Resensi :
Hampir setiap
orang pernah mengalami jatuh cinta, kekecewaan, kemarahan dan patah hati. Cinta
bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi, cinta bisa membangkitkan rasa
bahagia dalam kehidupan seseorang, namun di sisi lain, cinta juga bisa
menempatkan seseorang pada sudut terburuk dalam fase kehidupan, yaitu menyebabkan
kekecewaan, kemarahan dan patah hati (hal.4).
Sebagian orang
mampu menyembuhkan luka hatinya dalam sekejap, namun tak sedikit pula yang
mengalami rasa kecewa dan sakit hati sedemikian dalam, hingga menjerumuskannya
dalam keterpurukan. Padahal, kondisi ini bisa dihindari dengan cara mengubah
sudut pandang terhadap rasa kecewa dan patah hati. Emosi yang timbul dari
perasaan negatif akibat kecewa dan patah hati bisa diolah menjadi bahan bakar
untuk melakukan perubahan dan pencapaian yang positif.
Delapan kisah
nyata yang dipaparkan dalam buku ini membuktikan, bahwa rasa kecewa, kemarahan
dan patah hati justru menjadi titik kebangkitan bagi mereka yang mengalaminya.
Mereka menjadikan kekecewaan dan kemarahan sebagai bahan bakar untuk melesat
lebih jauh, meraih pencapaian-pencapaian yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.
Terdapat kisah
tentang wanita yang berhasil mewujudkan mimpinya menjadi penulis setelah rumah
tangganya berantakan oleh kehadiran orang ketiga. Rasa tersakiti dan keinginan
untuk membuktikan bahwa dirinya lebih baik dari sang orang ketiga, telah
mendorongnya untuk bekerja keras demi mencapai mimpinya itu. (hal.42).
Kisah lainnya adalah
tentang wanita yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga oleh penganiayaan
fisik dan psikis dari sang suami, dan perceraian menjadi tonggak baru baginya
untuk meraih kehidupan yang lebih baik, diantaranya dengan berhasil
menyelesaikan studi pascasarjana dan menjadi seorang terapis. Rasa kecewa telah
mengajarkannya untuk segera bangkit, karena bahagia itu, diri sendirilah yang
dapat menciptakan.(hal.58).
Terdapat pula
kisah tentang seseorang yang semasa kecilnya sering diejek dan dihina karena
kekurangan fisik dan ekonomi yang disandangnya, justru kemudian bermetamorfosis
menjadi seorang atlit yang berhasil pula mengubah kondisi perekonomian
keluarganya. (hal.79).
Bersama kelima
kisah lainnya, mereka akan berbagi pengalaman berharga dan bukti nyata bahwa rasa
kecewa, kemarahan dan tersakiti bisa diolah menjadi energi positif untuk
melakukan perubahan.
Pada Bab yang
berjudul Marah, pembaca akan memperoleh tips-tips meredam kemarahan dan
bagaimana memanfaatkan energi yang muncul pada saat sedang marah untuk
melakukan hal-hal yang baik, atau disebut juga dengan marah positif. Misalnya
saja dengan cara menuangkan kemarahan tersebut lewat tulisan, atau pun
melakukan kegiatan yang disukai, seperti memancing, fotografi, membuat kue dan
sebagainya, sehingga tetap bisa melakukan hal yang terarah dan menghasilkan.
(hal.24).
Selanjutnya pada
Bab yang berjudul Mari Nyalakan Kembang Api, penulis memaparkan bahwa untuk
dapat segera bangkit dari rasa kecewa, kemarahan dan patah hati adalah dengan cara
jujur pada diri sendiri, berbagi dengan mereka yang bisa dipercaya, mohon ampun
dan bersandar kepada Tuhan, membuat rencana hidup dan fokus pada tujuan.
(hal.120).
Melalui buku ini, penulis juga mengajak pembaca untuk meyakini, bahwa bersama kesulitan, pasti ada kemudahan. Kita tidak bisa menghindar dari mengalami kekecewaan dan patah hati. Yang perlu kita lakukan adalah bagaimana memanfaatkan kekecewaan tersebut untuk melakukan sesuatu yang besar. Selama kemarahan tersebut diarahkan pada hal-hal yang baik, maka semuanya akan berujung kebaikan juga. Dan bukan tidak mungkin, energi yang terpantik oleh rasa kecewa tersebut, akan mendorong seseorang meraih pencapaian demi pencapaian hingga sampai pada puncaknya. Baik pencapaian spiritual maupun prestasi.
Judul : Move On, Sebab Kecewa Berarti Kalah
Penulis : Elita Duatnofa dan Ita D. Azly
Penerbit : QultumMedia
Tebal : 136 hal
Genre : Non Fiksi
Terbit : Oktober 2013
ISBN : 9790172680
Harga : Rp.32.000,-
No comments