Di bulan Ramadhan, ada salah satu ibadah yang
benar-benar dirasakan peningkatannya, dilakukan oleh sebagian besar umat
muslim, yaitu tadarrus alias membaca Al—Quran. Setiap malam, boleh dibilang hampir
semua masjid akan memperdengarkan bacaan Al-Quran dari para jemaah yang melakukan
tadarrus. Malam-malam Ramadhan pun menjadi kian syahdu dengan lantunan ayat
suci yang sambung-menyambung.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa semangat atau
ghirah membaca Al-Quran di bulan Ramadhan pada umumnya meningkat?
Ada beberapa faktor pendorongnya. Diantaranya yang paling masyhur adalah, bahwa amal ibadah di bulan
Ramadhan insya Allah akan dibalas dengan pahala berkali lipat. Memang, terdapat
beberapa hadist dhaif tentang “kalkulasi” atas pahala yang berlipat ganda ini,
namun satu hal pasti, bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Maka segala
amal ibadah yang dilakukan di bulan inipun memiliki nilai kemuliaan yang lebih
tinggi dibandingkan amal ibadah di bulan lainnya.
Salah satu hadits yang menyebutkan akan kemuliaan
Ramadhan dapat kita lihat dalam sabda Rasulullah saw di bawah ini yang artinya :
Pada malam
pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dan jin-jin yang jahat dibelenggu,
pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan
pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satu pun pintu yang tertutup, serta seorang
penyeru menyeru: “Wahai yang mengharapkan kebaikan
bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat
berhentilah”. Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api
neraka pada setiap malam di bulan Ramadhan”. (At Tirmidzi dari hadits Abu Hurairah).
Hadits
diatas menyuruh umat Islam yang mengharapkan kebaikan agar bersegera kepada
ketaatan, atau dengan kata lain, melakukan amal ibadah yang dapat meningkatkan
ketaatan kita kepada Allah swt. Dan salah satu amal ibadah tersebut, adalah dengan
membaca Al-Quran.
Jadi,
tentu saja sangat dianjurkan untuk kita umat muslim mengkhatamkan Al-Quran di
bulan Ramadhan. Bahkan banyak umat muslim yang memasang target untuk khatam
Al-Quran di bulan Ramadhan satu kali, dua kali atau bahkan tiga kali.
Dan,
tanpa bermaksud riya, sejak kecil saya sudah menjadikannya sebagai rutinitas,
tertanam di dalam benak dan hati saya untuk bisa mengkhatamkan Al-Quran setiap
Ramadhan tiba. Saya bersyukur punya orang tua yang mampu menanamkan kesadaran
ini dengan begitu teguhnya dan membekas pada diri saya hingga sekarang.
Tetapi,
jujur saja, kesadaran yang sama belum mampu saya tanamkan pada anak-anak saya. Entahlah.
Mungkin karena pengaruh karakter, perbedaan zaman, atau mungkin saya belum
menemukan cara yang tepat untuk bisa membangkitkan kesadaran itu dengan baik. Sehingga,
meskipun setiap hari saya mengingatkan anak-anak untuk mengaji, tetap saja mereka
lebih sering mengabaikannya ketimbang melakukannya (buat ibu-ibu yang membaca
blog ini dan punya tips mendorong anak untuk mengkhatamkan Al-Quran di bulan
Ramadhan, ditunggu sangat sharingnya ya).
Kembali
ke topik tentang membaca Al-Quran, bahwa selain meningkatkan kuantitasnya di
bulan Ramadhan ini, satu hal yang menurut saya tak kalah pentingnya, adalah meningkatkan
kualitas dan pemahaman tentangnya.
Sebagaimana
Allah swt berfirman yang artinya :
“dan bacalah
Al Qur’an dengan tartil” (QS. Al Muzammil: 4)
Tartil artinya
membaca dengan pelan untuk membantu proses pemahaman dan mentadabburi isi
Al-Quran. Jadi, sangat dianjurkan untuk membaca
Al-Quran beserta tafsirnya. Sehingga kita akan memahami kandungan isi Al-Quran sebagai
pedoman hidup kita.
Dengan demikian, jika terjadi kisruh-kisruh yang
memperdebatkan akan makna Al-Quran, kita tahu bagaimana harus bersikap dan
kebenaran mana yang harus kita pegang dengan teguh. Jika berada dalam
situasi terombang-ambing, kita tidak perlu ragu lagi untuk mencari solusinya,
karena solusi itu ada didalam Al-Quran. Dan jika hati kita dilanda gelisah,
enggak perlu jauh-jauh cari obat penawar, karena penawar yang paling ampuh juga
adalah dengan membaca Al-Quran.
Tulisan saya tentang
Al-Quran ini memang sedikit random, ya. Maklum sajalah. Saya memang bukan da’i
atau ahli agama. Saya hanya menyampaikan apa yang menjadi pemahaman dan
keinginan saya, dengan tetap menyesuaikannya pada ajaran agama yang saya pedomani.
Dan bukan sebaliknya, mendengarkan apa kata logika dengan mengesampingkan
suara-suara kebenaran yang dihembuskan oleh firmanNya, karena siapapun tahu,
logika manusia adalah terbatas adanya. Dan kebenaran yang bersumber dari
manusia itu sendiri bukanlah kebenaran hakiki yang tak terbantahkan.
Semoga tulisan
random ini bermanfaat meski hanya sebesar butiran pasir. Masih ada 19 / 20 hari
tersisa di bulan mulia ini. Semoga kita termasuk orang-orang yang tetap istiqomah
di bulan mulia ini, termasuk istiqomah dalam meningkatkan kualitas dan
kuantitas membaca Al-Quran. Aamin.
Setuju nih mbak. Sebagian dr kita ((KITA)) *saya maksudnya :)* sayangnya masih bergelut dg sekedar baca Al Quran, tp masih jauh dr pemahaman. Tfs mbak, reminder banget ini.
ReplyDeletePostingan yang menyejukkan. Penuh pencerahan :)
ReplyDeleteWarottilil qurana tartila.
ReplyDeleteBacalah Qur'an secara pelan dan tartil.
Kita menyimak pun dpt pahala. Apalagi bacaannya bagus sehingga sangat enak utk dinikmati.
Trims telah berbagi.
Semoga di Sosa Ramadan ini tetap bisa melanjutkan niat mengkhatamkan Alquran... Amin...
ReplyDelete