Menjelang memperingati hari raya Idul Adha, ingatan kita tentu tak akan
terlepas dari kisah penyembelihan Ismail oleh ayahnya Nabi Ibrahim, yang
kemudian digantikan Allah swt dengan seekor kibas. Selain itu, sesungguhnya ada
banyak hal yang bisa kita teladani dari kisah dan sosok nabi Ibrahim alaihis
salam. Rasul yang sangat dikasihi oleh Allah swt dan beliau termasuk didalam rasul-rasul
yang menyandang julukan ulul azmi karena kesabarannya yang luar biasa. Berikut adalah
tiga keteladanan dari kisah Nabi Ibrahim alaihis salam yang layak kita jadikan pelajaran :
1.
Selalu mencari kebenaran yang hakiki
Kita tentu sudah tak asing dengan kisah Nabi
Ibrahim di masa kecilnya saat mencari Tuhan. Ibrahim kecil pada awalnya melihat
keberadaan bintang-bintang di langit yang begitu indah dan ia mengaguminya. Dalam
hatinya berkata bahwa inilah Tuhannya. Namun kemudian, Ibrahim melihat ujud bulan
yang lebih besar dan bercahaya ketimbang bintang, maka Ibrahim pun berkata
bahwa bulan inilah Tuhannya.
Saat pagi datang, betapa kecewanya Ibrahim
saat melihat bintang dan bulan telah lenyap, digantikan oleh matahari. Sinar
matahari yang terang dan mampu menyinari seisi alam membuat Ibrahim terpsona,
dan ia pun merasa bahwa matahari-lah Tuhannya.
Namun, saat malam tiba dan matahari lenyap,
lagi-lagi Ibrahim merasa kecewa. Tuhan tentu tidak bisa hilang dan lenyap. Itu
artinya, diantara bintang, bulan dan matahari, tidak satupun yang layak ia
anggap sebagai Tuhan.
Dari kisah ini kita bisa mengambil teladan,
bahwa betapa pentingnya untuk selalu mencari kebenaran, menambah ilmu pengetahuan dan
juga wawasan. Apalagi, di jaman yang penuh perang pemikiran, fitnah dan
pemutarbalikan fakta seperti sekarang ini, adalah penting untuk kita selalu
berhati-hati dan berusaha mencari kebenaran dari setiap peristiwa yang penting
untuk kita ketahui. Tidak semua hal mengharuskan kita mencari kebenaran. Misalnya
saja, kita tidak harus bersusah payah untuk mencari tahu kebenaran akan hal-hal
yang menyangkut aib orang lain ataupun tentang pergunjingan seputar kehidupan
orang lain.
Sebaliknya, adalah penting untuk kita merenungkan
kekuasaan Allah swt dan terus menambah ilmu pengetahuan yang bermuara pada
kebenaran yang berlandaskan ajaran Islam. Proses perenungan atau kontemplasi
seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim alaihis salam saat mencari Tuhan, mengajarkan
kita bahwa perenungan akan membawa kita
pada pemahaman dan kesadaran yang lebih mendalam. Sementara proses menambah
ilmu pengetahuan dengan belajar, akan meningkatkan kualitas diri kita baik dari
segi pemikiran, psikis maupun spiritual.
2.
Kesabaran
Salah satu ujian kesabaran nabi Ibrahim
adalah pada pernikahannya yang telah berlangsung selama puluhan tahun namun
belum juga dikaruniai seorang anak. Namun Nabi Ibrahim tak pernah berputus asa
memohon karunia kepada Allah swt, sebagaimana tercermin dalam doanya :
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku
seorang anak yang termasuk orang-orang
yang shaleh.” (QS As-Shaffat ayat 100).
Nabi Ibrahim alaihissalam baru dikaruniai
putera pada tahun ke-40 setelah pernikahannya, atau ketika usianya mencapai 86
tahun (ada yang menyebut 99 tahun). Dan Allah swt mengabulkan doa nabi Ibrahim
dengan menganugerahkannya seorang putera bernama Ismail dari Hajar dan Ishaq
dari Sarah. Kedua puteranya itu, kelak juga menjadi rasul pilihan Allah swt.
