gambar dari sini |
Di era digital ini, kita nggak perlu populer,
jadi motivator atau jadi tokoh terkenal terlebih dahulu untuk bisa
menginspirasi banyak orang. Dengan fasilitas internet dan sosial media, setiap kita
insya Allah bisa menginspirasi banyak orang melalui tulisan ataupun perbuatan. Tinggal
diunggah ke sosial media, maka ramai orang bisa memetik manfaat dan inspirasi darinya.
Tetapi, tidak semua perbuatan kita yang
bermanfaat, maupun perbuatan baik yang ada di sekeliling kita bisa diketahui apalagi
menginspirasi banyak orang. Atas alasan menjaga diri dari riya, banyak orang
yang enggan mempublikasikan perbuatannya yang bermanfaat dan inspiratif. Ataupun
jika pengalaman inspiratif itu terjadi di daerah terpencil yang tidak
terjangkau internet, maka akan lebih sulit untuk mengetahuinya jika tidak ada
yang mempublikasikannya. Padahal, boleh jadi ada hikmah luar biasa dari
pengalaman tersebut yang mungkin saja bisa menginspirasi banyak orang jika
lebih banyak orang yang mengetahuinya.
Nah, kali ini saya ingin berbagi
pengalaman hidup kakak tertua saya. Jangan cari dia di sosial media manapun,
karena dia nggak punya akun facebook, twitter, instagram, dan sebagainya. Kakak sulung saya ini memang nggak suka pamer eksistensi apalagi narsis-narsisan seperti adiknya yang
satu ini. Ups.
Alhamdulillah, kehidupan ekonomi kakak
saya tergolong mapan, dan lebih baik dibandingkan adik-adiknya yang lain (kami
empat bersaudara perempuan semua). Jadi, boleh dibilang kakak saya yang juga
pegawai negeri itu menerima gajinya dalam jumlah utuh setiap bulan, karena
semua kebutuhan hidupnya dan keluarganya sudah dicukupi oleh suaminya. Tentu,
kita akan mengira bahwa gaji yang utuh itu akan ia gunakan sepuasnya untuk keperluan
diri sendiri. Shopping sana-sini atau
memanjakan diri di salon misalnya. Ternyata tidak, teman-teman. Dia justru menyediakan uang
gajinya itu untuk saudara, teman atau kerabat yang memerlukan. Dengan kata
lain, dia menyediakan gajinya untuk dihutangi oleh mereka yang sedang terdesak
dan butuh uang. Dan kakak saya juga akan meminjami mereka tanpa bunga sepeser
pun!
Mungkin teman-teman ingin tahu alasannya?
Menurut kakak saya, kebanyakan orang yang terdesak pasti akan mengambil jalan
pintas seperti meminjam pada rentenir atau bank. Padahal, baik rentenir maupun
bank sama-sama tak terlepas dari riba. Setiap pinjaman pasti akan dikenai bunga
yang harus dibayarkan oleh sang peminjam sampai utangnya lunas. Jadi, ini sama
saja lepas dari mulut harimau lalu masuk kandang singa. Setelah uang pinjaman
diperoleh, dosa riba sudah mengintai. Apalagi kalau meminjam pada rentenir. Bunga
yang harus dibayarkan jumlahnya akan berkali lipat dari besarnya utang. Jadi, dengan
berbuat demikian, kakak saya berharap dapat membantu orang-orang disekitarnya agar
terhindar dari dosa riba dan beban membayar utang + bunga. Dua hal yang justru membuat
orang-orang yang sedang terdesak menjadi kian terbebani. Dan mudah-mudahan, apa yang dilakukannya itu akan meraih berkah dari Allah swt.
Selain itu, dalam hal utang piutang, ada
satu hal yang dilakukan kakak saya dan layak dicontoh, yaitu melakukan
pencatatan. Besar atau kecil, berapa jumlah yang dipinjam, kapan akan
dikembalikan, dan sebagainya, semuanya tetap dicatat, ditandatangani dan
disepakati kedua belah pihak serta diketahui para saksi. Inilah yang telah
diatur dan diajarkan dalam Islam tentang manajemen utang piutang, sebagaimana termaktub dalam Al-Quran surat
Al-Baqarah ayat 282 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya”.
Dan sabda Rasulullah SAW yang artinya :
“ Barangsiapa meminjamkan harus meminjamkan dengan takaran yang tertentu,
timbangan yang tertentu dan masa yang tertentu. (HR. Bukhari – Muslim).
