Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

Resensi Novel Besali ; Cinta Yang Bertahan di Segala Musim

Entah berapa musim sudah, saya belum lagi membaca karya terbaru sahabat saya, Shabrina WS. Dan, ketika Besali muncul, menghiasi sosial media dengan promo-promonya, dalam hati saya berkata, musim ini tak ingin saya lewatkan lagi tanpa membaca karya Shabrina.

Besali, berkisah tentang Lohita Sasi yang ditinggal wafat ayahnya. Ibunya telah lebih dulu berpulang. Sang ayah begitu mencintainya. Mewariskan Lohita begitu banyak pesan berharga, dan amanah untuk terus menjaga Besali, tempat kerja milik ayahnya yang selama ini digunakan untuk menempa besi-besi. Didalam suratnya, sang ayah juga menyebut nama Sapta, lelaki yang telah banyak mewarisi keahlian pandai besi sang ayah dan cukup lama bekerja di Besali.

Namun, ada ganjalan di hati Lohita tentang Sapta. Dan seiring gulir waktu, Lohita bersahabat dengan Rey, pria yang pintar berpuisi dan kerap berkunjung ke toko buku tempat Lohita bekerja. Semakin mengenal Rey, Lohita merasakan sesuatu yang tak biasa dihatinya. Yang membuatnya selalu antusias dengan puisi-puisi Rey dan menyimpan harapan tentang Rey.

Sementara itu, Sapta kembali bekerja di Besali setelah tutup untuk beberapa waktu. Hubungannya dengan Lohita masih saja renggang, dan Lohita-lah yang selalu menjaga jarak.

Apa sih yang sebenarnya membuat Lohita terus berusaha menjauhi Sapta? Dan bagaimana pula perkembangan hubungannya dengan Rey?

Cinta segitiga memang tema yang tak pernah usang. Didalam Besali, tema ini hadir dalam nuansa yang lembut, sederhana, humanis dan sarat pesan. Shabrina kembali menunjukkan ciri khasnya di novel ini dengan selipan quote-quote cantiknya yang tidak sekadar puitis tetapi juga bermakna dalam, dan nilai Islami yang membaur halus lewat pesan-pesan sang ayah dan prinsip tokoh-tokohnya dalam bergaul.

Saya merasakan perkembangan tulisan Shabrina yang semakin rapi, efektif dan realistis didalam novel ini. Ya. Kecenderungan Shabrina untuk mengulang-ulang  kalimat didalam novel-novel sebelumnya, tak lagi saya temukan di Besali. Dialog-dialognya pun lebih membumi. Memang, pada sepertiga lembar akhir terdapat beberapa kali kata yang salah letak. Tetapi, tidak sampai mengurangi kenikmatan membaca.

Belakangan, saya mulai belajar “merasakan” hal yang tersirat saat membaca sebuah novel. Saya pernah membaca novel yang didalamnya tersirat aura kegelisahan, sesuatu yang mencekam, ketidaknyamanan, letupan emosi, dan sebagainya.

Namun, untuk Besali, yang saya rasakan adalah ketenangan, kedamaian, dan proses kontemplasi yang hasilnya mudah dicerna tanpa menghilangkan rasa estetikanya. Dan ketika menulis ini, saya memilih untuk tidak membaca dulu resensi dan komentar teman-teman untuk buku ini. Saya ingin menulisnya dengan jujur sesuai apa yang saya tangkap dan rasakan.

Barangkali untuk sampulnya saja, saya lebih suka jika warnanya sedikit lebih tajam, terlihat kekontrasan antara nyala api dan benda-benda disekelilingnya sehingga kesannya lebih dramatis. Ya. Bagi yang belum pernah melihat langsung buku ini, warna cover aslinya lebih pudar dibandingkan yang ada di header tulisan ini.

Saya berharap Shabrina terus konsisten berkarya dengan ciri khasnya, yang menurut saya jarang dimiliki banyak penulis novel saat ini. Buat saya, bukan hal mudah menghadirkan sesuatu yang sarat makna dengan cara yang indah dan sederhana. Tetapi, di tangan Shabrina, hal ini seolah semudah dia mengucapkan kata-kata saja. 

Mungkin, bagi yang jeli akan protes, bagian mana dari resensi ini yang relevan dengan judul yang saya tulis diatas? Memang tidak ada, hehe. Kalian baru akan mengetahuinya saat sudah membaca novel ini sampai selesai.

Sungguh, saya bingung mau mengutip quote mana dari novel ini. Semua sama indahnya. Saya pilih random saja satu quote dari lembar-lembar terakhir :

Jangan melukai hatimu sendiri, dengan menyimpan bayang-bayang orang yang memilih pergi.
Selamat berkarya dan semoga sukses selalu ya Shabrina.

Judul : Besali
Penulis : Shabrina WS
Penerbit : Laksana
Tahun : 2019
Tebal : 292 hal

2 comments

  1. Covernya agak muram dan kurang cantik kalau menurut saya. Heu. Tapi mungkin itu menggambarkan isinya, ya, mbak.

    ReplyDelete