Ini kisah tentang Charley Benetto,
mantan pemain basebal yang merasa frustasi dengan kehidupannya di masa dewasa. Ia
lalu berniat bunuh diri. Namun upayanya itu gagal. Dia justru “dibawa” pulang
ke rumahnya yang lama dan menemukan hal mengejutkan, bahwa ibunya – yang meninggal
delapan tahun silam – masih tinggal di sana, dan menyambut kepulangannya seolah
tak pernah terjadi apa-apa.
Pertama kalinya membaca
novel karya Mitch Albom, direkomendasikan oleh sahabat saya mbak Dhani
Pratiknyo, dan saya harus bilang, kalau saya sangat menyukai novel ini.
Pada bagian awal cerita, saya memang sempat
kebingungan dengan maksud dan arah cerita, hingga saya harus mengulang beberapa
kali untuk mengerti. Namun ketika melanjutkan membaca dan terus membaca,
sungguh diluar dugaan saya, novel ini punya banyak sekali sisi-sisi yang potensial
membangkitkan rasa haru, perenungan dan sekaligus...dejavu.
Saya tidak tahu apakah penulisnya
mengalami sendiri hal yang diceritakan dalam novel ini atau khayalan belaka, sehingga
novel ini terasa begitu soulful. Meski tanpa diksi yang berbunga-bunga, bahkan tergolong
straight to the point, Mitch Albom mampu menghadirkan kesan yang mengentak
sekaligus menyentuh nurani akan kasih sayang ibunda.
Saya teringat, suatu ketika, saya pernah
bermimpi bertemu kedua orang tua angkat saya, dan dalam mimpi itu, saya merasa
segalanya begitu nyata, sosok mereka berdua, interaksi kami, obrolan kami, cara
mereka menatap dan bicara, dan ketika saya terbangun, untuk beberapa menit
lamanya saya bahkan menganggap bahwa mereka belum wafat, dan “kesadaran” itu
membuat saya begitu bahagia. Namun saat saya melihat sekeliling, dan menyadari
di mana saya berada, sungguh, saya menangis, menyesal kenapa yang saya alami
itu hanya sebuah mimpi.
Perasaan tak jauh berbeda saya alami
saat membaca novel ini, membayangkan apa yang dirasakan sosok Charley saat
mengilasbalik kisah masa kecilnya, saat di mana dia pernah merasa sangat
menyayangi atau membenci ibunya, saat dia harus memilih antara ikut ayah atau
ibunya saat keduanya bercerai, saat harus menentukan pilihan antara menuruti
keinginan ibu atau ayahnya, dan sebagainya. Saya memaklumi sebagian yang dirasakan
Charley, juga dilema dalam batinnya saat orang tuanya bercerai. Pada bagian ini,
saya sempat dibuat termangu, ternyata tidak hanya dalam budaya timur, berpuluh
tahun silam, budaya barat pun menganggap perceraian adalah hal yang tabu dan
memandang miring pada kaum janda cerai.
Mulai pertengahan cerita, sejujurnya
saya mulai merasa bosan, karena alur maju mundur ini memang hanya berfokus pada
masa lalu Charley dan pertemuannya kembali dengan ibunya, jadi nuansanya memang
mirip memoar. Namun begitu, saya tetap melanjutkan membaca. Dan pada
bagian-bagian akhir, saya kembali dibuat terenyak dan tercenung akan pesan lain
yang ingin disampaikan Mitch, bahwa perceraian membawa dampak psikis yang tidak
ringan terutama pada anak-anak.
Inilah kalimat favorit saya yang
diucapkan sosok sang ibu kepada Charley :
“Kau punya satu keluarga. Baik atau
buruk keadaannya. Kau tidak boleh menukarnya. Tidak boleh mendustainya. Kau tak
bisa menjalani dua pada saat bersamaan, berpindah-pindah dari satu ke yang
lainnya. Tetap tinggal bersama keluargamu adalah apa yang menjadikannya
keluarga.” (hal. 228).
Novel ini mampu membuat kita merenung bahwa mungkin akan ada hari di mana kita menyesali kebersamaan yang begitu singkat dengan ibu dan betapa kita ingin bersamanya lebih lama. Novel ini mungkin tidak terlalu menarik
untuk dibaca ulang, tetapi mampu membuat saya tertarik untuk mencari karya
Mitch Albom yang lain. Bagi yang menginginkan kesan dan pengalaman batin
berbeda dari sebuah fiksi, sepertinya karya penulis yang satu ini layak untuk
kalian nikmati.
Judul : For One More Day
Penulis : Mitch Albom
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2014 (cetakan ke 4)
Halaman : 248 hal
Aku belum pernah baca bukunya Mitch Albom, cuma tau dari Goodreads aja :D
ReplyDeletesaya juga baru ini baca mbak :)
ReplyDeletecoba baca jg the time keeper mbak.. ^^
ReplyDeleteAnnisa, iya kemaren ke tobuk baru baca sinopnya, ada unsur2 fabel n fantasi kayanya ya
ReplyDelete