Pencatatan ini sesungguhnya memiliki peran besar
dalam meraih keberkahan Allah dari suatu proses muamalah. Namun tak banyak dari
kita merasa perlu melakukannya. Apalagi jika nilai utangnya tidak terlalu
besar dan hanya dilakukan antar saudara, kerabat atau sahabat. Padahal, justru di kalangan
orang-orang dekat inilah, kita justru lebih sulit untuk menagih utang.
Saya pernah bertanya, adakah diantara
para peminjam itu yang tidak mengembalikan? Menurut kakak saya: ada. Namun baginya
itu bukan masalah. Justru sang peminjamlah yang kelak akan bermasalah dengan
pertanggungjawaban akhiratnya jika mengabaikan kewajibannya membayar utang.
Saya
membayangkan, andai lebih banyak orang ikhlas meminjamkan
uangnya untuk menolong orang yang tengah dalam kesulitan, dan semua proses utang-piutang itu berjalan sesuai ajaran Islam, insya Allah, akan lebih banyak orang bisa mencegah dirinya dari jeratan bunga dan riba.
Dari kisah ini, teman-teman yang mungkin
ingin mencontoh dan mengambil hikmahnya, barangkali akan bertanya : jika uang saya
sendiri sudah pas-pasan, bagaimana bisa saya membantu orang lain? Kalau dalam soal
tolong menolong, sebenarnya kita tidak harus menunggu sampai hidup kita berkecukupan dulu, bukan?
Kalau kita membaca kisah Rasulullah SAW, kita pasti akan dibuat tercengang
dengan kedermawanan beliau yang tiada tara meski beliau sendiri sedang dalam
kondisi kekurangan. Dari www.sufimuda.net, saya kutip salah satu
kisahnya :
Umar bin Khattab bercerita: Suatu hari seorang
laki-laki datang menemui Rasulullah saw untuk meminta-minta, lalu beliau
memberinya. Keesokan harinya, laki-laki itu datang lagi, Rasulullah juga
memberinya. Keesokan harinya, datang lagi dan kembali meminta, Rasulullah pun
memberinya Keesokan harinya, ia datang kembali untuk meminta-minta, Rasulullah
lalu bersabda, “Aku tidak mempunyai apa-apa saat ini. Tapi, ambillah yang kau
mau dan jadikan sebagai utangku. Kalau aku mempunyai sesuatu kelak, aku yang
akan membayarnya.”
Umar lalu berkata, “Wahai Rasulullah, janganlah memberi
di luar batas kemampuanmu.” Rasulullah saw tidak menyukai perkataan Umar tadi.
Tiba-tiba, datang seorang laki-laki dari Anshar sambil berkata, “Ya Rasulullah,
jangan takut, terus saja berinfak. Jangan khawatir dengan kemiskinan.”
Mendengar ucapan laki-laki tadi, Rasulullah tersenyum, lalu beliau berkata
kepada Umar, “Ucapan itulah yang diperintahkan oleh Allah kepadaku.” (HR
Turmudzi).
Masya Allah. Adakah diantara kita yang
sanggup meniru kedermawanan Rasulullah?
Mungkin, ada juga yang merasa khawatir,
kalau kita sering meminjamkan uang pada orang lain, lalu orang tersebut lupa
atau sengaja tidak mengembalikan, maka harta kita akan berkurang. Insya Allah,
hal itu tidak akan terjadi, selama kita meminjamkan dengan niat untuk
menolong melepaskan orang lain dari kesulitan, harta yang kita pinjamkan berasal
dari sumber yang halal dan kita melakukan pencatatan sesuai ajaran Islam. Bahkan
sebaliknya, pertolongan Allah justru akan semakin dekat kepada kita, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW yang artinya :
"Barangsiapa yang menghilangkan atau melapangkan
suatu kesusahan seorang mukmin di antara kesusahan-kesusahannya di dunia, maka
Allah akan menghilangkan atau melapangkan suatu kesusahan di antara kesusahan-kesusahannya
pada Hari Kiamat. Barang siapa yang memberikan kemudahan atas orang yang dalam kesulitan, maka Allah
akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat." (Hadis riwayat Mustaim,
Abu Dawud dan Tirmidzi).
Boleh percaya boleh tidak. Saat ini,
diantara para peminjam uang kakak saya, ada yang hutangnya mencapai ratusan
juta dan belum sepeser pun dikembalikan. Tetapi, Alhamdulillah kondisi ekonomi
kakak saya tetap stabil, ia tetap bisa mengirim uang kepada orang tua dan
keponakannya setiap bulan juga membantu saudaranya yang kesusahan. Sungguh
janji Allah adalah benar. Dia akan memberikan kemudahan pada hamba-hambaNya
yang meringankan tangannya untuk memberikan kemudahan kepada orang lain. Insya
Allah.
