Judul : I’ve Got Your Number
Penulis : Sophie Kinsella
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Mei 2012
Halaman : 576 hal
Kisah berawal dari hilangnya cincin
pertunangan Poppy Wyatt dalam sebuah acara amal. Masalahnya, cincin itu
adalah cincin pertunangannya, dan telah menjadi milik keluarga Magnus sang
tunangan selama tiga generasi. Tak cukup sampai disitu, ponselnya pun ikut raib
gara-gara kecopetan. Padahal, dalam beberapa hari ke depan, Poppy harus bertemu
dengan calon mertuanya.
Dalam keadaan kalut, Poppy menemukan
sebuah ponsel di tempat sampah. Baginya, sebuah ponsel yang dibuang, statusnya
menjadi milik publik. Poppy lalu
menggunakan ponsel itu untuk menghubungi semua staf hotel tempat digelarnya
acara amal, agar menghubunginya jika cincin itu ditemukan.
Namun, masalah lain membuntutinya saat
kemudian diketahui bahwa ponsel itu adalah milik Sam Roxton, dan selama ini,
ponsel itu digunakan asistennya untuk mengurusi pekerjaannya. Sementara itu,
Poppy masih memerlukan ponsel tersebut sampai cincinnya berhasil ditemukan.
Maka, dimulailah perjalanan hidup Poppy yang begitu rumitnya, dengan harus
meneruskan semua email dan pesan masuk ke ponsel Sam Roxton kepada pemiliknya,
ditengah-tengah kesibukannya mempersiapkan pernikahan, menghadapi orang tua
Magnus yang intelek, juga fakta-fakta tak menyenangkan tentang Magnus yang baru
ia ketahui pada hari-hari menjelang pernikahan. Seiring dengan itu, Poppy pun mulai terlibat dalam kehidupan dan karir Sam Roxton saat rasa penasaran menggiringnya untuk membaca dan banyak ikut campur dalam membalas email-email yang ditujukan untuk Sam.
Berhasilkah Poppy mengatasi semua masalahnya itu?
Kali pertama membaca karya Sophie
Kinsella, penulis chicklit yang fenomenal dengan serial populernya Shopaholic, dan penulis berhasil membuat saya jatuh cinta dengan gaya penuturannya
yang lincah, cerdas, dan kerap diselipi dengan humor-humor serta catatan kaki
yang menggelitik. Alur dan plot yang dinamis, konflik yang variatif dan
berkesinambungan, penggambaran karakter yang hidup ditunjang pula oleh
dialog-dialog yang segar turut menjadi faktor-faktor yang membuat novel ini
terasa begitu mengasyikkan, seru dan sayang untuk melepaskannya sebelum tuntas. Ide unik tentang "berbagi ponsel" yang menjadi "nyawa" cerita ini juga layak diacungi jempol.
Namun, hal-hal yang terasa absurd turut mewarnai sebagian besar alur cerita ini. Bab awal saja sudah
dibuka dengan serangkaian kisah yang rasanya hanya mungkin terjadi di dalam
dunia khayal penulisnya : cincin berharga yang mendadak hilang – keributan
kecil di acara amal – ponsel milik Poppy yang dicopet orang bersepeda (?) – penemuan ponsel di tempat sampah.
Selanjutnya, satu demi satu ketidaklogisan muncul
bergantian sepanjang cerita, salah satunya adalah pada adegan saling membalas
pesan masuk antara Poppy dan Sam yang terasa sangat berlebihan untuk dilakukan
dalam waktu yang singkat, ide untuk mengenali suara seseorang yang
menelpon dengan cara mencarinya di tengah-tengah begitu ramai orang yang
menghadiri konferensi, dan kebetulan-kebetulan yang dimunculkan untuk menjadi benang perekat antar plot. Kisah ini pun ditutup dengan akhir yang –
sekali lagi – rasanya sangat sulit untuk membayangkannya bisa terjadi di dunia
nyata.
Meskipun demikian, Sophie terbilang
cukup berhasil membangun situasi dan hubungan sebab akibat yang mendukung
terciptanya ketidaklogisan tersebut menjadi sesuatu yang terasa real dan
“memaksa” pembaca ikut masuk pada jalan cerita yang ia tulis, mengajak pembaca bersepakat bahwa fiksi adalah tempat terindah untuk mengeksplorasi khayalan dan menjadi
terhibur karenanya. Satu yang pasti, setelah
meletakkan novel ini, saya jadi penasaran untuk menikmati karya Sophie berikutnya.
hahahahaha.... satu hal yang aku sukai dan sepertinya aku suka karena satu alasan yaitu sepakat, adalah:
ReplyDeletedi dunia ini ada 2 hal yang kita tidak boleh setengah-setengah melakukannya, yaitu narsis dan kalau mengkhayal jangan setengah-setengah.
hahahaha
membaca tulisan kinsela adalah sebuah hiburan yang menggembirakan hati buatku. hidup jadi terasa lebih ringan.
iya mbak Ade, kalo udah baca novel Sophie aq seperti pindah ke dunia lain, ke alam khayalnya dia dan terpingkal2 bersamanya, hehe
ReplyDeleteNovel2 seperti ini asyik buat nongkrong ya, atau menjadi "goa" :)
ReplyDeleteiya Eni, asik untuk melabuhkan penat :)
ReplyDeletebelum pernah baca satupun, jadi penasaran. suka banget pas kak lyta bilang "fiksi adalah tempat terindah untuk mengeksplorasi khayalan" sepakat!
ReplyDeleteMbak ria (seolah manggil diri sendiri meski kalah produktif), saya belum baca versi gramedia. Tapi di ebook yg saya baca, saya mendapat gambaran jelas kenapa cincin tsb bisa hilang. Lalu di bagian lain, saya juga tidak merasa terganggu kecuali makin yakin kalau kasus lari dari altar gereja memang trend bgt ya :D
ReplyDeleteSuka sama resensinya. Kapan2 sy juga mau beli ah novel2nya Sophie. Jadi tambah penasaran.
ReplyDeletebelum pernah baca juga karya Sophie.. jadi penasaran stlh baca review ini..
ReplyDeleteMbak Lyta, dapet novel ini dari reward penerbit setelah meresensi ya? *tuduhansemena-mena
Aku belum pernah baca bukuna Sophie Kinsela. Aduh, payah bener yak aku :D
ReplyDeleteAdya , mari kita mengkhayal:-)
ReplyDeleteMbak ria , mungkin yg di versi ebook lbh gamblang ya penjelasannya, dan krn selama ini sy memang lbh pro fiksi yg terasa real:-)
ReplyDeleteLina, mbak eky, saya juga baru pertama nh baca novel sophie n langsung suka:-)
ReplyDeleteMbak linda, beli sendiri mbak, blm pernah dpt reward resensi dr GPU :-)
ReplyDeletekangen baca resensinya mbak Elyta yang kriuk gurih sekarang terobati :D
ReplyDeleteeia, klo sempat mampir yuk mbak :D di sini, makasih :)
ReplyDeletehttp://www.braveandbehave.blogspot.com/2013/12/belajar-sekaligus-dibayar-hanya-di-e.html
Rasanya gak asing sama jeng sophie ini:)
ReplyDeleteJadi penasaran juga.. masih available ga ya di tokbuk..
ReplyDeleteDwi, saya udah mampir:-)
ReplyDeleteMbak Sarah , temen SMP kali ? Qiqiqiqi
ReplyDeleteSanti, kalo dikotaku ada, harusnya di jkt ada, hehe
ReplyDelete