Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

Belajar dari Doraemon


gbr dari sini
Sampai kapan kamu akan terus menulis?

Kalau ini ditanyakan kepada saya, jujur saja, saya juga belum tahu sampai kapan. Dan jujur juga, saya termasuk yang beberapa kali mengalami maju-mundur-maju-mundur antara ingin terus bertahan menulis, mengurangi frekuensinya atau berhenti sama sekali.


Apalagi dengan kondisi sekarang, dimana orang yang biasanya membantu meringankan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, tengah sakit keras hingga hari-harinya lebih banyak tergolek di ranjang, otomatis, beberapa pekerjaan “besar” rumah tangga pun beralih ke pundak saya. Ibarat joke teman saya di kantor yang nasibnya kurleb sama, “Kita ini mah chasing doang yang keren, wanita karir, sampe di rumah, beda tipis aja ama ART.” Saya pikir, bener juga ya? hehe.

Dan tadi pagi, sambil nyetrika, kebetulan di teve lagi tayang serial Doraemon. Maka, jadilah saya nyetrika sambil nonton. Dan ternyata, serial kali ini isinya cukup bagus. Begini kira-kira ceritanya :

“Doraemon dan Nobita berkunjung ke rumah paman A (sayang saya lupa namanya). Paman A ini seorang yang sangat miskin, tetapi dia punya hasrat besar ingin menjadi penulis terkenal. Jadi, dia pun menghabiskan hari-harinya dengan menulis.

Nobita yang penasaran, lalu mengajak Doraemon menaiki mesin waktu ke masa depan untuk melihat apakah paman A berhasil mencapai cita-citanya. Namun ternyata, masa depan paman A buruk, dia gagal jadi penulis, dan dia tetap miskin.

Nobita dan Doraemon lalu kembali menemui paman A untuk mengabarkan tentang hal ini. Paman A pun menangis, ia merasa bahwa tertutup sudah cita-citanya untuk menjadi penulis. Maka dia pun bertekad akan berusaha keras, mencari pekerjaan lain untuk bisa bertahan hidup dan lepas dari kemiskinan.

Nobita kembali penasaran oleh tekad sang Paman. Dia kembali mengajak Doraemon untuk pergi ke masa depan dan melihat apa yang terjadi dengan sang Paman setelah dia mengubah tekadnya. Tetapi, apa yang mereka lihat, rumah sang paman tetap saja reyot. Bahkan kondisinya lebih parah. Mereka mengetuk pintu, tetapi tak ada jawaban. Seorang tetangga yang lewat bilang, kalau sang paman bekerja di pabrik.

Doraemon dan Nobita akhirnya dapat bertemu paman A. Meskipun dia masih saja miskin, tetapi dia terlihat lebih bahagia. Paman A berkata, “sekarang aku bekerja di pabrik penghasil makanan, tetapi sehari-hari, aku tetap saja jarang bisa makan sampai kenyang. Aku sadar, selama ini aku orang yang kurang menimba ilmu dan wawasan, maka aku hanya bisa mendapatkan pekerjaan seperti ini.”

Doraemon dan Nobita lalu bertanya apakah paman A masih menulis? Jawabnya,”Aku masih menulis. Aku sudah bertekad akan menyelesaikan apa yang sudah menjadi cita-citaku sampai tuntas. Aku sudah menulis novel dan menyelesaikannya. Dan aku tak peduli ada yang membaca atau tidak, aku juga tak peduli jika yang membacanya ternyata hanya aku sendiri.”

Tak lama kemudian, pintu rumah sang paman tiba-tiba tersibak. Dan di luar, ada begitu banyak orang, sebagian membawa kamera dan mikrofon, sebagian memanggil-manggil namanya, “Aku ingin minta tanda tanganmu! Aku ingin minta tanda tanganmu!”

