Mari jujur mengakui, bahwa beragam masalah yang dihadapi
umat muslim saat ini, tidak hanya berasal dari ancaman dan gempuran pihak-pihak
luar yang ingin melemahkan atau menghancurkan Islam, tetapi juga berakar dari
krisis umat Islam itu sendiri. Dan salah satu krisis terbesar yang melanda umat
Islam masa kini, adalah krisis keberanian. Keberanian untuk menegakkan
kebenaran yang berlandaskan ajaran Islam, keberanian untuk membela Islam
sebagai satu-satunya agama rahmatal lil alamin di muka bumi, dan keberanian
untuk melawan segala bentuk penistaan dan pelemahan terhadap Islam.
Lantas, seperti apa bentuk keberanian yang seharusnya
dimiliki oleh semua umat Islam? Bagaimana cara mengupayakannya? Dan bagaimana pengejawantahan
sikap berani yang dicontohkan oleh junjungan kita Rasulullah SAW serta para
sahabat?
Semuanya akan anda temukan dalam buku berjudul Seberapa
Berani Anda Membela Islam karya Na’im Yusuf ini.
Buku setebal 288 halaman ini dibuka dengan Bab Muqaddimah
yang menerangkan tentang Esensi Sikap Berani. Dari berbagai sumber disebutkan,
bahwa sikap berani tidak hanya identik dengan kaum pria saja, tetapi juga kaum
wanita bahkan anak-anak. Sikap berani tidak selamanya berbanding lurus dengan
kekuatan fisik, harta, jabatan atau gelar, melainkan sikap yang lahir dari kekuatan
jiwa.
Ikhtisar esensi dari sikap pemberani ini dapat kita simak
melalui jawaban Dr. Yusuf Qardhawi pada halaman 7 berikut ini :
Selanjutnya, buku ini membeberkan 13 jenis karakter
pemberani yang seyogyanya melebur dalam diri dan jiwa setiap umat Islam, yaitu
: 1) Mencintai Masjid, 2) Menyeru ke Jalan Allah, 3) Bersungguh-sungguh dan
Tanggap, 4) Bersikap Aktif dan
Bertanggung Jawab, 5) Bercita-cita yang
tinggi, 6) Mulia dan Terhormat, 7) Berani di atas Kebenaran, 8) Berani,
9) Berjihad dan Berkorban, 10)
Teguh diatas kebenaran, 11) Sabar dan
Membiasakan Diri, 12) Memenuhi Janji dan
Jujur pada Allah, 13) Tidak Mudah Putus
Asa dan Pesimis.
Pada masing-masing karakter, kita akan menemukan pembahasan
lengkap yang meliputi pengertian karakter tersebut, alasan mengapa setiap
muslim wajib memilikinya, dalil-dalil yang mendasarinya, upaya yang harus kita
lakukan untuk memenuhi standar dari masing-masing karakter, kisah-kisah teladan
Rasulullah SAW dan para sahabat terkait implementasi karakter tersebut dalam
jihad menegakkan kebenaran Islam, juga dilengkapi syair-syair indah yang
semakin memperkaya muatan buku ini.
Saya kutip ikhtisar dari beberapa karakter pemberani
tersebut, sebagai berikut :
1) Mencintai
Masjid
Masjid merupakan tempat pembentukan lelaki
yang sebenarnya. Di tempat inilah mereka mensucikan diri, bersujud, berzikir dan
shalat. Perdagangan, jual beli dan berbagai tontonan duniawi tidak mampu
melalaikan mereka dari mengingat Allah SWT dan mengerjakan shalat. Karena itu mereka berhak mendapat
nikmat berupa perlindungan Arsy ar rahman pada hari dimana tidak ada
perlindungan kecuali perlindunganNya. (hal. 24).
2) Menyeru
ke Jalan Allah
Seorang lelaki pemberani adalah yang berani
menyampaikan ajaran Tuhannya, mengatakan yang benar, dan tidak takut pada
cercaan yang menyakitkan. Sebab, sebaik-baik jihad adalah mengatakan yang benar
di depan penguasa yang zalim (hal. 26).
3) Bersungguh-sungguh
dan Tanggap
Sifat sungguh-sungguh harus ada dalam
kehidupan laki-laki dan para da’i. Sebab hanya dengan kesungguhan, kewajiban
dan tanggung jawab dapat dilaksanakan, risalah ketuhanan dapat disampaikan,
dakwah dapat disebarluaskan, dan semua penderitaan serta kesulitan dapat
dikalahkan.
