoan di akun foto paling top @upload
kompakan. Jadi, ya, enggak heran kalau hasil jepretannya pada syantik-syantik.
Baeklah....sekarang saya mau cerita tentang acaranya.
“3rd meet up plus kompakers Tanjungpinang” ini diadakan di
RM Waroeng Mbah Darmo, Jalan Pemuda Tanjungpinang. Sebelum itu, 1st meet up-nya digelar pada
bulan Januari 2015 dan 2nd meet up pada bulan Maret 2015. Tetapi, even yang
ketiga ini emang sengaja dibikin spesial. Ini terlihat pada dekorasi bernuansa
warna pastel yang cantik, ada sharing ilmu fotografi oleh narasumber, yang
hadir juga hampir semua anggota dengan dresscode warna pastel dan yang paling
keren..... bertabur hadiah juga doorprize dari para sponsor.
Menurut ketua kompakers Tanjungpinang Ibu Lely Prawesti atau
didalam komunitas biasa dipanggil “bu lurah (bulur)”, komunitas ini awalnya
terbentuk saat beberapa wanita pencinta fotografi di Tanjungpinang mengunggah
foto-foto karyanya di instagram dengan tagar yang sama untuk diikutsertakan pada
photo challenge di akun @uploadkompakan.
Bagi yang belum tahu apa itu
@uploadkompakan, ini adalah akun yang menggelar photo challenge sejak September
2014 di instagram, dan sejak itu pengikutnya terus berkembang pesat. Saat ini
anggotanya sudah mencapai 25 ribuan dari berbagai daerah di Indonesia dan
mancanegara yang didominasi kaum wanita. Selain untuk menyalurkan hobi
fotografi, akun yang dipelopori oleh Echi Sofwan itu juga memiliki visi dakwah
tersendiri, yaitu dengan menetapkan aturan tidak boleh memotret anggota tubuh,
patung dan hewan, yang bertujuan meminimalisir foto selfie yang mengumbar
aurat.
Untuk kompakers tanjungpinang sendiri, komunitas ini
didirikan dengan tujuan sebagai wadah yang bermanfaat untuk kaum ibu yang
menyenangi fotografi. Tidak hanya memotret dengan kamera DSLR, tetapi yang
memotret dengan kamera ponsel pun boleh turut serta. Sejak terbentuknya pada
tahun 2015, komunitas ini saat ini memiliki anggota 21 wanita dari
beragam latar belakang yang berbeda : ibu rumah tangga, pengusaha homemade,
bidan, penulis, PNS, dan sebagainya.
Pada sessi sharing ilmu, ibu Yuyun yang juga anggota
@kompakerstanjungpinang dan hasil-hasil jepretannya bisa disejajarkan
dengan fotografer profesiona,l membagikan ilmu-ilmu fotografinya khususnya dalam
memotret objek yang menjadi favorit para ibu, yaitu makanan atau kuliner. Selain tentang our own camera yang menjadi pembuka tulisan ini, ibu Yuyun juga bilang, bahwa sudut
pengambilan gambar yang terbaik adalah yang sesuai dengan keinginan sang
pemotret. Tinggal lagi bagaimana
mengatur arah pencahayaan, properti pendukung dan yang terpenting adalah
jarak antara si pemotret dengan objek, untuk menghasilkan foto yang menarik.
Untuk aplikasi pendukung fotografi, saat ini sudah banyak tersedia di berbagai
jenis ponsel sehingga hasilnya pun tak kalah dengan kamera profesional.
bareng bu Yuyun, cantik orangnya cantik foto-fotonya |
Ke depan, diharapkan komunitas ini tidak hanya sekadar
menjadi ajang kumpul-kumpul, tetapi bisa lebih ditingkatkan eksistensinya dan
manfaatnya dengan menggelar workshop fotografi.
Acara ditutup pada pukul empat sore dengan sessi foto-foto,
pembagian goodie bag dan doorprize dari para sponsor diantaranya : Dapur Didin,
FerDian’s Kitchen, Rinara Homemade, Lazziss Corner, Namaste Organic, Rumah Maju
Mapan, dan sebagainya.
