Kekhawatiran adalah musuh pengambilan keputusan yang baik. Kekhawatiran
seperti kursi goyang. Dia akan membuat anda terus bergerak, namun tidak
membawa anda kemana pun. - Lou Ann Smith, Be Decisive -
Saya menemukan buku ini di pustaka mini ruang kerja kantor, lalu saya jadikan bacaan pengisi waktu kala senggang. Sesuai judulnya, buku ini berisi panduan pengambilan keputusan, utamanya keputusan yang sulit dan beresiko. Penulis membagi isi buku ini dalam tahap demi tahap juga langkah demi langkah yang saling terhubung dan berkelanjutan.
Saya menemukan buku ini di pustaka mini ruang kerja kantor, lalu saya jadikan bacaan pengisi waktu kala senggang. Sesuai judulnya, buku ini berisi panduan pengambilan keputusan, utamanya keputusan yang sulit dan beresiko. Penulis membagi isi buku ini dalam tahap demi tahap juga langkah demi langkah yang saling terhubung dan berkelanjutan.
Pada
tahap satu, melalui tiga langkah upaya, penulis memberi panduan untuk
mengembangkan sifat tegas dalam diri kita. Karena menurutnya, hanya orang-orang
yang tegas, yang berani mengambil keputusan dan menanggung konsekuensi dari
pilihan itu. Upaya ini diperoleh dengan cara membangkitkan kepercayaan diri,
focus pada tujuan hidup dan menyeimbangkan daya pikir.
Tahap
dua berisi langkah persiapan sebelum bertindak. Dalam uraiannya, penulis seakan
menganalogikan pikiran manusia dengan otot tubuh. Dimana manusia dianjurkan
untuk mengambil waktu yang cukup sebelum menentukan pilihan, melenturkan
otot-otot pengambil keputusan dan melakukan jeda sejenak untuk memasok energy.
Setelah
melewati tahap persiapan, pada tahap berikutnya penulis menyarankan untuk
menyerap informasi sebanyak-banyaknya, menghubungkannya dengan pola pikir kita
yang sudah terbentuk, memikirkan dan menguji berbagai kemungkinan sampai berhasil
mengerucutkan pilihan pada dua opsi saja.
Tahap
empat adalah tahap dimana kita harus mengambil keputusan. Dibandingkan dengan
tahap-tahap sebelumnya yang terkesan sedikit njelimet, pada tahap ini secara
straight to the point, kita diminta untuk menuliskan dua opsi bersama sisi
positif negatifnya, dan dengan semua “bekal” yang kita peroleh pada tahap
sebelumnya, kita diminta untuk memilih dengan tegas. Kita juga disarankan untuk
membuat second opinion atau dalam istilah penulis, contingency plan ataupun
rancangan kemungkinan, jika keputusan yang sudah kita ambil ternyata memiliki
konsekuensi tak terduga dan melenceng dari perkiraan.
Buku
ini berakhir dengan tahap lima, yang berisi anjuran agar memegang teguh pilihan
yang sudah diambil dengan rasa percaya diri. Penulis juga menganjurkan kita untuk memberi penghargaan pada diri sendiri karena
telah berani mengambil keputusan, lalu menuliskan action plan, mengomunikasikannya pada orang lain dan melakukan evaluasi kemajuan secara
teratur.
Muatan
buku ini sebenarnya cukup aplikatif, karena pada setiap tahapannya menyertakan
langkah-langkah nyata yang harus dilakukan. Hanya saja, beberapa konteks
kalimat sedikit sulit dipahami. Untungnya, pada setiap bab, penulis menyertakan
konklusi dan quote inspiratif yang relevan dengan muatan bab tersebut, sehingga cukup membantu dalam mempermudah pemahaman.
Langkah-langkah
yang disajikan, sepertinya lebih cocok untuk diaplikasikan oleh para pemegang
kebijakan dalam sebuah perusahaan, lembaga, organisasi ataupun birokrasi.
Karena kebijakan pihak-pihak ini menyentuh kepentingan public dan juga profit bagi
perusahaan. Sementara yang menyangkut keputusan individu, sepertinya kita cukup
mempraktekkan beberapa tahapan saja. Yah, setidaknya kita tetap bersikap bijak
dan nggak gegabah sebelum mengambil sebuah keputusan.
Dan saya pikir, buku ini cukup baik sebagai bahan bacaan mereka yang berniat mencalonkan diri menjadi pemimpin daerah, anggota legislative atau bahkan pemimpin Negara. Karena produk kebijakan yang dihasilkan oleh orang-orang dalam posisi penting ini tak hanya menyangkut nasib dan kepentingan masyarakat banyak, tetapi juga tak bisa melepaskan diri dari berbagai kepentingan termasuk kepentingan politik, resiko dan konsekuensi akan didukung atau diprotes dan dibenci. Jadi, tak ada salahnya jika setiap keputusan adalah hasil dari sebuah proses yang matang dan terencana. Bukan sekadar menuruti kepentingan atau pertimbangan dari sudut pandang segelintir golongan belaka.
Dan saya pikir, buku ini cukup baik sebagai bahan bacaan mereka yang berniat mencalonkan diri menjadi pemimpin daerah, anggota legislative atau bahkan pemimpin Negara. Karena produk kebijakan yang dihasilkan oleh orang-orang dalam posisi penting ini tak hanya menyangkut nasib dan kepentingan masyarakat banyak, tetapi juga tak bisa melepaskan diri dari berbagai kepentingan termasuk kepentingan politik, resiko dan konsekuensi akan didukung atau diprotes dan dibenci. Jadi, tak ada salahnya jika setiap keputusan adalah hasil dari sebuah proses yang matang dan terencana. Bukan sekadar menuruti kepentingan atau pertimbangan dari sudut pandang segelintir golongan belaka.
Judul : Membuat
Keputusan Sulit Menjadi Mudah
Penulis : Gael
Lindenfield
Penerbit : Gramedia
Pustaka Utama
Terbit : 2002
Hal : 148 hal
No comments