Kamu
punya cerita Lebaran yang asyik? Saya punya! Lebih dari sekadar mengasyikkan,
tetapi juga banyak hal yang menjadikan Lebaran tahun ini terasa sangat
spesial buat kami sekeluarga.
Sekilas
flashback, untuk Lebaran tahun ini, saya dan keluarga berencana pergi ke
Pekanbaru sebelum mengunjungi kampung halaman orang tua saya di Jambi. Oh ya,
saya dan keluarga tinggal di Tanjungpinang, provinsi Kepulauan Riau. Yang belum
tahu kota kecil ini, silakan browsing aja ya, hehe.
Alhamdulillah,
Allah Yang Maha Baik meridhoi rencana ini, dan masih ditambah pula “bonus”
dariNya berupa serangkaian pengalaman yang mengasyikkan. Pingin tahu apa aja
pengalaman mengasyikkan yang udah kami lalui pada Lebaran tahun ini? :) Yuk ikuti
cerita saya ini :
1. Dapet penginapan harga kaki lima fasilitas bintang lima
Hehe. Jargon rumah makan ini mah. Nggak pa-pa deh ya pinjem
sebentar. Jadi, jauh-jauh hari sebelum berangkat, saya udah cari-cari informasi
tentang penginapan yang murmer (murah meriah) di Pekanbaru. Dari beberapa info
yang saya peroleh, info yang menurut saya paling mencerahkan adalah dari teman
saya Oci YM yang memang sudah lama berdomisili di Pekanbaru.
Oci merekomendasikan penginapan syariah Hasanah Guest House yang
terletak di Jalan Paus. Setelah cek harga dan melihat-lihat gambar fasilitas melalui
webnya, akhirnya.....Bismillah, seminggu sebelum berangkat, saya book penginapan ini melalui webnya.
Sesampai di sana, rekomendasi Oci ternyata benar, sodara-sodara.
Penginapan ini memiliki fasilitas yang setara hotel, namun dengan harga
terjangkau. Sebagai gambaran, kami memesan dua kamar. Yang satu standard room dengan rate Rp.195.000/malam, satu lagi Family Room dengan rate Rp.385/malam.
Meskipun harganya irit, masing-masing kamar dilengkapi dengan
fasilitas setara hotel lho : AC, teve, kamar mandi, bathroom kit, tempat tidur, lemari pakaian, free wifi dan air mineral gratis. Untuk Family Room, selain ukuran
kamarnya lebih besar, juga terdapat dua tempat tidur di sini. Tempat tidur besar
ukuran king size yang cukup untuk 2 orang
dewasa, ditambah 1 single bed
tunggal. Jadi buat kamu yang bawa rombongan 3 orang, family room ini pas banget deh kapasitasnya.
Sebelum saya lanjutkan, sepertinya perlu saya beritahukan dulu nih,
bahwa cerita di poin 1 ini 100% bebas pesan sponsor. Saya menceritakan ini, karena
buat saya dan keluarga, mendapat penginapan murah meriah dengan fasilitas yang
nyaman, adalah salah satu hal penting yang membuat acara libur Lebaran jadi
lebih mengasyikkan. Kenapa? Karena dalam perjalanan Lebaran ini, saya juga
membawa ketiga anak saya dari range usia
balita hingga pra remaja, serta seorang kerabat yang sudah lansia. Kebayang
‘kan, apa yang terjadi kalau rombongan dengan varian usia “sensitif” ini
mendapat fasilitas penginapan yang mengecewakan?
Penasaran sama penginapan yang saya ceritakan? Ini nih ada
beberapa foto-fotonya.
family room |
mushola |
Restoran |
Lobi |
Tips : Mendapat penginapan dengan harga bersahabat di musim libur
Lebaran tergolong hal yang langka. Oleh karenanya, jika kamu berencana menginap
di hotel atau penginapan saat liburan tanpa menggunakan jasa paket perjalanan
wisata, sebaiknya carilah info pada orang-orang yang tahu persis situasi kota
yang bakal kamu kunjungi atau yang pernah berkunjung kesana. Lakukan booking kamar jauh-jauh hari jika akan
membawa keluarga dalam jumlah besar, sebagai antisipasi terhadap kamar yang udah
full-booked atau harga yang lebih
tinggi dari hari biasa.
