Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

Review Novel Penyap ; Saat Pedih, Luka dan Amarah Dituturkan dengan Indah

 


Sinopsis :

Bagi Leo Sebastian, hidup adalah lorong-lorong gelap berliku. Di dalamnya, ia tersaruk-saruk sendirian. Leo keliru. Di dalam kegelapan itu, ia bertemu Anasera. Gadis itu mengisi kekosongan yang selama ini menguasai Leo. 

 

Bagi Anasera, hari esok adalah sebuah dinding tebal. Ia tidak bisa melihat apa pun di balik tembok itu. Namun, berkat Leo, Anasera mulai berani mengirimkan mimpi-mimpinya ke masa depan. 

 

Sejak pertemuan mereka di rel kereta api saat itu, pelan-pelan cahaya mulai terkuak. Leo tersenyum dengan keyakinan bahwa hidup tidaklah sekosong itu dan bersama Leo, Anasera merasa hidupnya berharga. Namun, ketika mereka pikir semuanya akan baik-baik saja, sesuatu terjadi.

 

*********

Novel Penyap, adalah satu dari sekian novel online di platform Storial yang berhasil saya khatamkan dalam waktu relatif singkat (kurang lebih dua minggu) dan berhasil pula menikmatinya tanpa terdistorsi oleh mata yang kelelahan.

Ingin tahu kenapa? This review will tell you  a lot.

Novel ini berkisah tentang dua tokoh remaja dengan problemanya masing-masing. Annasera atau Anna, seorang pengidap leukemia dan Leo Sebastian, seorang pengidap mental illness akibat keluarga yang berantakan, orang tua yang pecandu narkoba dan ayah tiri yang kerap memukulnya. 

Berkali-kali Anna mengalami down saat penyakitnya kambuh, begitu pula halnya Leo yang berulang kali tergoda ingin bunuh diri saat kesulitan hidup terasa begitu menyiksanya. 

Kedua tokoh ini, lalu ditakdirkan untuk bertemu, menjadi akrab, saling menyukai, dan hubungan mereka yang kian berkembang kemudian menjadi inspirasi bagi satu sama lain. 

Di dalam novel ini juga ada Nora, kakak dari Anna yang juga mengalami tekanan psikis tak kurang beratnya, dan cerita tentangnya lebih banyak dituangkan dalam bentuk catatan hariannya.

Bagaimanakah kelanjutan hubungan Anna dan Leo? Mampukah mereka bertahan menghadapi ujian hidup di usia yang semestinya bertabur keceriaan? Lalu, bagaimana pula dengan nasib Nora?

Dari sinopsis di atas, saya yakin bayangan yang terbetik di dalam benak kalian, adalah sebuah novel yang bernuansa gelap atau suram. Bayangan kalian tidak meleset. Tetapi, percayalah, muatan yang cukup berat dan bernuansa dark itu berhasil direpresentasikan penulis dengan cara yang indah, puitis, bahkan menghanyutkan.

Berhubung saya sudah lama juga nih nggak menulis resensi, saya mencoba menguraikan satu per satu unsur intrinsik dan ekstrinsik dari novel ini ya :

Pertama, unsur tema.

Novel ini mengangkat tema psikologis terkait mental illness dan tekanan hidup yang dialami oleh remaja. Saya pernah membaca istilah untuk novel semacam ini yang disebut sicklit. Dan, cara penulis mengemas tema ini, adalah yang paling mempengaruhi representasi holistik dari novel ini.

 Sepanjang cerita, penulis dengan fokus mengupas sisi-sisi psikis yang dialami para tokohnya, latar belakang kemunculan kondisi psikis tersebut, bagaimana perlakuan dan reaksi lingkungan terhadap mereka, dan apa efek yang mereka alami dari interaksi tersebut.

Keutuhan tuturan tema ini berhasil membuat saya seolah-olah dapat merasakan juga apa yang dialami Leo, Anna dan Nora. Saya seakan dapat merasakan tekanan batin yang mereka alami, kepahitan dan luka hati yang datang silih berganti, bagaimana sesaknya perasaan tokoh-tokohnya saat tak mampu mengungkapkan keresahan mereka pada orang lain, dianggap aneh oleh lingkungan bahkan menjadi sasaran perundungan. Sungguh, untuk pengemasan tema yang soulful ini, saya tak ragu memberikan two thumbs up buat penulisnya.