Jadi.....sudahkah kita siap meringankan tangan untuk
membantu melepaskan kesulitan orang lain?
Masya Allah.. Kakaknya luar biasa sekali.. Semoga makin banyak orang yg lembut hatinya
ReplyDeleteAmiiiin...
Deletekadang ada keinginan seperti itu. ada ketakutan tidak dibayar balik. ada kekhawatiran suami nggak ridho. dsb dsb. gimana oh gimana.
ReplyDeleteIya baiknya dengan seijin suami juga mbak. Apalagi kalo uangnya dari suami ya
DeleteNIce post, Mbak :)
ReplyDeleteMakasih mbak udah berkunjung:)
Deletemasya Allah.. doaku selama ini begitu, terimakasih yaa
ReplyDeleteSama2 mbak...
DeleteDuh, selama ini pengennnn banget begitu. Tapi kuasa setan masih mendominasi
ReplyDeleteSemoga ntar dominasi syetannya berkurang mbak hehe
DeleteKalo ngga ada yang tercatat, dan ngga ada yang dikembalikan... mungkinkah akan diganti sendiri oleh Allah ya
ReplyDeleteInsya Allah :) dalam bentuk materi juga, atau kemudahan :)
DeleteAlhamdulillah.. makasi sudah berbagi mba.. kakaknya inspiratif sekali,jarang ada yang longgar hati utk dihutangin oleh org2 yg memerlukan apalagi dlm jumlah besar. Semoga keberkahan senantiasa mengalir ya mba :)
ReplyDeleteSama2. Amiiin trima kasih juga ya untuk doanya :)
DeleteMasyaallah baik sekali yg dilakukan kakaknya. Itulah prinsip ta'awun sesungguhnya yg diajarkan Islam. Meminjamkan tanpa mengharap dibayar lebih karena meminjamkan uang itu berpahala. Apalagi dg niat agar orang terhindar dari riba. Saya sendiri sangat berharap akan ada lembaga islam yg melakukan usaha penjualan rumah secara kredit, bukan meminjamkan uang untuk kpr. Sebab kalau meminjamkan tidak boleh dibayar lebih sedangkan kalau menjual boleh dibayar kredit dan ada lebihnya. Barakallahu buat mba elyta dan kakaknya. Oya mungkin doa dari orang2 yg dihutangi itu juga yg membuat hidup kknya barakah.
ReplyDeleteIya mbak. Berharap banget prinsip taawwun dlm islam bisa terwujud di lembaga2 keuangan kita
DeleteTerimakasih atas informasinya,Infonya sangat bagus,Menarik,dan sukses selau
ReplyDelete.
Keluargaku dulu sering dipinjam sana-sini tapi alhamdulillah jarang yg ngebalikin uangnya sampe Bapak sudah nggak ada. Bahkan yg pinjam (maaf) kebanyakan lebih mampu daripada kami. Salut buat Mbaknya Mbak Ria, semoga tetap istiqomah sampe akhir.
ReplyDeleteIya mbak terkadang ada yang pinjem bukan karena terdesak ekonomi tapi krn tuntutan gaya hidup. Yang begini yg bikin miris. Amiiin
DeleteMasya Allah, ini wajib ditiru. Seandainya banyak orang-orang kaya yang melakukan hal yang sama seperti kakaknya Mbak, insya Allah tidak ada lagi orang miskin..
ReplyDeleteInsya Allah semoga orang2 mampu di negeri ini meningkat kesolehan dan kedermawanannya
DeleteMasyaAllah semoga Allah memudahkan tangan kita untuk berbagi dan membantu sesama
ReplyDeleteinsyAllah Allah pun akan memudahkan kita
Amiiin....insya Allah
Deleteduh makasih mbak sudah mengingatkan :) salam kenal ya
ReplyDeleteSama2. Salam kenal juga :)
DeleteSalut banget untuk kakaknya mba Lyta...Semoga menginspirasi semua yg baca tulisan ini...termasuk saya...dan harus pastinya ya...! Barokallah..
ReplyDeleteAmiiin....trima kasih mbak sudah berkunjung :)
Deletesubhanallah kakaknya luar biasa banget mbak
ReplyDeletebersedekah takan membuat kita miskin
ReplyDeleteAda hikmah yang begitu besar dari kisahnya Mbak Elyta. Kisah ini memberi pesan sikap dermawan itu tidak akan pernah membuat kita kekurangan, malah menambah banyak dan lebih berkah
ReplyDelete