Jujur, ini acara pertama dimana saya dapet goodie bag yang
penuuuh hadiah sponsor. Cake aja
ada tiga macem, belum yogurt, teakong, pudding, pengharum baju, properti foto,
dan sebagainya.
sebagian isi goodie bag |
Red Velvet enak banget dari sponsor |
Sebagai penutup, ini beberapa kesan saya dari acara ini dan juga dari fotografi itu sendiri :
Pertama, pencinta fotografi umumnya pinter mix n match warna
dan model busana juga dandanan. Ini yang saya amati dari penampilan ibu-ibu
kompakers yang rata-rata modis dan syantik.
Kedua, wanita itu makhluk Tuhan yang kreatif deh. Ini
dibuktiin dari homemade product para sponsor.....rasanya enak-enak banget
...semuanyah! Kemasannya juga pada syantik-syantik. Kaya’nya habis ini saya
bakal nge-list deh produk mana yang mau dipesen.
Ketiga, sesuai tips dari ibu Yuyun, fotografi itu harus
jujur, nggak maksa, tapi butuh usaha. Maksudnya, kalo misalnya kita
pingin pasang daun mint untuk properti, tapi nggak ada, ya nggak perlu diganti sama daun sop.
Kalo kulinernya tradisional, ya nggak usah pake properti modern kaya’ buah
cherry. Juga jangan sesekali nge-zoom objek, gambar bisa pecah. Sebaiknya dekatkan
kamera pada objek.
Keempat, sepertinya misi dakwah dari @upload kompakan, yang
kemudian juga diikuti oleh beberapa akun fotografi yang lain, lumayan tercapai
deh. Setidaknya yang saya rasakan, sejak rajin ikutan foto-foto challenge yang “say no
to penampakan”, keinginan untuk mengunggah foto-foto selfie
jadi berkurang jauh.
jepretan Nana Mortier, tetep yah, promo buku dimana-mana :D |
Kelima, kaya’nya setelah meet up ini bakal rajin lagi deh
jepret-jepret dan ikutan foto challenge, khususnya challenge yang diadain oleh
@upload kompakan.
Keenam, fotografi semestinya bisa meningkatkan rasa syukur
dan iman kita kepada Allah, saat kita melihat dan mengamati objek ciptaanNya
yang begitu indah yang tertangkap oleh lensa kamera. Jangan pula sebaliknya,
merasa kagum berlebihan pada hasil foto dan tekniknya sehingga mengabaikan
keindahan yang hakiki dari Allah.
Sampai jumpa di meet up kompakers tanjungpinang yang akan
datang!
Paragraf terakhir nih, kudu dicatet baik-baik. Kita (eh elu aja kali, Fi) suka amaze sama teknik tapi suka lupa sama pencipta objek Yang Maha Indah.
ReplyDeleteAku pun lagi belajar fotografi dan belum nemu feel yang pas dan ga maksa. hiks hiks. Effortnya masih kuraaaang.
Saya masih belajar juga Fi...iya sama...kadang saking terpesona sama foto n teknik...sejenak lupa kalo objek nan cantik itu dr Allah...yg semestinya jd sentra rasa kagum kita
DeleteSya jg msh anak baru bljr2 fotografi, bener, kdg lebih mengagumi hasil jepretan, astaghfirullah.... Trima kasih sudah mengingatkan, mbak... Bermanfaat sekali.. ��
ReplyDeleteSaat aku ikut workshop foyografi by Android. Tak bisa bohong jenis hp juga sangat mempengaruhi hasil foto heheh
ReplyDeletesaya orang yang suka fotografi, kadang lihat hasil foto orang lebih bagus jadi pengen belajar terus biar makin bagus hasilnya
ReplyDeleteAku suka banget ngeliatin foto2 para kompakers ini.. Keren2 dan bikin takjub. Ide foto dan hasil jepretannya juarak!
ReplyDeletekeren kata-katanya, kamera terbaik adalah kamera kita, noted :D
ReplyDeleteNgelihat poto bagus..jadi pengen tau potografi tu kayak mana.
ReplyDeletewah mamah belajar foto :D
ReplyDelete