Kedua, unsur setting atau latar cerita.

Untuk latar, penulis memang tidak mendeskripsikan dengan terlalu detail.  Jadi, kita tidak akan mendapat informasi yang jelas tentang negara dan kota mana yang sesungguhnya menjadi latar cerita ini. Namun, setidaknya penulis masih menginformasikan lokasi-lokasi yang menjadi latar adegan demi adegan, seperti rumah, sekolah, rel kereta, hutan, dan seterusnya.

Dari salah satu artikel di Storial yang saya baca, penulis yang baru berusia 19 tahun ini memang mengakui kalau cara menulisnya banyak dipengaruhi oleh karya-karya Harlan Coben, Stephanie Meyer dan Jennifer Niven  yang banyak menggunakan narasi daripada dialog, menggambarkan suasana dengan detail tetapi latar agak diabaikan. Buat saya, hal ini tidak terlalu mengganggu sih. Tetapi, saya yakin novel ini bakal tampil lebih maksimal jika latar cerita juga dikuatkan.

Ketiga, unsur karakter

Penggambaran karakter novel ini didominasi oleh penggambaran dengan teknik dramatik, yaitu teknik penjelasan yang digambarkan melalui aktivitas, tindakan, percakapan, pikiran sang tokoh cerita saat melalui setiap peristiwa. Dan menurut saya, ini adalah kelebihan penulis yang jarang saya temui pada novel-novel online saat ini yang lebih banyak menggunakan teknik “tell” atau teknik ekspositori (teknik penjelasan secara langsung oleh penulis).

Berikut ini beberapa contohnya :

"......aku memikirkan anak lelaki itu saat berniat memikirkan hal lain. Bayangan saat dia jatuh di trotoar membuatku meringis. Cara dia bangkit dan berjalan terpincang-pincang ke arahku terasa aneh. Saat dia menyapaku, menghunus mataku dengan tatapannya – aku merasa harus menjauh."

"Anak-anak yang berkeliaran di lorong memandangku seolah aku makhluk paling menjijikkan di dunia. Pandangan yang tidak berubah meski aku hanya diam saja dan tidak berulah."

"Aku meringis sambil berusaha duduk dan merasakan sengatan perih luar biasa dari perutku. Hal yang paling kubenci dari rasa sakit adalah aku tidak pernah terbiasa dengannya. Sesering apapun aku merasakannya, aku tidak pernah terbiasa."

 

Keempat, unsur plot dan konflik

Plot novel ini bergerak maju yang dituturkan secara bergantian dari sudut pandang kedua tokoh utamanya, diselingi sudut pandang dari buku harian Nora. Keempat unsur plot : plausability (dapat dipercaya), suspense (ketegangan yang membangkitkan rasa ingin tahu), surprise (yang mengejutkan pembaca) dan unity (keterpaduan), berhasil dijalin penulis dengan cukup rapi.

Mungkin, karena secara umum, konflik dalam novel ini memang lebih banyak berkutat pada konflik batin. Sementara konflik antar personal, hakikatnya merupakan sub konflik yang memberi pengaruh pada konflik batin tersebut. Sehingga, novel ini nyaris bebas plot hole, selain kisah Nora yang menurut saya masih memerlukan lebih banyak penjelasan.

Kelima, unsur diksi

Nah, unsur yang satu ini sengaja saya tempatkan pada poin terakhir, karena inilah poin yang membuat saya angkat topi kepada penulis, dan dalam hati spontan menggaungkan harapan, bahwa kelak akan lahir penulis-penulis muda seperti Dayuk, demikian nama panggilannya. Dayuk mampu mengolah cerita dengan diksi yang nyastra, indah, puitis, namun tetap enak dinikmati. Suatu kelebihan yang langka dimiliki penulis seusianya.

Berikut saya kutip beberapa kalimat dari novel ini :

"Aku tidak bisa mengendalikan kapan aku bisa merasa kosong dan terisi. Aku hanya menahannya. Jika aku merasa tidak sanggup menahan, kubiarkan kekosongan itu mengisi diriku seperti gelas berisi air yang isinya dituangkan ke lautan."

"Langit menyemburkan warna merah muda yang berpadu dengan jingga, matahari sudah tidak lagi berbentuk bundar di ujung cakrawala. Namun, aku menyemburkan kobaran api dari setiap pori tubuhku."