2. Bertemu
sanak saudara di Pekanbaru setelah 15 tahun nggak bertemu
Appaa? 15 tahun? Serius?? Ya iya lah. Kalian boleh cek data
pengunjung kota Pekanbaru, kapan terakhir nama saya tercatat pernah mengunjungi
kota bertuah ini. (siapa juga yang mau ngecek ya, hihihi).
Singkat cerita, terakhir kali saya datang ke kota Pekanbaru,
adalah pada tahun 2001. Setelah itu, saya tidak pernah lagi menjejakkan kaki
kesana hinggalah momen Lebaran tempo hari.
Jadi, bisa kebayang ‘kan, seperti apa suasana pertemuan dengan
sanak saudara dan kaum kerabat yang terakhir kali bertemu, adalah 15 tahun
lalu?
Bersama sanak saudara di Pekanbaru |
Tentu saja, kedatangan kami disambut dengan suasana penuh haru.
Saya pun nyaris menitikkan air mata saat berpelukan dengan tante Semah, adik
almarhum papa angkat saya, yang sejak dulu sangat menyayangi saya dan seringkali
bertanya kapan saya akan datang lagi ke Pekanbaru.
Namun, suasana haru ini segera berganti kehangatan dan keceriaan
saat saling mengobrol dan berbagi cerita. Tahu-tahu saja, waktu berlalu begitu
cepat namun obrolan kami belum juga berakhir. 15 tahun, bukanlah masa yang
singkat untuk mengurai semua cerita. Belum pula semua kerabat dan saudara
sempat kami kunjungi, meskipun kami sudah berusaha menggunakan waktu 3 hari
berada di Pekanbaru seefektif mungkin.
“Sebentar betul kalian di sini, belum sempat kami pelawe (ajak) makan nasi lagi di sini.” Demikian, rajuk tante Semah tempo hari via
ponsel.
Andai tante tahu, kami sekeluarga pun belum merasa puas
bersilaturahim dengan semua sanak keluarga di Pekanbaru. Namun, saya yakin,
bahwa silaturahim ini, lebih dari sekadar mengasyikkan, tetapi juga insya Allah
akan memperpanjang usia dan rejeki. Jadi, saya juga yakin, dengan izin Allah,
suatu saat saya dan keluarga akan kembali datang ke Pekanbaru.
Doakan kami panjang umur murah rejeki ya, Tante, agar tahun depan
bisa kembali kesana!
3. Kopdar
dengan teman duet menulis
Selain menulis buku solo, saya juga menulis beberapa buku secara
duet. Dan salah satu rekan duet saya, adalah Oci YM yang tinggal di Pekanbaru.
Bersama Oci, saya sudah menulis dua buku nonfiksi remaja di tahun 2013 dan 2016
ini. Namun, belum pernah sekalipun kami
bertemu muka. Selama ini, komunikasi kami hanya dilakukan via ponsel dan sosial
media.
Jadi, kesempatan berlibur ke Pekanbaru, nggak saya sia-siakan
dengan mengunjungi Oci. Saat pertama bertemu Oci, perasaan saya benar-benar
buncah, sampai nggak tahu mau ngomong apa. Oci pun demikian, sampai Oci bilang,
“Ini kaya’ mimpi ya, mbak.”
Yup. Oci benar. Rasanya seperti mimpi, bisa ketemu teman duet
nulis buku yang selama ini hanya “bertemu” di facebook, SMS, dan juga surel.
Bersama Oci dan buku kami |
Nggak hanya sekadar menerima kedatangan saya dan keluarga, Oci
juga menjamu kami dengan makan malam yang enaak banget : sate dan tongseng.
Saya sampe malu sendiri, saat hidangan Oci – terutama sate – langsung ludes
begitu disantap sama anak-anak saya yang emang jago makan. Huhuuu, maafken ya
Ci. Asli deh, saya rasanya pingin ngumpetin muka di bawah karpet, lihat piring
sate ludes des sampe kuahnya pun tandas!
Semoga nggak kapok menerima saya dan anak-anak ya, Ci. Semoga
suatu hari nanti kita bisa ketemu lagi. Dan semoga duet kita terus berlanjut ke
buku-buku keren selanjutnya!
