Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

Pengelolaan Waktu di Masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

 


Saat ini, sebagian besar anak-anak kita yang duduk di bangku sekolah dari tingkat PAUD hingga universitas masih melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh atau biasa disingkat PJJ. Hal ini tentu membutuhkan perhatian khusus dari orang tua, karena harus mengalokasikan waktu khusus untuk mendampingi anak-anak. Terutama bagi anak-anak yang belum bisa mengoperasikan atau menggunakan gawai untuk belajar secara daring.

 

Tentunya tak mudah, baik bagi orang tua yang bekerja di rumah maupun di luar rumah untuk bisa menyiasati waktu. Ditambah lagi rutinitas keseharian. Juga fakta bahwa banyaknya sektor terdampak, terutama ekonomi sehingga para orang tua banyak pula yang mengalami penurunan penghasilan. Sehingga harus ekstra menambah usaha untuk menutupi kebutuhan harian.

 

Kenyataan ini memang tak mudah. Dengan latar belakang orang tua dan gaya pembelajaran anak-anak yang beragam, membuat tugas-tugas yang diberikan pihak sekolah tak serta-merta mampu dilakukan secara sempurna. Untuk itu, dibutuhkan sejumlah cara untuk menyiasati hal ini agar anak-anak tetap bisa melaksanakan PJJ dengan baik dan orang tua tetap bisa melakukan semua aktivitas rutinnya. Berikut sejumlah tipsnya :

 

1.    Buat kesepakatan dengan anak

Anak-anak yang berada pada tingkatan pendidikan yang berbeda tentu memiliki pemahaman yang berbeda-beda. Walaupun secara umum, mereka paham bahwa mereka bersekolah di rumah, namun ada saja anak yang menganggap PJJ merupakan libur panjang dan mereka bebas melakukan aktivitas sesuka hati.

Disinilah pentingnya untuk membuat kesepakatan dengan anak. Dengan menyesuaikan dengan tahapan pendidikan mereka. Terutama bagi anak yang masih harus didampingi. Hal ini terutama berkaitan dengan pengalokasian waktu kapan mereka mengerjakan tugas, belajar dan melakukan aktivitas lainnya.

Kita bisa membuat daftar rutinitas mereka secara garis besar. Dan menandatanganinya jika perlu. Jelaskan hal ini pada anak-anak yang lebih kecil tentang pentingnya melaksanakan kesepakatan ini agar mereka dan kita tak keteteran dengan tugas dan materi yang bertumpuk-tumpuk nantinya.

 


2.    Atur waktu dengan baik

Pengalokasian waktu dan perhatian sangat penting. Apalagi bagi anak-anak yang berada di tingkat sekolah yang lebih rendah, misalnya sekolah dasar. Tanpa kita sadari, pendampingan ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Untuk satu anak saja bisa satu hingga dua jam per anak. Apalagi bagi orang tua yang memiliki lebih dari satu anak. Ditambah lagi misalnya bagi orang tua yang masih memiliki anak di usia batita sehingga fokus perhatian bagi tiap anak menjadi hal yang sangat penting.

Dalam situasi ini, dibutuhkan pengaturan waktu yang sangat penting. Orang tua bisa membagi waktu untuk melakukan pekerjaan rutinnya, waktu untuk anak (sesuai kesepakatan dengan anak), dan waktu bersantai bersama keluarga sesuai dengan kecepatan pengerjaan masing-masing pekerjaan tersebut.

Misalnya pengaturan waktu bagi seorang ibu yang bekerja di rumah tanpa Asisten Rumah Tangga :

04.45              Bangun pagi

04.45-05.30   Ibadah, mandi

05.30-07.30   Aktivitas rumah tangga (masak, mencuci pakaian, mencuci piring)

07.30-08.30   Sarapan pagi dan mencuci piring

08.30-09.30   Mendampingi anak belajar

09.30-12.00   Pekerjaan kantor

12.00-13.00   Ishoma

13.00-15.00   Pekerjaan kantor

15.00-16.00   Istirahat dan ibadah

16.00-17.00   Mandi sore dan aktivitas santai

17.00-18.00   Mendampingi anak belajar

18.00-19.00   Ibadah

19.00-19.30   Makan malam

19.30-20.30   Mendampingi anak belajar

20.30-21.30   Quality Time bersama keluarga

21.30-04.45   Tidur

 

Pengaturan waktu ini tentu saja fleksibel sesuai dengan kebutuhan penyelesaian pekerjaan per item pekerjaan. Tentu saja menaati daftar pekerjaan ini menjadi salah satu kunci agar semua pekerjaan kita tak menjadi keteteran.

 

3.    Laksanakan tugas di jam yang sama

Setelah kesepakatan dan pengaturan pekerjaan kita lakukan, tentunya adalah memastikan anak memahami jam berapa mereka harus mengerjakan tugas belajar mereka. Sementara di jam-jam di luar pekerjaan tugas belajar, anak bisa bermain, membantu orang tua, membaca, atau kegiatan lain.

Kita juga bisa membuat daftar kegiatan harian mereka selama PJJ. Tentunya dengan menyesuaikan dengan usia dan kesepakatan yang kita buat dengan masing-masing anak.