"Tidak ada hari yang melebihi hari ini. Seolah jam, menit, dan detik di hari ini berbeda dari hari-hari sebelumnya. Waktu mengembang dan mengempis seperti paru-paruku, tetapi aku tak pernah takut akan ada yang meledak."

 

Dari beberapa kutipan yang disertakan Dayuk dalam novel ini, terlihat sekali bahwa Dayuk banyak melahap novel dan sastra klasik. Ada kutipan dari Mathew Barrie, Virginia Woolf, Ernest Hemingway hingga Andrea Hirata. Dan saya berharap, ini dapat menjadi inspirasi bagi penulis-penulis lain, bahwa dalam memproduksi diksi yang indah, berbobot dan unik, harus ditunjang dengan bacaan-bacaan yang berkualitas dan kuantitas membaca yang cukup banyak.

Mungkin, bagi kalian yang sebelum ini cukup sering membaca resensi-resensi saya, sudah menunggu-nunggu, kira-kira apa ya kekurangan dan kritik saya untuk novel ini?

Memang, saat kita menyimak beberapa dialog antar tokohnya, terkesan terlalu dewasa dan kurang cocok diucapkan oleh para remaja. Namun, uniknya pula, justru dialog-dialog puitis itulah yang mendukung penonjolan aura gelap dari novel ini dan membuat pembaca dapat menikmatinya secara utuh. Nuansa ini, saya yakin akan memudar kesolidannya andai penulis menggunakan bahasa gaul dalam dialog-dialognya.

Dan, menurut saya sih, sebagai sebuah cerita tentang anak manusia yang berTuhan, tentu saja,  tidak ada salahnya juga “melibatkan” Sang Maha Pemilik Hidup di dalam jalinan cerita tersebut. Tentang bagaimana hubungan tokoh-tokohnya dengan Sang Pencipta, apa yang mereka lakukan dalam kaitannya dengan Tuhan saat berhadapan dengan problema hidup, apakah mereka akan menyalahkan Tuhan atau berserah kepadaNya, dan seterusnya. Karena sebuah cerita dengan latar konflik psikis, akan terkesan menonjolkan keegoan dan keangkuhan manusia semata jika dalam setiap pilihan jalan hidup tokohnya hanya mengandalkan pada apa yang ada dalam dirinya dan pengaruh orang lain atas dirinya.

Terakhir, saya berharap ke depannya nanti, Dayuk juga akan menggunakan potensinya yang sangat menjanjikan ini untuk mengeksplor penulisan novel-novel remaja dalam tema yang lebih segar, mengandung muatan inspirasi dan semangat hidup yang menginspirasi sesama remaja. I am absolutely sure,  Dayuk can hit a good smash on it.

Kalian udah penasaran sama novel Penyap? Silakan langsung aja klik web Storial di : https://www.storial.co/ untuk membaca kisah lengkapnya. Bagi yang ingin tahu apa artinya Penyap, menurut PUEBI, Penyap memiliki sinonim dengan kata lenyap atau hilang. Nah, kalian akan mengetahui makna tersebut setelah menamatkan novel ini. Satu tagline saya untuk novel yang brilian ini : Sebuah kisah tentang luka, pedih, pahit, nestapa dan amarah yang dituturkan dengan indah. 

Oh ya, novel ini juga merupakan pemenang pertama kompetisi BNNS di Storial tahun 2018. Nah, bagi kalian yang ingin menikmati novel-novel dari kompetisi BNNS ini, silakan klik aja di sini ya : https://www.storial.co/bnns

 

Judul               : Penyap

Penulis            : Sayyidatul Imamah

Penerbit         : Storial.co

Tahun             : 2018

 

#ReviewNovelStorial #GenerasiBacaOnline

21 comments

  1. Detail sekali ulasan resensinya Bun. Aku jadi belajar banyak.

    ReplyDelete
  2. Whuaaa, bener2 kritikannya ada yaa, untuk sebuah novel aku ga begitu paham, tapi baca ini sedkitnya jadi nambah wawasan.
    Buatku baca novel, terbawa suasana, paham ceritanya aplagi endingnya happy udah bahagiaa.

