Judul : Always Be in Your Heart
Penulis : Shabrina WS
Penerbit :
Qanita
Tebal : 236 hal
Novel pemenang tiga Lomba Penulisan Romance Qanita ini
bercerita tentang cinta segi tiga antara Marsela, Juanito dan Randu dengan
berlatar belakang bumi Lorosae dan peristiwa sebelum serta pasca referendum
pemisahan Timor Leste dari Indonesia. Satu dari sekian banyak peristiwa yang
menggores jejak luka dalam perjalanan panjang bangsa ini.
Marsela dan Juanito bersahabat sejak kecil. Lambat laun
mereka pun saling mencintai. Namun perbedaan prinsip keluarga saat jajak
pendapat menjelang referendum membuat keduanya terpisah. Juanito tetap bertahan
di Timor Leste, sementara Marsela pergi mengungsi bersama ayahnya. Dalam
pengungsiannya, Marsela berkenalan dengan Randu, pria pemilik toko bangunan
yang juga kemudian mencintainya.
Kepada siapakah hati Marsela akan berlabuh? Berhasilkah ia
bertemu kembali dengan Juanito setelah sepuluh tahun berpisah? Ataukah ia
memilih untuk merajut kebahagiaan dengan Randu?
Sesuai judul dan tampilan covernya, begitu pulalah nuansa
yang mewarnai perjalanan cerita di dalamnya, mengalir manis dan lembut dalam
penuturan seorang Shabrina WS yang
memang memiliki ciri khas tersendiri pada keindahan, kelembutan dan kesantunannya
memilih dan merangkai kalimat.
Ini memang novel yang relatif easy-reading dengan alur, plot
dan konflik yang sederhana. Namun dalam kesederhanaan itulah tersimpan kekuatan
dan kelebihan dari novel ini. Bagi saya, bukan hal mudah menjadikan sesuatu yang
sederhana menjadi istimewa, dan Shabrina WS, adalah satu dari sedikit penulis
tanah air yang memiliki kelebihan itu.
Bab awal novel ini sempat mengingatkan saya pada novel Tanah
Tabu karya Anindita yang memenangi DKJ
2008. Yaitu saat cerita dibuka oleh narasi dari tokoh seekor anjing. Serta
kemiripan ciri narasi keduanya. Saya membayangkan, sekian tahun ke depan, karya
Shabrina sangat mungkin bermetamorfosa menjadi seperti karya-karya Anindita.
Karya yang mengusung nilai lokalitas, kesederhanaan dan pemilihan kata yang
serba indah dan bernuansa manis.
Sayangnya, setting Timor Leste memang kurang tergarap
maksimal di novel ini terutama pada bab-bab awalnya, namun mulai bergerak
menjadi lebih baik pada bab-bab pertengahan hingga akhir. Dan entah mengapa saya
merasa alurnya sedikit terlalu cepat saat cerita mulai bergerak menuju masa
sepuluh tahun kemudian.
Deskripsi tokohnya juga belum tergambar secara detil hingga
saya kesulitan membayangkan sosok ketiga tokoh utamanya. Tetapi, saya sempat
tersenyum-senyum sendiri membaca kisah antara Randu dan Marsela. Cara-cara
Randu mendekati dan menjaga Marsela,
sempat mengembalikan memori saya pada seorang pria yang juga melakukan hal
nyaris serupa pada saya 12 tahun lalu. Pria yang kini sudah menjadi ayah untuk
ketiga putra-putri kami :D
Dan, sebenarnya saya sangat berharap cerita dari sudut Lon
dan Royo, kedua anjing dalam cerita ini diberi porsi lebih maksimal, walau
mungkin jadinya nanti akan sedikit mirip dengan Tanah Tabu yang tokohnya
seorang anak kecil, seekor anjing dan babi. Karena salah satu kelebihan
Shabrina, adalah pada saat ia bercerita dari sudut pandang hewan, jadi, saya
merasa agak kecewa karena porsi untuk Lon dan Royo di awal dan akhir cerita
hanya seperti tempelan saja. Tapi,
mungkin karena ini novel bergenre romance, maka porsi cerita dari sudut pandang
hewan pun menjadi terbatas.
Terlepas dari beberapa hal diatas, yang tentunya hanya dari
sudut pandang subjektivitas saya belaka, saya sangat menikmati membaca novel
ini, terbukti saya bisa menyelesaikannya dalam waktu beberapa jam saja, dan
bagi saya, sebuah novel yang baik adalah novel dengan “feel” yang baik, pesan
moral yang tidak menggurui juga cerita yang mudah dipahami. Dan novel ini,
berhasil menjawab semua kriteria (dari sudut pandang) saya untuk sebuah novel
yang baik itu. Jadi, sungguh layak kiranya novel ini berhasil menyabet pemenang
ketiga dalam even lomba tersebut.
Di akhir review ini, saya kutip satu quote bermakna dari
hal.85, yang diucapkan oleh tokoh ayah Marsela : Kehormatan bukan terletak pada
pekerjaan kita. Tetapi ketika kita tak pernah bergantung pada manusia.
