Sinopsis :
Demi
memenuhi janji untuk reuni dengan teman-teman masa kecilnya, Doni nekad pulang ke
kampung halamannya di Menes, Banten bersama istrinya Pratiwi dan kedua anaknya
Tasya dan Bobi, meski pengajuan cutinya ke perusahaan media tempatnya bekerja,
ditolak. Doni bahkan telah membulatkan tekad untuk mengundurkan diri dari
pekerjaannya sebagai wartawan dan memulai hidup baru di kampung halaman.
Sepanjang
perjalanan pulang, banyak hal berharga dialami Doni dan keluarganya,
diantaranya ketika mereka mampir ke klinik tempat Juned, anak pembantu mereka
dirawat, namun sesampai disana ternyata orang tua Juned mengabarkan kalau Juned
sudah meninggal dunia. Doni lalu mengulurkan bantuan yang diterima dengan
senang hati oleh keduanya, namun baru sepuluh menit melanjutkan perjalanan, Doni
mendapat kabar bahwa Juned hidup lagi.
Dalam
perjalanan selanjutnya, mobil mereka dicegat polisi yang meminta bantuan mereka
untuk membawa korban kecelakaan ke rumah sakit. Lepas menolong sang korban,
Doni bertemu dengan Muslim rekan satu sekolahnya dulu. Muslim mengarang-ngarang
cerita sedih saat meminta uang dari Doni. Tak lupa Doni menyinggahi warung Pak
Syubhan, tempatnya membeli es bon-bon saat kecil dulu. Hingga akhirnya, mereka
pun tiba di rumah orang tua Doni yang besar dan berhalaman luas.
Kisah
ini berlanjut dengan kilas balik masa kecil Doni bersama teman-temannya yang
tergabung dalam Pasukan Semut. Di dalam kelompok itu ada seorang gadis kecil bernama Nani, dan
sering diledek teman-temannya kalau ia naksir Doni.
Sebuah
peristiwa menimpa Doni saat jatuh dari pohon. Peristiwa yang membuat sebelah
tangannya harus diamputasi. Di rumah sakit, Doni bertemu dengan tiga rekan
senasib yang harus kehilangan salah satu anggota tubuh. Mereka pun membentuk
kelompok pertemanan yang bernama Empat Matahari.
Meski
kehilangan sebelah tangannya, Doni tak kehilangan semangat hidupnya. Ia bahkan berlatih
badminton dengan keras hingga berhasil memenangkan salah satu pertandingan meski
lawannya memiliki tangan sempurna. Doni juga beruntung memiliki orang tua yang
sangat mendukungnya dan terus menyemangatinya. Ayahnya membangun sebuah gubuk
untuk menyimpan buku disamping rumah, yang kelak menjadi perpustakaan Rumah
Buku Pelangi. Sayang, kedua orang tua Doni tak sempat melihat kedua cucu mereka.
Ajal telah menjemput mereka terlebih dulu.
Dalam
kepulangannya ke kampung halaman itu, Doni juga bertemu dengan Nani, teman masa kecilnya yang
sempat membuat Pratiwi istrinya merasa cemburu. Namun saat bertemu langsung
dengan Nani, dengan kondisinya yang tanpa suami, memiliki dua anak yang salah
satunya mengalami cerebral palsy, kecemburuan Pratiwi pun sirna. Sebaliknya, ia
dan Doni berusaha menyemangati Nani agar tak pernah putus asa dalam merawat
Faisal anaknya yang mengalami cacat tersebut.
Cerita
pun berakhir dengan reuni Pasukan Semut dan Empat Matahari di puncak anak
gunung Krakatau, tempat yang menjadi saksi bisu atas mimpi-mimpi, perjuangan dan
persahabatan yang erat diantara mereka selama ini.
---------------------------------------------------------------------------------
Membaca
kisah ini, kita seakan tengah membaca perjalanan hidup penulisnya sendiri, yang
dituturkan dalam sebuah fiksi dengan style bertutur ala jurnalisme yang kental.
Tak heran, mengingat Gola Gong cukup lama berkecimpung dalam dunia media.
Sebagaimana diungkapkan dalam salah satu dialog antara Doni dengan rekan redpel
koran via telpon, bahwa Doni memiliki tulisan feature yang bagus, hal ini juga bisa
dirasakan dalam novel ini. Nuansa feature begitu mewarnai kisah ini saat
penulisnya mendeskripsikan kronologis perjalanan Doni dan keluarganya, suasana tempat
yang disinggahi, latar kehidupan para tokohnya, nilai inspirasi yang dapat dimaknai
juga tak ketinggalan kritik politik terhadap dinasti kepemimpinan di Banten.
Satu pertanyaan yang masih menggantung, adalah tentang kisah Juned yang "dikabarkan" hidup lagi. Tidak ada kejelasan apakah itu hanya akal-akalan kedua orang tuanya untuk mendapatkan bantuan materi dari Doni atau memang demikianlah adanya. Pembaca dipersilahkan untuk mengira-ngira sendiri dari adegan yang dipaparkan penulis.
Dalam novel ini, kita
tak akan menemukan eksplorasi emosi yang mengharu biru meski kisah tentang Doni
kecil yang harus kehilangan sebelah tangan punya potensi untuk memunculkan hal
itu. Juga tak akan kita jumpai konflik yang tajam dan berliku-liku. Novel ini tampil
utuh sebagai sebuah kisah semi-biografi-inspiratif yang sarat nilai dan
motivasi penggugah semangat.
Ditunjang
oleh dialog yang segar, karakter yang hidup (salah satu karakter yang terasa
familier dengan trend saat ini adalah tentang Pratiwi yang digambarkan
suka mendokumentasikan peristiwa lalu mengunggahnya ke media sosial), juga
latar tempat yang beragam dan eksotis, serta pesan positifnya akan pentingnya
sikap saling menghargai, semangat mewujudkan mimpi, manfaat olahraga dan
membaca untuk kesehatan tubuh, jiwa dan pikiran serta betapa pentingnya peran orang
tua terhadap perkembangan karakter anak, tanpa harus diheboh-hebohkan pun, saya
dukung dua ratus persen andai kelak novel ini direncanakan untuk di-layar
lebar-kan :).
Judul : Pasukan Matahari
Penulis : Gola Gong
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Tebal : 367 hal
Genre : Fiksi
Terbit : September 2014
Saya lagi baca, bahasanya sederhan tapi inspiratif :)
ReplyDeletejadi penyebutan Pasukan itu adalah penggambaran tokoh-tokohnya ya mbak?
ReplyDeleteYa beginilah Mas Gong...
ReplyDeleteDia hanya mengubah perjalanan hidupnya, pengalamannya, dalam bahasa fiksi. Aslinya, 90% kisahnya sendiri. Seperti juga di Balada Si Roy.
Terkadang, kita memang gak butuh polesan2 jika pengalaman hidup sendiri sudah sangat kaya untuk ditampilkan apa adanya.
Iya ridho, bahasanya khas wartawan, gak neko2 n to the point...
ReplyDeleteIya mbak eky, itu nama kelompok mereka waktu anak2, yg 1 pasukan semut yg 1 empat matahari
ReplyDeleteSejak awal melihat kover novel ini, aku sudah menduga ceritanya akan mengambil kehidupan mas gong sendiri. Semoga jadi difilmkan ya :-)
ReplyDeleteAh, pengen punya buku ini (>_<)
ReplyDeletereview Mbak sangat menggigit.. Jadi deh pengen punya buku ini. :D