Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

Fiksi Sejarah dalam Komik Digital


 Mendengar kata komik, biasanya kita akan menghubungkannya dengan bacaan anak-anak. Ya. Boleh dibilang, anak-anak pada umumnya, khususnya usia sekolah dasar, lebih senang membaca komik dibandingkan jenis buku lainnya.

Namun, dengan perkembangan teknologi digital,  yang juga mendorong lahirnya komik-komik digital, saat ini komik tidak hanya disukai anak-anak tetapi juga menjadi konsumsi pembaca dewasa. Seiring dengan itu, tema komik pun semakin beragam, salah satunya fiksi sejarah.

Sabtu malam, tanggal 28 Mei 2022, saya berkesempatan mengikuti IG live Bincang MIMDAN #7, yang ditaja oleh PANDI (Pengelola Nama Domain Internet) lewat program Merajut Indonesia melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN).



Buat yang belum tahu nih apa itu program Merajut Indonesia, ini saya kutip langsung nih dari Web-nya : 

"Merajut Indonesia dibentuk oleh Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) sebagai respons terhadap globalisasi dan modernisasi dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya yang menjadi ciri masyarakat Indonesia. Salah satu program Merajut Indonesia adalah Digitalisasi Aksara Nusantara (selanjutnya disebut MIMDAN), yaitu upaya pelestarian dan pengembangan aksara supaya generasi berikutnya tetap bisa mengetahui aksara Nusantara di perangkat digital.

Kegiatan MIMDAN akan terus bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat digital semisal aplikasi web, aplikasi telepon cerdas (smartphone), basis data, pengarsipan digital, dan sebagainya. Ada pun kegiatan yang dirumuskan MIMDAN adalah pengumpulan referensi aksara Nusantara, pembuatan dan pengumpulan fonta (font), standardisasi aksara, pendaftaran aksara ke UNICODE, implementasi aksara dalam berbagai perangkat, pendaftaran ke ICANN, serta kegiatan lain sesuai perkembangan.

MIMDAN tidak bekerja sendirian. Melainkan telah merangkul banyak pihak seperti lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah, komunitas, media, dan pegiat aksara, untuk bersama-sama mengembangkan program ini. Ada banyak kegiatan yang telah dilakukan sejak tahun 2020, mulai dari perlombaan pembuatan website menggunakan aksara nusantara, diskusi atau webinar, hingga selebrasi digitalisasi aksara di beberapa daerah. Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari UNESCO."

Tuh, keren banget 'kan?

Untuk IG Live kali ini, bintang tamunya adalah Esti Siwi, seorang art director, ilustrator dan kreator. Awalnya saya juga belum familier dengan sosok ini. Lalu, saya bertanya kepada anak saya yang penggemar komik. Anak saya bertanya siapa namanya dan karyanya. Begitu saya bilang karyanya Dedes, anak saya langsung bilang, "Ma, itu kan komik webtoon yang terkenal itu!"

Masya Allah.  Ternyata anak saya lebih dulu mengenal karya Teh Esti ketimbang saya. Dan ketika anak saya menunjukkan komik tersebut di webtoon, saya langsung terpesona melihat ilustrasinya yang baguuuss banget. Kombinasi antara unsur modern dan tradisional dalam nuansa warna merah dan gold.




Kembali ke IG Live MIMDAN #7 yang dimoderatori Teh Evi Sri Rezeki, kita diajak berbincang-bincang dengan Teh Esti seputar kreativitasnya dalam membuat komik digital. 

Awal ketertarikan Teh Esti terjun menekuni komik digital, wanita berbakat yang pernah bekerja untuk Syaamil grup ini mengatakan, dia tertarik untuk mengangkat kisah Arok Dedes dalam bentuk komik. Kebetulan, salah satu tokoh pengarang favorit Teh Esti adalah Pramoedya Ananta Toer, sang pengarang Arok Dedes.

Kenapa yang diangkat dalam komik adalah kisah Dedes, menurut Teh Esti, karena dia ingin memberi trigger atau pemicu kepada pembaca untuk menyenangi sejarah, dan ingin menularkan sensasi rasa penasaran terhadap sejarah.  

Teh Esti memilih untuk menulis sejarah dalam bentuk fiksi, karena menurutnya pembaca bisa lebih terbawa emosi saat membaca fiksi sejarah daripada belajar sejarah. Dan pemilihan sudut pandang Dedes sebagai tokoh utama cerita, adalah karena sebagai sesama perempuan,  Teh Esti seolah dapat merasakan situasi yang dialami Dedes ketika itu.

Diakui Teh Esti, riset yang ia lakukan cukup rumit, karena ia harus memilih sumber yang cocok dengan alur yang sudah ia buat. Adapun referensi utama Teh Esti adalah jurnal,  dan juga buku sejarah.