Two thumbs up for you, Shabrina. Teruslah eksis dengan
ciri-cirimu yang unik dan menyentuh, percayalah, tak banyak penulis tanah air
ini yang punya keunikan dan kelebihan sepertimu, keunikan yang insya Allah akan
membuat karyamu bersinar dengan “warna”mu sendiri.
novel ini keluar pada tahun berapa, mbak Elyta? sekedar tambahan informasi saja.. :D
ReplyDeleteJadi pengan baca juga :)
ReplyDeletekalu baca resensi yang apik gini, jadi penasaran pengen bacanya. tapi mengingat genre romancenya ntar dulu deh......saya super lelet kalu baca romance hedeuh....
ReplyDeleteudah rapinya, kapan nih blogku "diacak2" juga nih :)
ReplyDeleteAn, thn 2013
ReplyDeleteMbk eky, gak rugi bacanya mbak :-)
Mbak Sarah, hehe, beda selera ya:-)
Naqi, request aja ama suhu, hehe :-)
warna mbak eni emang beda :)
ReplyDeletedan bisa menembus dimana2 tanpa merubah ciri khasnya
Cukup lengkap untuk kategori sebuah resensi. Sudah memakai teknik 'yang paling rumit' pula dalam menyusun resensi, yaitu teknik 'comparing' yaitu membandingkan antara novel ini dengan novel lain, 'Tanah Tabu'.
ReplyDeleteNamun, meskipun merupakan teknik sederhana, 'cutting and glueing', yakni 'memotong dan merekatkan' bagian-bagian yang unik untuk diperlihatkan ke publik, bisa juga menjadi penguat dari sebuah resensi. Khususnya agar gambaran calon pembaca atas sebuah novel menjadi lebih kuat lagi.
'Focusing' dari resensi, yang 'memvonis novel ini' sebagai 'novel yang relatif easy-reading dengan alur, plot dan konflik yang sederhana', merupakan pemetaan segmen dari si peresensi. Untung saja di paragraf awal, telah 'mengangkat' novel ini dengan kalimat: 'Novel pemenang tiga Lomba Penulisan Romance Qanita ini bercerita tentang cinta segi tiga antara Marsela, Juanito dan Randu dengan berlatar belakang bumi Lorosae dan peristiwa sebelum serta pasca referendum pemisahan Timor Leste dari Indonesia.'
Minimal, penyuka 'novel rumit', jadi tertantang juga untuk membaca buku ini. Meski klaim dari peresensi novel ini sederhana, toh tema dan latar-nya menarik.
Komen untuk isi buku, ya belum, lah ... soalnya belum baca :-), tetapi resensi ini sudah cukup mengundang antusiasme tersendiri.
Tapi, bagian yang paling menarik dari resensi ini adalah kalimat: "Cara-cara Randu mendekati dan menjaga Marsela, sempat mengembalikan memori saya pada seorang pria yang juga melakukan hal nyaris serupa pada saya 12 tahun lalu. Pria yang kini sudah menjadi ayah untuk ketiga putra-putri kami :D"
^_^
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerima kasih banyak Mbak Riawani. Udah baca dan bikin reviewnya. Ini, suatu yang sangat berharga bagi saya. Saya menyukai dan belajar banyak dari komentar2mu. :)
ReplyDeleteUntuk setting di bab awal memang di Atambua, belum di Timor Lorasae, :) Terus, untuk Lon dan Royo, ide awalnya nulis ini justru akan membuat fabel anjing secara utuh, seperti bagian saya di PING. Tapi karena tiba-tiba membaca lomba romance Qanita, hadirlah Marsela dan Juanito. Tapi Lon dan Royo tetap menjadi tokoh penting. Sengaja juga cerita dari sudut pandang anjing hanya mendapat porsi sedikit, di bagian prolog dan epilog. Jadi, maaf banget kalau tidak sesuai harapan.
Doakan ya, kelak bisa bikin fabelnya secara utuh. Aamiin. Mbak tahu kan, salah satu keinginan saya bisa punya buku dengan cover wajah hewan. hehehe
Semua komentar Mbak ini, akan saya simpan, insya Alloh menjadi pembelajaran penting dan masukan yang berharga bagi saya. Terima banyaaaak Mbak. :)
Binta : setuju :-)
ReplyDeleteYeni : oh, itu ternyata bagian paling menarik, qiqiqiqi :-)
Eni : amiin. Semoga nanti lon dan royo bisa jadi fabel yg utuh. Selamat untukmu yaa:-)
Baru nyadar, kalau setting waktu di blog ini belum disesuaikan hihi. Ini sudah 16 Maret :D
ReplyDeleteLove to read,tulisan khas mbak lyta. congrats to mbak Eni Shabrina, tulisan-tulisannya selalu lembut dan romantis pas seperti orangnya :)...dan jadi nambah ilmu baca komen mbak Yeni Mulati Afifah Afra :). Pengen juga blog ku dipermak beliaunya #eh.
ReplyDeleteMumpung msh sadar, tolong dunk yen disesuaikan Sxan :-) qiqiqiqi :-):-)
ReplyDeleteIya dwi, shabrina mank lembut pribadi n tulisan nya:-)
ReplyDeletesedang di baca :D
ReplyDeletesudah dibeli hehe belm baca ^^
ReplyDeleteSekarang masih ada?
ReplyDeleteSemoga diberikan yang terbaik ya ka
ReplyDeleteWiihh , makasih nih ya udah mau review
ReplyDelete