Dari
kota Pekanbaru, kami sekeluarga melanjutkan perjalanan ke kampung halaman orang
tua saya di Jambi. Perjalanan dengan mobil rental milik penginapan itu menempuh waktu
kurang lebih 10 jam. Sesuai penginapannya yang syariah, suasana dalam mobil
rentalnya juga “syariah”. Sepanjang jalan, kami terus diperdengarkan dengan
ceramah-ceramah agama dan murottal Quran. Dan ini ternyata cukup ampuh lho,
menjaga mood anak-anak tetap tenang, hehe.
Sedikit
tips saya untuk teman-teman yang ingin melakukan perjalanan panjang bersama anak-anak,
jangan lupa siapkan 3 “alat tempur” ini :
- Makanan ringan dan air mineral, mengingat anak-anak suka ngemil, dan nggak selalu cocok dengan menu di rumah makan yang disinggahi. Perut yang selalu terisi juga bikin anak-anak nggak gampang mengeluh atau mual.
- Obat-obatan ringan, seperti obat sakit perut, obat sakit kepala, termasuk minyak angin dan obat gosok (balsem), buat jaga-jaga kalau di perjalanan ada yang mendadak pusing, sakit perut, keseleo atau digigit binatang.
- Baju ganti, terutama kalau membawa bayi dan balita. Segera ganti baju mereka saat basah atau ketumpahan air. Karena selain tidak nyaman, mengenakan baju basah juga bikin bayi dan balita gampang masuk angin.
a) Kenakan
pakaian dan jilbab yang nyaman, menyerap keringat, longgar dan nggak gampang
kusut.
b) Kenakan
sendal atau sepatu dengan hak rendah agar kaki tidak lelah
c) Bawa mukena,
sebagai persiapan untuk sholat di kendaraan kalau situasi tidak memungkinkan
untuk singgah di mesjid
d) Sempatkan
untuk tidur agar kondisi tubuh tetap fresh
e) Hindari
makanan yang dapat memicu sakit perut
f) Rutin minum
air putih untuk menjaga kulit tetap lembap dan tidak dehidrasi
g) Siapkan
tissue basah dan kosmetik di dalam tas tangan, untuk bikin wajah tetap terlihat
fresh dan ceria di perjalanan
biar jauh, tetep harus fresh dan ceria 'kan? :D |
Now, let’s
go to Jambi!
4. Berwisata ke
Gentala Arasy, ikon kota Jambi
Kalo udah sampe sini, belum sah kalo belum mengunjungi ikonnya
kota Jambi. Apa itu? Apalagi kalo bukan Gentala Arasy! Jembatan dan museum
budaya yang pembangunannya dimulai pada tahun 2012 dan diresmikan oleh Wapres
Jusuf Kalla pada tahun 2014.
Saat mudik tahun lalu, kami berkunjung kesini baru sebatas sampai depan
jembatan saja. Mengingat ketika itu sudah malam dan banyak anak-anak yang ikut.
Sementara untuk bisa sampai di museum budaya Gentala Arasy yang terletak di
seberang jembatan, kita harus terlebih dulu melewati jembatan yang panjangnya
503m dengan berjalan kaki!
jembatan dan menara Gentala Arasy |
Iya benar. Jembatan ini adalah jembatan pedestrian, hanya
diperbolehkan untuk para pejalan kaki. Tidak untuk kendaraan bahkan sepeda
sekalipun. Jadi kalau ngajak anak-anak yang masih balita, kasihan juga kalo
mereka sampe mengeluh kelelahan.
Maka kali ini, saya nggak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk
mengunjungi Gentala Arasy. Sekitar pukul tujuh pagi, di saat anak-anak masih
tidur, dalam kondisi belum mandi dan udah dandan rapi, saya bersama suami dan
kakak sudah ngacir kesini. Kami pun berjalan kaki melintasi jembatan sambil tak
lupa memotret panorama menarik di sekitar kami.
Sepagi ini, sungai Batang Hari sudah menunjukkan denyut
aktivitasnya. Sebelum jembatan ini dibangun, penduduk Jambi seberang biasa menyewa
perahu sebagai angkutan untuk menuju kota Jambi. Setelah jembatan berdiri, aktivitas
tersebut masih berlangsung, namun jumlahnya sudah jauh menurun.
