Buat
sobat Nida yang kaum Hawa, inginkah mendapatkan jodoh secerdas Ali bin
Abi Thalib, atau setampan Mushab bin Umair, atau yang semakmur Usman bin
Affan?
Juga
buat sobat Nida– para pria lajang –pernahkah terbersit di dalam benak,
harapan akan berjodoh dengan wanita se-sholehah Fathimah azZahra,
secerdas Aisyah binti Abu Bakar, atau pun se-kaya raya Siti Khadijah?
Saya
yakin, setiap orang pastilah menginginkan jodoh yang ideal. Dan, standar
ideal untuk masing-masing orang, juga berbeda-beda. Ada yang
menginginkan jodoh berasal dari keturunan baik-baik, di mana unsur
bebet-bibit-bobotlah yang menjadi pertimbangan utama, ada yang
memprioritaskan calon jodoh (pria) yang sudah memiliki pekerjaan tetap,
dalam pengertian telah mampu membawa take home pay
secara teratur setiap bulan, dengan alasan paling “logis”, bahwa
kehidupan berumah tangga nggak cukup jika hanya ditopang oleh cinta.
Ada
juga yang berharap memiliki jodoh rupawan, agar bisa “memperbaiki
keturunan”, atau pun jodoh yang cerdas, agar kelak anak keturunan juga
diwarisi oleh genetika yang cerdas. Namun, di atas semua itu, sebagian
besar kita pastilah menginginkan jodoh yang sholeh, yang dapat menjadi
imam, yang dapat membimbing diri kita dan keluarga meniti jalan menuju
keridhoanNya. Dan jika dia seorang pria, maka yang diinginkan pastilah
seorang jodoh yang sholehah, yang taat menjaga kehormatannya dan kelak
menjadi ibu yang berhasil mendidik anak keturunan menjadi generasi yang
sholeh dan sholehah.
Meskipun
ketentuan jodoh adalah hak prerogatif milik Allah, kita tetap wajib
berikhtiar untuk mendapatkannya. Karena jodoh tidak turun begitu saja
dari langit tanpa kita mengusahakannya. Maka, jika kita menginginkan
mendapatkan jodoh yang terbaik, atau pun yang ideal menurut standar dan
sudut pandang kita, hal pertama yang harus kita “luruskan” terlebih
dulu, tentunya adalah standar ideal tersebut.
Tentu,
adalah hal yang normal jika seseorang menginginkan mendapatkan jodoh
yang rupawan, mapan, dan berasal dari keturunan yang baik-baik, tetapi,
itu semua adalah standar ideal dunia, karena pada hakikatnya, kebagusan
rupa, kelebihan materi dan harkat martabat yang dimiliki seseorang
karena keturunannya, bukanlah jaminan untuk menggapai sebuah rumah
tangga yang ideal, rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah yang
menjadi impian setiap pasangan hidup.
Lantas, seperti apakah kriteria jodoh yang ideal tersebut?
Untuk kriteria kaum wanitanya, kita tentu sudah tak asing dengan hadits Rasulullah SAW berikut ini: “Wanita
itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena keturunannya,
karena kecantikannya, karena agamanya. Oleh karena itu, pilihlah wanita
karena agamanya, niscaya engkau akan beruntung.” [HR. Abu Hurayrah].
Nah, bagaimana pula dengan kriteria ideal untuk calon jodoh prianya?
Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibn Majah dan al-Hakim, Rasululullah SAW bersabda : “Apabila datang kepada kalian seorang laki-laki yang kalian ridhoi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia, dan jika tidak, maka akan terjadi fitnah dimuka bumi dan kerusakan yang besar.” [].
Dari
kedua hadits tersebut, jelaslah bahwa kriteria yang ideal untuk calon
jodoh baik pria maupun wanita, adalah mereka yang memiliki keindahan
dalam hal beragama dan berakhlak. Karena pada hakikatnya, kecantikan dan
ketampanan akan memudar seiring usia, harta benda tidak akan membawa
kemaslahatan pada pemiliknya jika ia tidak cerdas mengelolanya, apalagi,
jika harta benda tersebut diperoleh dari jalan yang tidak halal, begitu
pun derajat keturunan, tidak akan berkontribusi apa-apa pada
penyandangnya andai ia miskin akhlak, juga minim pemahaman dan
pengamalan beragama. (bersambung)
Cuplikan tulisan saya dari Sayap-sayap Sakinah. Buku non fiksi saya bersama Afifah Afra (Indiva Media Kreasi : 2013).
Foto ilustrasi: google
No comments