4) Bercita-cita
yang tinggi
Al-Quran mendorong umatnya untuk
bercita-cita tinggi. Maksud dari bercita-cita tinggi di sini adalah menganggap
kecil sesuatu jika belum sampai puncaknya. Yaitu puncak kesempurnaan dalam ilmu dan amal (hal. 80).
Adapun sarana-sarana yang dapat membantu
umat Islam untuk mempertinggi cita-cita, diantaranya : ilmu, dzikir, doa,
bersahabat dengan orang-orang yang bercita-cita tinggi, selalu mengingat hari
akhir, dan lain-lain.
Pertanyaannya, mengapa karakter pemberani ini wajib dimiliki setiap umat
Islam, khususnya umat Islam masa kini?
Jawaban yang dikemukakan pada bab penutup buku ini, layak untuk kita
renungkan :
“Badai yang menyerang kapal Islam sangat besar dan ganas. Usaha besar-besaran yang dimunculkan musuh-musuh yang keras dan sangat membenci Islam, mengharuskan kaum Muslim sadar kembali dengan petunjuk mereka dan menguatkan hubungan mereka dengan Allah, hingga kemuliaan dan kehormatan kembali pada agama Islam.” (hal. 268).
Inilah kenyataan yang kita hadapi saat ini. Ditambah lagi kenyataan akan
degradasi keberanian umat Islam itu sendiri dalam membela dan menegakkan
kemurnian Islam. Bahkan jauh sebelum hari ini, Rasulullah SAW telah
memperingatkan umatnya sebagaimana diriwayatkan oleh Tsauban, “Suatu masa
nanti, kalian akan diserbu oleh musuh-musuh kalian dari berbagai penjuru
seperti hidangan yang diserbu orang-orang yang kelaparan dan ingin memakannya.”
Para sahabat bertanya, “Apakah karena jumlah kita yang sedikit ketika
itu, wahai Rasulullah?”
Rasulullah SAW menjawab, “Tidak, bahkan pada hari itu jumlah kalian
sangat banyak, namun seperti buih di lautan. Allah cabut rasa cinta kasih dari
hati – hati kalian dan ketika itu kalian dijangkiti penyakit al-wahn.”
Para sahabat bertanya lagi, “Apa itu al-wahn?”
Rasulullah SAW bersabda, “Cinta dunia dan takut pada kematian.”
(hal. 173).
Oleh karenanya, tak ada jalan lain, umat Islam masa kini harus bersungguh-sungguh
dalam memahami dan menjalankan ajaran Islam, memperkuat ukhuwah dan merapatkan
barisan, bersatu padu dan memiliki tujuan yang sama, yaitu menegakkan kebenaran
dan menebarkan kebajikan yang bersumber (hanya) dari ajaran Islam. Karena Islam
adalah satu-satunya agama yang membawa rahmat bagi seisi alam. Membawa
keselamatan bagi pemeluknya dunia dan akhirat. Tentu saja, sepanjang umatnya
melaksanakan segala perintah Allah SWT dan membela kebenaran Islam hingga titik
darah penghabisan. Rela mengorbankan jiwa dan harta demi dakwah dan meninggikan
kalimat Allah swt.
Dan sungguh ...... ini merupakan perjuangan maha berat. Perjuangan yang
membutuhkan keberanian sebagai syarat mutlaknya. Yaitu keberanian yang lahir dari kekuatan hati dan ketetapan jiwa
untuk mencapai kebaikan dunia dan akhirat. Keberanian yang mengejawantah dalam
ibadah, amal, istiqamah, dakwah, dan jihad fisabilillah.
Kehadiran buku ini, sangat tepat kiranya di tengah krisis keberanian yang
tengah melanda umat Islam masa kini dan gempuran berbagai pihak yang ingin
melemahkan Islam, karena :
1. Buku ini akan membawa kita menyusuri
jejak-jejak keteladanan para nabi dan Rasul, terutama Rasulullah SAW dan para
sahabat Nabi dalam hal keberanian mereka berdakwah dan jihad fisabilillah. Di sini,
kita akan menemukan serangkaian kisah-kisah heroik nan menggugah, dari para sahabat
pejuang Islam seperti Ali bin Abi Thalib, Khalid bin Walid, Thalhah bin
Ubaidillah, dan seterusnya yang rela mengorbankan harta, jiwa dan raga untuk
menegakkan kemurnian Islam dan kalimat Allah SWT. Keteladanan mereka, mungkin
terasa mustahil untuk diikuti masyarakat awam seperti kita, namun sudah
selayaknya menjadi standar kita dalam membangun karakter keberanian untuk
menegakkan kemurnian ajaran Islam.