Sang paman terkejut. Rupanya novelnya berhasil menang juara pertama! Meski tidak disebutkan menang dalam perlombaan apa, dari apresiasi orang-orang yang datang, sudah tentu itu adalah sebuah perlombaan menulis yang sangat bergengsi.
Doraemon dan Nobita pun pulang dengan perasaan bahagia.

Dari kisah ini, ada beberapa pelajaran yang saya petik :
Pertama – tak jarang kita dihadapkan dengan banyak pilihan, dan pada saat-saat tertentu, kita dituntut untuk realistis. Namun, seberapa realistis pun pilihan yang kita ambil, apa yang lebih penting adalah kita siap dengan konsekuensi atas pilihan tersebut.

Sang paman memutuskan melakukan sesuatu yang dianggapnya realistis, yaitu mencari pekerjaan. Tetapi dia juga siap dengan konsekuensi bahwa pekerjaan itu ternyata tetap tak mampu mengangkat kondisi ekonominya menajdi lebih baik.

Kedua – dalam hidup, kita tetap perlu untuk menambah ilmu dan wawasan. Apalagi, jaman telah kian kompetitif. Mereka yang miskin ilmu dan wawasan akan tertinggal, dan hanya bisa mendapatkan pekerjaan kelas bawah, seperti sang paman yang hanya bisa menjadi pekerja pabrik.

Ketiga – pada saat-saat tertentu, boleh jadi passion dan cita-cita besar kita harus mengalah dengan hal lain, entah kalah oleh kondisi, waktu atau kebutuhan akan materi. Namun di sisi lain, passion sesungguhnya adalah anugerah. Saya mengibaratkannya dengan lampu di dalam diri kita. Jika kita membiarkannya padam, maka dia akan padam, tapi jika kita terus menyalakannya, minimal menjaga agar jangan sampai padam, maka lampu itu akan terus menjadi terang di dalam diri kita, bahkan bukan tak mungkin, suatu hari akan memancarkan cahaya benderang dalam kehidupan kita. Seperti sang paman yang tetap memelihara passion menulisnya, hingga akhirnya, passion-nya itu jualah yang membawa cahaya baru dalam hidupnya.

Seperti juga yang dikatakan Nobita pada Doraemon di akhir cerita,”Kita tak perlu percaya pada ramalan, tetapi kita lakukan saja apa yang sudah kita yakini. Bukan begitu, Doraemon?”

16 comments

  1. Nice mbak, makasih udah ditag ^^
    Ga tau mesti komen apa, tapi cukup bikin aku makin yakin tuk terus menulis. Dan sejujurnya aku ga nyangka, kdg perasaan kita 11-12 xixixi

    ReplyDelete
  2. wah aku tadi gak nonton..
    keren ya.. ceritanya gak mainstream.. si Paman langsung sukses, tapi melalui tahap demi tahap yg berat dan penuh perjuangan..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Linda , dan si paman gak mudah menyerah

      Delete
  3. Wow, pas banget ini sama suasana hati saya saat ini. Jadi suntikan semangat untuk tetap menulis, walau badai menghadang. ^_^

    ReplyDelete
  4. Makasih Mba.. aku akan sll ingat postingan ini. Suka berpikir begitu mau berhenti nulis dan fokus krj. Tp ide gak pernah berhenti dan gatel pengen nulis. Walo kadang minder sering ditolak.
    Jd semangat dari perkataan si Paman, aku akan ttp menulis meski hanya aku yg akan membacanya.

    Aligato Gozaimase!

    ReplyDelete
  5. Wah... passs bgt ya. Meski doraemon melyncur ke masa depan. Keberhasilannya selisih bbrp saat saja dr waktu kedatangan doraemon n nobita. Tekad si paman jg keren bgt.

    ReplyDelete
  6. Makasih tulisannya, Mbak :')

    ReplyDelete
  7. makasih tulisannya mba, menginspirasi:)

    ReplyDelete
  8. belajar dari Doraemon, mudah2an anak2 yang jadi konsumen terbesar bisa mengambil hikmahnya ya mbak

    ReplyDelete