    ReplyDelete
  3. Penyap, aku kok kaya membaca kata senyap, hehe. Aku penggemar novel, novel apa saja.
    Ulasannya keren kak, bagus, bikin penasaran mau baca novel ini, makasih ya

    ReplyDelete
  4. Nambah ilmu dan wawasan nih. Ga pernah buka KBBI soalnya hehee...

    Eh kalau baca di Storial gitu, bayar gak sih? Apakah kita harus bikin akun di sana?

    ReplyDelete
  5. Saya penasaran apa itu Penyap, dan terjawab di akhir tulisan ini. Terima kasih review-nya mba, ada bayangan tentang novel ini, mudah2an nanti sempat baca juga..

    ReplyDelete
  6. bahasanya dalam sekali ya mba, sepertinya akan banyak perasaan yang terwakili dalam novel tersebut.

    ReplyDelete
  7. Hwoo ini novel yg sangat bisa dinikmati jelang akhir tahun niih
    ada bacaan berkualitas untuk kita semua.
    makasiii rekomendasinya ya

    ReplyDelete
  8. Menarik bangeett. udah dari tahun 2018 tapi aku baru ngeh novelnya ini. mau coba cari ah buat bacaan awal tahun.

    ReplyDelete
  9. wow kereeen mbak...aku jadi belajar unsur2 dari novel. Dari dulu suka banget baca novel, pengen nulis tapi belum ada keberanian...jadi pengen baca novel yang berjudul Pengap ini...terimakasih sharingnya mbak.

    ReplyDelete
  10. Ok mpo jadi tambah bahasa sinonim kata Penyap artinya lenyap. Kalau betawi kenalnya anyep makna tidak terasa apa-apa

    ReplyDelete
  11. penyap, kayanya aku baru tau dan baru denger kata kata ini nih hihihi, jadi inget ih udah lama banget kayanya nggak baca buku hihihi

    ReplyDelete
  12. Judulnya unik banget Penyap, pastinya banyak yang belum tahu makna katanya. Review annya keren ka bikin aku penasaran tapi aku suka penasaran kalau baca novel suka habis waktu buat baca jadinya karena harus selesai dalam sehari dua hari...huhu...Akibatnya jadi jarang baca novel deh sekarang...

    ReplyDelete
  13. Ketika luka, pedih, pahit, nestapa dan amarah tertulis dengan baik di sebuah karya bacaan, ini adalah salah satu pilihan bacaan

    ReplyDelete
  14. Suka banget reviewnya detail sekali mba dan aku juga suka banget nih temanya tentang mental illness bgeini jadi penasaran pengen juga baca nih

    ReplyDelete
  15. owalah penyap itu ya sama dengan lenyap.
    cuplikan kalimat di novel ini puitis banget dan kaya diksi. Aku suka penggambaran cerita seperti ini.

    ReplyDelete
  16. Baru tahu arti penyap. Jd ini ada di KBBI ya hehe
    Ini kyknya agak berat ya mbak tema novelnya, soalnya ttg kesehatan mental gtu. Mest dibaca pelan2 gak bisa cepet2 :D

    ReplyDelete
  17. Baru kali ini saya baca resensi dengan membedah segala macamnya. Kereen mbaak, jadi banyak belajar bagaimana membuat buku dan memasukkan unsur-unsur untuk mendukung kekuatan cerita.

    Oya, judulnya memang Penyap ya, saya kira tadi Senyap yang salah tulis, hehe

    ReplyDelete
  18. Au selalu kagum sama karakter yang dihidupkan melalui cerita.
    Memang aga aneh yaa...ketika masa remaja sudah bisa berbicara dengan sangat bijaksana.
    Apakah mungkin diceritakan ia suka membaca, kak?

    **jadi inget sama Rangga AADC

    ReplyDelete
  19. Keren juga ya Dayuk yang memiliki diksi yang amat kaya. Bacaan yang dilahap memang mempengaruhi banget ya mba. Aku beberapa kali membaca novel fiksi yang diangkat dari platform menulis digital gitu, masih belum menemukan yang seperti ini.

    ReplyDelete
  20. Novelnya hits nih di Storial. Aku pernah baca novel penulis ini tapi yang menang kemarin. Memang diksinya kaya dan ceritanya bikin mikir.

    ReplyDelete
  21. Judul dan covernya bagus, aku jadi terngiang sama judulnya. Baca reviewnya bikin pengen baca

    ReplyDelete