Selain melaksanakan tugas, ulangan harian, ulangan lainnya, tugas berbatas waktu, setoran hapalan dan lain sebagainya, anak-anak juga diberi tugas mengerjakan ketrampilan tangan. Bisa jadi pula tugas-tugas berkaitan dengan peringatan hari-hari besar. Seperti Peringatan Kemerdekaan negara, Peringatan Isra Mikraj, Maulid Nabi, Tahun Baru dan masih banyak lagi. Tugas ini adakalanya membutuhkan alokasi waktu yang lebih lama. Untuk tugas semacam ini, biasanya pihak sekolah juga memberikan waktu yang cukup panjang. Berbeda dengan tugas harian yang biasanya dikumpulkan pada hari yang sama.

Khusus untuk tugas-tugas tambahan seperti ini, kita bisa mendampingi anak-anak kita di akhir minggu. Sehingga kegiatan rutin harian menjadi tidak terganggu.

 


4.    Pelajari cara belajar anak

Tiap anak memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Secara umum, kita mengenal gaya belajar auditory, visual dan kinestetik. Hal lain yang harus kita pahami adalah dominasi penggunaan belahan otak. Ada anak yang cenderung menggunakan otak kiri, otak kanan dan juga otak tengah.

Kita tidak bisa menggunakan gaya belajar yang sama untuk semua anak. Dan sebagai orang tua, kita pulalah yang paling memahami cara belajar dan dominasi cara berpikir ini. Hal ini penting agar proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan untuk dilakukan. Dan tidak menjadi beban bagi anak maupun orang tua. Setelah memahami cara belajar dan kecenderungan belahan otak yang dominan, kita bisa berdiskusi dengan anak-anak kita tentang cara belajar yang membuat mereka nyaman.

Hal ini juga kita lakukan agar proses pembelajaran menjadi efektif, fokus dan bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Yakni anak memahami materi pelajaran yang diberikan. Dan menikmati proses belajar meskipun mereka masih melaksanakan proses PJJ.

 


5.    Buat target harian

Untuk mempermudah dalam melihat target harian tugas pembelajaran anak-anak, kita bisa membuat daftar tugas harian. Termasuk jenis tugas yang diberikan, dan catatan lainnya. Biasanya Ibu/Bapak guru akan memberikan tugas di pagi hari sehingga kita bisa mencatat tugas-tugas ini segera setelah diberikan.

Daftar tugas ini akan membantu kita melihat tingkat kesulitan sekaligus memprediksi alokasi waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakannya. Bisa jadi ada tugas atau pembelajaran yang membutuhkan waktu yang singkat. Atau justru sebaliknya. Hal ini juga akan menghindarkan kita dari keriwehan karena tugas anak yang bertumpuk-tumpuk.

Daftar tugas bisa menjadi semacam mapping dalam proses belajar dan membuat kita fokus untuk mendampingi anak dalam proses belajarnya.

 


6.    Fokus dan konsentrasi sesuai usia anak

Saat mengerjakan tugas, sesuai kesepakatan dengan anak, mintalah mereka untuk fokus. Fokus ini tentunya bisa disesuaikan dengan usia anak. Semakin tinggi usia anak, semakin lama waktu anak untuk bisa fokus. Bagi anak yang lebih kecil, kita bisa mengambil fokus sebentar-sebentar, misalnya 30 menit, berhenti 10 menit, lalu 20 menit lagi untuk satu sesi dengan total waktu 1 jam atau 60 menit.

Saat mengerjakan tugas, jika bisa, hindarkan gangguan seperti televisi yang menyala hingga gangguan saudara kandung. Jika bisa pula, sediakan tempat khusus agar ketika anak berada di tempat ini, secara otomatis ia memahami bahwa ini adalah waktunya berkonsentrasi untuk mengerjakan tugasnya.

Usahakan pula agar anak telah melakukan aktivitas rutinnya seperti mandi dan makan. Usahakan pula perlengkapan belajar telah disiapkan pada tempatnya, untuk mengurangi gangguan ketika mengerjakan. Misalnya pada saat membutuhkan penggaris, ternyata penggaris tersebut hilang. Tentunya akan menggangu konsentrasi anak. 


 

 

Tentunya kita berharap kondisi pandemi ini akan segera berlalu dan anak-anak bisa kembali bersekolah seperti biasa. Namun selama PJJ ini, agar proses pembelajaran tetap bisa terlaksana dengan baik, kita membutuhkan strategi agar aktivitas rutin kita tetap terkendali, tidak keteteran. Apalagi menghadirkan tekanan hingga beban pikiran akibat tambahan tanggung jawab untuk memastikan anak-anak tetap mampu mengikuti proses belajar mengajar. Walaupun tentunya tanpa tatap muka langsung dengan gurunya.

 

Selain itu, meski pun kita tak memiliki latar belakang sebagai seorang pengajar, kita bisa menjadikan hal tersebut sebagai sebuah tantangan dan sarana pembelajaran bagi diri kita sendiri. Alih-alih tentunya menganggap hal tersebut sebagai suatu beban. Sehingga anak-anak bisa semakin dekat dengan kita dan membuat kita makin memahami anak-anak kita.

 

Selamat menikmati PJJ bersama anak-anak tercinta kita.

 

Sumber gambar :

freepik.com

sehatq.com

edukasi.kompas.com

id.theasianparent.com

forbes.com

 

 

 

 

 

 

 

No comments