Saya termasuk orang yang juaraang curhat tentang
kehidupan sehari-hari baik di socmed maupun di blog. Tetapi kali ini saya lagi
pingin curhat. Bagi yang (mungkin) cukup sering lihat update status-status saya
di facebook, barangkali rada bingung, emak satu ini sebenarnya niche-nya apa
sih, fokusnya di mana, atau jangan-jangan ....saya aja yang ge-er? Aslinya
nggak ada yang ngepoin tuh, hehe.
Jadi curhat ini bermula dari status facebook
seseorang juga sih. Katanya, penulis buku sekarang banyak yang “hijrah”, hijrah
jadi penulis konten, nulis skenario, sampe jualan asesoris hape. Ahay, saya
jadi senyum-senyum bacanya. Meskipun wall saya pernah memajang jualan asesoris hape, dan saya juga jadi
kontributor web, Alhamdulilah saya nggak merasa tersentil, malah jadinya terinspirasi
untuk nulis post ini :D
Pada faktanya, saya tidak termasuk golongan yang
melakukan hijrah, tetapi semuanya memang (masih) saya lakuin. Saya masih
menulis buku, cerpen, cerber, web konten, personal blog, meresensi, jadi buzzer
kecil-kecilan, reseller tanpa modal, mengajar kelas online, di luar aktivitas
“besar” saya sebagai wanita berkeluarga dan wanita bekerja.
Maruk? Tidak juga.
Nggak punya fokus? Mungkin.
Tapi satu yang pasti....saya punya alasan dibalik semuanya.
Pertama, mengutip tulisan Pak Safir Senduk, saya ini
typikal yang otak kanannya lebih dominan. Senang melakukan banyak hal tetapi
tidak terlalu mendalam. Beda dengan mereka yang lebih dominan menggunakan otak
kiri. Pada umumnya mereka ini hanya menekuni bidang yang terbatas tetapi
fokusnya jauh lebih mendalam.
Susah payah saya mengajak diri saya untuk
menciptakan personal branding, seperti saran orang-orang pinter itu, tetap saja
saya nggak bisa. Saya tetap saya yang senang melakukan banyak hal.
Ini waktu jadi trainer jurnalistik di Batamindo |
yang ini lagi ngisi suara untuk narasi CD promo investasi Bintan |
Tetapi, pada kondisi tertentu, otak kiri saya juga tetap
bekerja kok. Jika melakukan satu hal yang saya senangi, saya bertekad
melakukannya sampai tuntas. Jadi kalau misalnya lagi niat nulis cerpen, ya saya
tulis sampai selesai. Nulis novel juga gitu. Meskipun ada beberapa draft di
laptop yang belum kelar, saya tetap memikirkan kapan dan bagaimana cara menyelesaikannya.
Kedua, saya bukan type yang bisa anteng di satu
bidang. Saya cepat merasa jenuh dan bosan. Itu sebabnya saya suka nulis
macam-macam. Ini mungkin satu kekurangan. Tetapi saya mensyukurinya, karena
dengan begitu, saya terhindar dari rasa bosan. Saya bisa terus menulis tanpa
mengalami kejenuhan. Saat bosan nulis novel, saya pindah ke artikel, bingung
nyari topik, saya baca buku dan meresensinya, terakhir, saya nulis resep kue :D
hobi sampingan, resepnya boleh cari di blog saya ini ya :D |
Saya juga bukan orang yang bisa stick on pada satu
genre. Hanya menulis novel misalnya. Ini juga mungkin satu kekurangan. Tetapi
saya tetap mensyukurinya, karena dengan kecenderungan untuk menulis
berganti-ganti, saya punya kesempatan untuk lebih banyak berbagi lewat tulisan.
Ketiga, saya type “kucing rumahan”. Pulang kerja ya
di rumah. Nggak kemana-mana. Kalaupun keluar rumah jarang sendirian. Selalu
bersama anak-anak. Minimal berdua suami. Kalau orang bicara tentang ibu bekerja
yang kekurangan waktu untuk anak-anak, Alhamdulillah saya tidak merasa
terganggu dengan judgement itu. Anak-anak saya type kalong semua. Sama kaya
mamanya. Jadi jangan heran kalau jam 11 malam, ada yang lihat saya masih main
bola sama si bungsu, bikinin supper buat si tengah yang hobi ngemil atau lagi
ngobrol ngalor ngidul sama si sulung yang udah beranjak remaja :D. Kalo lagi
rajin, lanjut nyuci piring en beresin mainan. Kadang-kadang aja saya sempetin
nulis. Yang penting saya dikasih waktu buat boci, insya Allah malam siap perang
deh, hehe.
Trus, hubungannya sama ngelakuin yang macam-macam
itu apa?