Dari kisah kesabaran Nabi Ibrahim ini, kita
dapat mengambil pelajaran bahwa kesabaran tidak berarti hanya pasrah menanti
perubahan, melainkan sabar dalam berdoa dan penuh keyakinan bahwa kelak doa
kita akan terkabul. Kesabaran dalam doa dan usaha akan menyegerakan langkah
kita pada cita-cita dan tujuan. Tentu saja, kita harus mendoakan dan
mengupayakan yang terbaik untuk mencapai apa yang kita cita-citakan. Maka
yakinlah, bahwa kesabaran kita akan berbuah indah pada waktunya.
3.
Keikhlasan
Nabi Ibrahim pernah berkata, bahwa jika ia
memiliki anak lelaki, maka ia akan menyembelihnya dan mengurbankannya kepada
Allah. Ungkapan ini terlahir saat Sarah istrinya belum juga mengandung.
Sarah kemudian menyarankan Ibrahim untuk
menikahi Hajar. Saat berada di Baitul Maqdis, nabi Ibrahim berdoa agar Allah
mengaruniainya seorang anak. Doa ini dikabulkan Allah swt. Hajar kemudian
mengandung dan melahirkan Ismail.
Saat usia Ismail 7 tahun (sebagian
mengatakan 13 tahun), Nabi Ibrahim mengalami mimpi tiga kali yang
memerintahkannya untuk menyembelih Ismail. Ibrahim kemudian mengabarkan mimpi
ini kepada Hajar karena ia yakin mimpi ini berasal dari Allah swt. Meski iblis sempat
menggoda Ibrahim dan Hajar untuk tidak mematuhi perintah itu, namun godaan
iblis tidak sanggup mematahkan keikhlasan Nabi Ibrahim. Keikhlasan yang sama
juga ditunjukkan oleh Hajar dan puteranya Ismail. Saat Nabi Ibrahim
menyampaikan hal itu kepada Ismail, puteranya itu ikut meyakinkan Nabi Ibrahim
untuk melaksanakan perintah Allah swt.
Kisah selanjutnya telah kita ketahui
bersama. Saat Nabi Ibrahim hendak menyembelih Ismail, Allah swt menggantikannya
dengan seekor qibas (domba). Seisi bumi dan langit pun bertakbir memuji
kebesaran Allah saat menyaksikan keikhlasan dan kesabaran kedua hamba Allah dalam
menegakkan perintahNya.
Apa yang dapat kita ambil dari kisah ini
adalah, bahwa kita harus ikhlas dalam menjalankan perintah Allah, seberapa pun
sulitnya dan berat godaannya. Orang-orang yang ikhlas akan terhindar dari
godaan syetan, karena keikhlasan adalah benteng yang kokoh dan tidak mampu
ditembus oleh syetan. Keikhlasan akan menghindarkan manusia dari tipu daya dan
pengaruh syetan, karena manusia yang ikhlas berada di dalam penjagaanNya yang
kokoh.
Oleh karenanya, marilah kita berupaya untuk
selalu ikhlas dalam menjalankan perintah Allah swt dan meniatkan amal ibadah kita semata-mata
karena Allah swt.
aamiin
ReplyDeletesemoga bisa meniru sosok Nabi Ibrahim yang sabar dan iklas.
TFS Mbak :)
Aamiiin
DeleteAmiin...
ReplyDeleteHappy Eidh Adha
Selamat hari raya IDul Adha juga :D
DeleteKeikhlasan yang paling susah untuk dijalankan y mba, kadang mulut bicara ikhlas sementara hati tak sama. Keteladanan Nabi Ibarahim menjadi contoh karena semuanya adalah ketaatan dan patuh kepadaNya.
ReplyDeleteiya benar, untuk kita yang awam ini, kayanya lebih banyak kita harus memaksa diri dulu untuk bisa ikhlas
DeleteTerima kasih. Salam kenal Mbak Riawani. Blognya sangat memberi manfaat.
ReplyDeletejazaakillah khair tulisannya mba,insyaAllah sangat bermanfaat,smoga kita semua bisa mencontoh nabi ibrahim yang memiliki kesabaran,keikhlasan yang luar biasa luasnya,,mengajarkan cinta sebenar-benarnya cinta dann setinngi tingginya cinta yaitu cinta kepada Allah,,aamiin yaa Allah..
ReplyDeleteoia mba,saya izin share ya tulisannya, semoga menjadi amal kebaikan yang tiada putusnya untuk mba dan keluarga,aamiin..