Sungai Batang Hari |
Setelah melewati jembatan yang berkelok-kelok seperti huruf S itu,
kami pun tiba di menara Gentala Arasy yang sekaligus berfungsi sebagai museum
budaya. Setiap orang dikenai karcis masuk ke museum ini sebesar Rp.3.000,-.
Museum ini berisi rekam jejak kota Jambi sejak awal berdiri. Dari
sini kita bisa mengetahui, bahwa Jambi di masa lalu sangat lekat dengan nuansa
religius. Ini dibuktikan dengan banyaknya ulama asal Jambi yang giat mengajar
ilmu agama ketika itu.
dokumentasi tertulis tentang kiprah ulama Jambi |
Di museum ini juga kita bisa melihat kitab-kitab yang ditulis para
ulama tersebut, jubah yang mereka pakai pada masa itu, biografi masing-masing
ulama, dan tentu saja perkembangan Kota Jambi dari masa ke masa termasuk
kronologis pembangunan Gentala Arasy.
Salah satu kitab karya ulama Jambi |
kronologis pembangunan Gentala Arasy |
Mengunjungi tempat tujuan wisata seperti Gentala Arasy ini, merupakan
pengalaman wisata yang sangat mengasyikkan. Kita nggak hanya dimanjakan dengan
panorama alam Sungai Batang Hari yang indah, melihat kehidupan masyarakat bercorak
tradisional seperti menggunakan perahu, mandi dan mencuci baju di tepi sungai, tetapi
kita juga dapat menelusuri historis kota di masa lalu melalui dokumentasi dan
benda-benda sejarah yang tersimpan di museum.
Relief historis di Gentala Arasy |
Gentala Arasy.....semoga saat mudik yang akan datang, saya bisa
mengunjungimu lagi!
Tips : jika kamu ingin mengunjungi objek wisata ini, sebaiknya dilakukan
pada pagi hari sebelum pukul sembilan ataupun di sore hari sesudah pukul lima.
Waktu ketika sinar matahari tengah bersahabat. Mengingat kamu harus berjalan
kaki melintasi jembatan yang panjangnya ratusan meter, sehingga cukup
melelahkan dan nggak nyaman untuk foto-foto jika dilakukan di bawah terik
matahari.
5. One day
Visit in Bambam Bakery
Bambam bakery? Nama yang unik ya? :D Ini adalah home bakery milik kakak saya, dan
Alhamdulillah, pada mudik kali ini saya dan puteri kecil saya bisa ikut melihat
dan terlibat dalam proses pembuatan roti di Bambam bakery. Dan ini merupakan
kesempatan langka lho. Karena biasanya, pasca Lebaran, Bambam bakery ini belum
beroperasi sampai anak-anak sekolah mulai beraktivitas kembali.
Meski kategorinya masih home
bakery, dari segi peralatan dan fasilitas, bakery ini nggak kalah lho dengan
bakery profesional. Produksinya juga
udah mencapai diatas 1000 pcs roti per produksi.
Di bakery yang proses operasionalnya berlangsung di dalam ruko ini,
saya dan puteri kecil saya berkesempatan melihat dan ikut serta mengadon roti
dengan mesin berkapasitas 800 gram, menimbang, mencetak hingga memasaknya di
oven raksasa yang mampu menampung 120 pcs roti dalam sekali bakar.
puteri kecil saya belajar menggunakan mesin |
mesin pengadon roti berkapasitas 800 gram |
Meskipun cukup sering bikin roti sendiri, membuat roti langsung di
bakery dan menggunakan peralatan khas
bakery itu, sensasinya jauh berbeda. Dan
tentu saja....mengasyikkan! Karena di sini, dikelilingi oleh mesin-mesin
pembuat roti dan mencium aroma roti matang yang baru keluar dari oven, kita
merasa seperti jadi baker betulan!