Begini. Untuk kebutuhan menulis, terutama menulis
fiksi, saya termasuk penulis yang tetap butuh (merasakan) pengalaman, bukan
sekadar search di google lalu ditulis. Itu sebabnya saya melakoni dan menikmati
banyak hal yang mampu saya lakoni. Sepanjang tidak mengganggu peran “besar”
saya dalam hidup. Saya menjadi buzzer dan reseller, untuk merasakan pengalaman
mencari rejeki sesuap demi sesuap. Sesuatu yang jelas berbeda dengan karir saya
yang depends on salary. Saya bersyukur karena modernitas dan perkembangan teknologi
membuat banyak hal bisa dilakukan lewat smartphone. Tetapi saya juga tidak
ingin “diperbudak” oleh smartphone. Daripada waktu saya habis untuk main game,
nyinyir nggak jelas di socmed, baca-baca status tendensius yang memancing e(s)mosi,
browsing tanpa tujuan, lebih baik saya optimalkan benda persegi ajaib itu untuk
hal-hal bermanfaat. Meskipun saya jarang jalan-jalan, travelling dan
sebagainya, at least saya tetap berusaha mencipta peluang untuk mendapatkan pengalaman.
Dan apa yang terpenting...... saya bahagia melakukan
(semua)nya. Capek, bingung, gampang lupa, bukan tak pernah saya alami. Tetapi
saya anggap semua itu sebagai konsekuensi. Justru saya merasa tersiksa saat
nggak ngelakuin atau mikirin apa-apa.
Terakhir, satu kata kunci yang mungkin bisa saya
berikan dari curhat-entah-jelas-entah enggak ini : Cintai Allah. Apapun yang
kita lakukan, kecintaan kita kepada Allah, sudah semestinya menjadi landasan
dan tujuan. Dengan begitu Insya Allah bahagia akan datang sendiri, bahkan
termasuk “bonus” yang lain-lain seperti materi, popularitas, dan eksistensi.
Kalaupun bonus-bonus ini belum datang menghampiri, insya Allah rasa bahagia di
dalam hati tak akan lari. Mau orang lain
dapet prestasi segambreng, dapet duit berdigit-digit, hati kita tak bakal
terusik rasa iri.
Nggak percaya? Coba aja :D
Cintai Allah, maka semesta akan mencintaimu.
Syukuri nikmatNYA, maka nikmatmu akan bertambah.
Ikhlaskan hati dalam beramal, maka ikhlas pula kau
memandang dunia dan menerima takdir.
(Riawani Elyta)
Sip, jadi merasa gak aneh sekarang sama diri sendiri. Agak sama sifatnya dengan saya, cuma di bagian usaha keras aja yg beda. Makanya hasil akhirnya juga beda. Dek Ria udah bejibun novelnya, saya baru satu. :)
ReplyDeleteToss mbak rini...sesama otak kanan oriented hehe
Delete"Cintai Allah, maka semesta akan mencintaimu.
ReplyDeleteSyukuri nikmatNYA, maka nikmatmu akan bertambah.
Ikhlaskan hati dalam beramal, maka ikhlas pula kau memandang dunia dan menerima takdir"
intinya mencntai, bersyukur dan ikhlas yah mbak :)
Iya bener mbak....:)
DeleteWow Emak satu ini emang multitasking....
ReplyDeletedan saya suka kata-kata di atas :
"Cintai Allah. Apapun yang kita lakukan, kecintaan kita kepada Allah, sudah semestinya menjadi landasan dan tujuan. Dengan begitu Insya Allah bahagia akan datang sendiri, bahkan termasuk “bonus” yang lain-lain seperti materi, popularitas, dan eksistensi"
Barakallah selalu :)
Amiiin....barakallah sukses juga buat mak arinta :D
Deletekereeeen mbak bisa melakukan banyak hal di berbagai bidang...yg paling ngiri kalo habis baca buku langsung bisa merensinya *saya kesulitan pake banget* (eh iri yg kayak gini boleh gak ya he he)
ReplyDeletekemarin pinginnya ikut lomba resesnsi sayap-sayap sakinah, tp apa daya tulisannya gak jadi2 :D
Itu supaya gak lupa ama isi bukunya mak. Kalo udh lama biasanya sy lupa sebagian isi bukunya :D
Deletesaya pernah bilang sama keluarga: capek itu nggak ada rasanya kalau kita ngejalaninnya dengan bahagia, ibarat abis travelling, capek sih-capek banget tapi pengen lagi kan. Orang yang sudah biasa gerak, nggak gerak malah bikin sakit..
ReplyDeleteSaya juga suka melakukan banyak hal, mencoba ini dan itu. Bedanya, kerjaan mbak banyak dikenal sementara saya cuma asal.
Karena baru pertama kali kemari jadi salam kenal :)
*nanti saya baca2 ah statusna di fb*
Salam kenal juga :) haha status2 gak jelas mak
DeleteMau coba ngerasain jadi editor nggak? Magang yuk! Siapa tahu minat bikin novel tentang kisah editor :-D
ReplyDeleteWkwkwk...bolehlah sebulan aja :D
Deletewaahhh, postnya inspiratif mbk. Dan saya jadi gak merasa bingung lagi sebenarnya saya ini maunya apa, karena banyak hal yang pingin saya coba, gak cuma dalam hal hobi buku atau tulis menulis, tapi juga dalam pekerjaan. Sempet merasa seperti orang tersesat karena gak punya fokus, tapi sebenarnya fokus saya ya itu, mencoba banyak hal :D
ReplyDeleteDan saya lega, ternyata bukan saya sendiri orang yang bertipe seperti itu ;)
Hihihi iya mbak. Kadang saya pernah merasa gimana gitu...kok ya nggak bisa lurus2 aja dan fokus max di situ. Tetapi sudah begini tabiat saya ya dijalani sajalah hahaha
Delete