Menurut Teh Esti, dalam penulisan sebaiknya kita melakukan modernisasi,  dengan memgombinasikan dan mengolaborasikan unsur fiksi dan fakta, agar karya itu menjadi nggak lekang oleh zaman. Bagi Teh Esti, fungsi pengarang fiksi lebih sebagai mediator agar pembaca kemudian tertarik untuk mencari tahu lebih banyak tentang apa yang mereka baca, khususnya fiksi sejarah. 

Ada cukup banyak pertanyaan yang disampaikan peserta kepada Teh Esti, namun karena keterbatasan waktu, hanya beberapa pertanyaan saja yang sempat dibacakan oleh moderator Teh Evi Sri Rezeki. 



Ketika ditanyakan adakah kemungkinan dibuat komik untuk para disabilitas, menurut Teh Esti, dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, dia juga berharap agar ke depan teknologi ini bisa digunakan untuk menyediakan komik bagi disabilitas.

Ada pertanyaan yang cukup menarik, yaitu sikap Teh Esti jika dihujat netizen saat tulisannya melenceng dari sejarah, Teh Esti menjawab bahwa tiap pengarang punya sudut pandang dan perspektif masing-masing,  dan fiksi hanyalah representasi dari sejarah, bukan merupakan sejarah murni.

Tips dari Teh Esti untuk pemula, agar menyiapkan perangkat menulis dan ceritanya. Jangan lupa mencari tahu selera pembaca. Jika ingin mengangkat topik sejarah harus melakukan riset terlebih dahulu agar ceritanya solid. 

Sebagai penutup,  sebagaimana disampaikan juga oleh Teh Esti saat membuka pertemuan,  Teh Esti mengutip kalimat Bung Karno agar jangan pernah melupakan sejarah (Jasmerah), dan ketertarikan pada fiksi sejarah adalah sesuatu yang sangat baik untuk mendorong minat masyarakat terhadap sejarah.

Terima kasih banyak buat Teh Esti Siwi dan Teh Evi Sri Rezeki atas bincang-bincangnya. Juga kepada para penaja @merajut_indonesia dan PANDI. Semoga fiksi sejarah yang diangkat dalam bentuk komik digital, dapat mendorong minat masyarakat untuk mempelajari sejarah dan komik digital menjadi media yang seru dan asyik untuk belajar sejarah. 







9 comments

  1. Nah setuju, dengan membaca komik, pelajaran sejarah itu rasanya bisa lebih cepat diserap. Andai dulu pelajaran sejarahnya lewat komik, mungkin saya bakal suka sejarah :)

    ReplyDelete
  2. setuju, aku ngerasain sendiri soalnya, kalau di buat komik jadi lebih gampang nempel hahahaa

    ReplyDelete
  3. Jadi dia itu penulis webtoon Ken Dedes. Jujur ya, aku tuh suka roaming kalau baca sejarah. Makanya kudu dibuat versi lain kaya film atau komik. Rasanya lebih mudah dimengerti apalagi ada gambarnya juga kan. Jadi nempel di otak

    ReplyDelete
  4. Sejarah adalah salah satu hal yang paling menarik untuk saya baca, nggak peduli bentuknya kayak gimana, apalagi kayak komik ya, bakalan lebih diminati.
    Nah kesukaan saya ini, menurun ke anak saya, pas banget nih dia suka sejarah dan suka komik :)

    ReplyDelete
  5. Keren ini ada komik sejarah bisa meningkatkan interest pembaca karena ada ilustrasi nya ya mba

    ReplyDelete
  6. Salut dengan kegigihan Teh Esti Siwi. Sejarah bangsa Indonesia harus dilestarikan, bahkan semua masyarakat mulai dari anak-anak sampai orang tua jangan sampai melupakannya. Jika sejarah ini dituangkan dalam bentuk fiksi dan disajikan dalam bentuk komik digital, semoga cara ini membuat masyarakat khususnya anak-anak makin mencintai sejarah dan bisa belajar mengenal sejarah bangsa Indonesia.

    ReplyDelete
  7. Biasanya memang anak-anak sekarang lebih mengenal ya, kadang aku tanya mereka deh kalau gak tau. Sama mba anakku juga suka baca webtoon nih.
    Seru juga baca fiksi sejarah lewat digital.
    Betul bangetkata Teh Esti kalau komik gak ikut modernisasi nanti agak membosankan untuk anak jaman sekarang, yang penting poin sejarahnya juga tetap ada

    ReplyDelete
  8. Wuih keren banget. Aku suka nih waktu kecil, tp dulu komik buku fisik. Aa dulu sering beli. Minjem dari temennya atau rental ke taman bacaan. Jadi kepengen nostalgia deh. Nyoba baca2 ah komik digital begini. 😍

    ReplyDelete
  9. Komik sejarah ini aku seneeeeengg bangeeett, mudah banget buat diingat kalau bacanya bentuk komik

    ReplyDelete