Dan aroma roti-roti yang baru matang itu.... hmmm! Perut
kenyang pun bisa mendadak lapar lagi!
roti siap dipanggang |
roti baru matang.......hmmm |
Boleh percaya boleh tidak, dalam tempo sepuluh menit, saya dan
anak-anak udah menghabiskan satu loyang roti! Mau gimana lagi, roti yang baru
matang dan langsung disantap itu, rasanya emang nikmat sekali! Apalagi, roti
produksi home bakery kakak saya ini,
nggak bohong deh, rasa dan aromanya nggak kalah lezat dengan bakery-bakery
ternama! Kalo nggak percaya, datang aja ke Jambi, dan kunjungi home bakery-nya. Selain bisa melihat
langsung proses produksinya, kamu juga bisa nyicipin roti yang fresh from the oven.
Tips : buat rekan-rekan hijabers yang ingin berbisnis dari rumah,
bisnis home bakery ini layak dicoba. Ini sedikit tips yang saya peroleh dari
perjalanan kakak saya membangun bisnis home bakery :
1. Cari resep
yang enak, lakukan eksperimen berkali-kali sampai ketemu resep yang pas
2. Cari distributor
lengkap penyedia bahan-bahan bakery dikotamu dan jadikan langganan (termasuk
langganan ngutang)
3. Awali dengan
berinvestasi pada peralatan untuk kapasitas rumah tangga terlebih dulu
4. Perkenalkan
produk pada konsumen sasaranmu, dan secara konsisten memperluas pasar
5. Jika pasar
konsumenmu sudah kian meluas, baru deh secara bertahap tingkatkan investasi
pada peralatan roti untuk kapasitas besar, dan rekrut karyawan untuk membantu
produksimu
Demikianlah
cerita Lebaran kami tahun ini yang begitu mengasyikkan dan menyenangkan. Sampai-sampai
suami saya bilang sebelum pulang ke Tanjungpinang, “Rasanya ingin libur terus
ya, Ma. Nggak usah buru-buru ngantor.” Bener banget, pa!
Oh ya, libur
ini jadi tambah menyenangkan karena saat menghitung kembali semua pengeluaran
selama liburan, ternyata masih di bawah ekspektasi jumlah maksimal yang udah
kami persiapkan sebelum liburan. Yeay! Alhamdulillah!
Meski libur
Lebaran sudah berakhir, bukan berarti kesempatan menikmati momen yang
mengasyikkan juga ikut berakhir, lho. Ini nih salah satunya, buat rekan-rekan
hijabers khususnya yang tinggal di Jabodetabek, ada acara seru lagi bermanfaat
digelar oleh Diari Hijaber yang sayang banget kalo dilewatkan. Andai saya tinggal di Jabodetabek, saya bakal meluncur kesini deh, hehe. Catat jadwalnya ya :
Nama acara :
Hari Hijaber Nasional
Tanggal : 7 s/d 8 Agustus 2016
Tempat : Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng,
Jakarta Pusat
Apa saja
acara yang digelar pada even ini, dan siapa saja bintang tamunya, silakan cek
infonya pada poster di bawah ini ya.
Ayo meriahkan even hari Hijaber Nasional ini, teman, dan semoga
kalian yang hadir di sana mendapat pengalaman yang nggak kalah seru dan
mengasyikkan ya :D
Wah seru sekali pengalaman lebarannya.
ReplyDeleteBtw saya baru tau ada hari Hijaber Nasional.
sama, saya juga baru tahu, hehe
Deletewah memang seru ya kalau lebaran itu bsia bertemu dengan banyak orang bahkan banyak acara reunian menjelang lebaran
ReplyDeleteiya mbak kadang lebaran juga dimanfaatkan untuk momen reuni
DeleteWaaah seru libur lebarannya. Rotinya bikin ngilerrr
ReplyDeleteapalagi pas baru keluar dari oven mbak, hehe
Deletesangat mengharukan 15 th baru bisa ketemusanak saudara
ReplyDeletebiasanya waktu terasa sangat singkat
ReplyDeletesilaturahmi sambil mengenang nostalgia dahulu
ReplyDeleteasik banget pengalaman lebaranya :)
ReplyDeleteAlhamdulillah... Mbak Lyta puas dengan penginapannya. Terharuuuu baca postingan inih. Moga suatu saat kita bisa jumpa lagi, siapa tahu ntar saya yang jalan-jalan ke Tanjung Pinang :)
ReplyDelete