2. Buku ini menguraikan secara detil dan
komprehensif tentang karakter-karakter pemberani sesuai tuntunan Islam,
dalil-dalil yang mendasarinya, bagaimana cara mengupayakannya, dan bagaimana
pula cara untuk tetap mempertahankan keteguhan karakter ini di tengah berbagai
fitnah dan cobaan.
3. Buku yang akan menggugah semangat kita untuk
ikut ambil bagian dalam barisan pejuang Islam, meski bentuk kontribusi yang
mampu kita berikan masih terlalu kecil dibandingkan apa yang pernah dilakukan
para Rasul dan sahabat, juga generasi as-Salaf ash-Shalih.
4. Buku
yang akan membuka mata hati kita akan pentingnya memiliki sifat pemberani, dan
mengetuk kesadaran kita tentang keutamaan dan ganjaran yang dijanjikan Allah untuk hambaNya yang berani berjihad menegakkan
ajaran Islam dan membela kebenaran.
Bersanding dengan berbagai kelebihan yang dimiliki buku ini, bukan
berarti tak ada kekurangan didalamnya. Berikut diantaranya :
1. Letak
judul untuk masing-masing karakter yang langsung bercampur dengan pembahasan membuat
fokus pembaca sedikit tereduksi, hingga terkadang tak menyadari pembahasan satu
karakter telah bergerak pada karakter berikutnya.
Tata letak judul karakter yang berbaur dengan pembahasan |
2. Standar
karakter keberanian yang diusung buku ini tergolong tinggi untuk golongan muslim
awam, yaitu mereka yang menjalankan ajaran Islam sebatas kadar kemampuan atau
bahkan sekadar menggugurkan kewajiban. Oleh karenanya, bagi golongan ini,
proses membaca dan memahami isi buku ini memerlukan pendampingan dan arahan dari
guru ataupun menelaahnya bersama-sama didalam majelis ilmu, agar muatannya
benar-benar dapat menggugah semangat keberanian untuk membela Islam dan bukan
sebaliknya, memunculkan rasa pesimis untuk bisa memenuhi standar pemberani sebagaimana
yang diuraikan didalam buku ini.
Terlepas dari kedua poin diatas, buku ini sangat direkomendasikan bagi
semua umat Islam masa kini, tak hanya untuk membangkitkan dan menguatkan
semangat keberanian dari dalam diri untuk ikut berjuang membela Islam dan
menjadi pedoman menggali karakter positif yang menjadi ciri umat pemberani,
tetapi juga sebagai bekal membentuk karakter-karakter pemberani generasi Islam
masa depan.
Jadi....seberapa berani anda membela Islam?
Tunda dulu jawaban anda sampai anda membaca dan menuntaskan isi buku yang
“berani” ini.
Sebagai penutup, firman Allah swt dalam surat An-Nisa ayat 95 ini, semoga
dapat menjadi penggugah kesadaran kita akan keutamaan umat Islam yang berani
dalam berjihad fisabilillah :
“Tidaklah sama antara beriman yang duduk (yang tidak turut berperang)
tanpa mempunyai uzur (halangan) orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta
dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta
dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (yang tidak turut berperang). Kepada masing-masing,
Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang
yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.”
Judul : Seberapa Berani
Anda Membela Islam?
Penulis : Na’im Yusuf
Penerbit : Maghfirah Pustaka
Tebal : 288 hal
Terbit : Mei 2016
Bagus bukunya mba rasanya merinding baru baca sedikit ulasannya :) buku ini sesuai dengan kondisi kekinian y mba..
ReplyDeleteBtw gudluck Mba as always tulisannya bagus semoga menang ^^
Terima kasih yaa....Amiin
DeleteSelamat ya Mbak... Juara pertama ini resensinya :)
ReplyDeleteterima kasih :)
Delete