Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

[RE-POST] Curhat Di Sosial Media, Why Not?

Hadirnya sarana sosialisasi dan eksistensi diri melalui media sosial (medsos) internet seperti facebook dan twitter, telah membawa perubahan dan berbagai dampak bagi kehidupan manusia modern saat ini. Salah satunya adalah semakin kaburnya batas antara ranah privasi dengan publik.

Dahulu, remaja seperti sobat Nida biasanya menuangkan curahan hati mereka dalam buku harian, dan sungkan menceritakan urusan pribadi mereka kecuali hanya kepada orang-orang terdekat. Tapi sekarang? Lihatlah, begitu mudahnya seseorang membeberkan hal-hal pribadi di media sosial.

Di sekolah terlibat perselisihan dengan teman, kesal karena batal nonton konser, sebal sama orang tua, dan lain sebagainya, semuanya diumbar tanpa sungkan di media sosial (medsos).

Tak heran, jika kemudian muncul anjuran bagi para pengguna medsos untuk tidak lagi seenaknya curhat masalah pribadi di medsos. Selain memenuhi beranda medsos dengan status-status "nggak penting" yang bernuansa negatif dan pesimis, juga bisa jadi bumerang buat sang pemilik status, mulai dari membuka aib sendiri hingga jadi sasaran bully pengguna medsos yang lain.

Padahal, tidak semua curhat itu terlarang kok. Ada jenis curhat yang justru bisa memberimanfaat. Apa itu?

1.Curhat yang dikemas dalam bahasa yang baik, tidak diselipi kosakata kasar apalagi jorok, tidak menyudutkan pihak tertentu dan juga tidak mengekspos secara detil akan kelemahan atau kesalahan diri sendiri, serta dibarengi dengan kesadaran atau introspeksi.

2.Curhatnya pengguna medsos di dalam lingkungan pertemanan yang di dalamnya terdapat orang-orang yang peka terhadap situasi dan bisa �mengolahnya� menjadi nasehat yang baik.

Yup, ilustrasinya begini. Kebetulan, sesuai dengan passion saya saat ini, yaitu menulis, maka lingkungan pertemanan saya di medsos pun didominasi oleh para penulis.

Nah, mungkin sobat Nida udah tahu, kalau penulis itu termasuk makhluk Tuhan paling peka terhadap issu dan berbagai peristiwa yang dapat mereka jadikan sumber ide, termasuk ide untuk �diolah� menjadi kalimat nasehat di status medsosnya.

Jadi, misalkan hari ini si A mengeluh tentang kondisi kesehatannya, beberapa jam kemudian, akan muncul status B yang menasehati tentang pentingnya menjaga kesehatan. Giliran si C mengeluh tentang keputusasaan, tak lama setelah itu, muncul pula status D yang mengeluarkan dalil tentang larangan putus asa dan futur nikmat.

Berhubung status berisi nasehat tersebut bersifat umum dan dapat diakses oleh publik, maka nasehat tersebut pun dapat memberi manfaat dan pencerahan bagi semua yang membacanya tak terkecuali si pemilik curhat yang udah "menginspirasi" kemunculan nasehat tersebut.

Nah, jadi tak selamanya curhat itu sia-sia, bukan? At least, curhat kita udah menginspirasi orang lain untuk menulis nasehat yang bermanfaat bagi orang banyak termasuk buat diri kita sendiri. Biasanya sih, firasat kita akan langsung menyalakan sinyal jika kebetulan membaca status orang lain yang "terinspirasi" dari curahan hati kita sebelumnya. Kalau mood kita lagi buruk, mungkin, nasehat itu akan terasa seperti sindiran, tetapi,saat kita menenangkan sendiri sejenak, boleh jadi, kita akan merasa sedikit lega karena nasehat tersebut ternyata emang cocok dengan masalah yang lagi kita hadapi.

Bahkan kalau kita amati, tulisan-tulisan dari para dai dan motivator yang bertebaran di medsos pun, tak jarang berisi cerminan respon mereka terhadap situasi-situasi yang berkembang dewasa ini. Diantaranya, barangkali mereka temukan lewat status-status di medsos yang berisi curhat dan keluh kesah.

Di saat ramai orang mengeluh tentang kenaikan harga barang dan sulitnya mengatur keuangan misalnya, maka dalam rentang waktu tak terlalu lama, percaya deh,akan kita temui tulisan inspiratif yang berisi nasehat tentang pentingnya memelihara rasa syukur agar hidup pun tak terasa sesempit yang kita kira.

Yang tak kalah "hebat" adalah mereka yang berkeluh kesah, tetapi mampu untuk menyelipkan nasehat di dalam status curhatnya itu. Misalnya begini nih: "Hari ini saya gagal lagi. Tak mengapalah, mungkin, saya belum melakukan yang terbaik. Tapi, saya yakin rejeki tak akan tertukar. Allah akan memberi sesuatu pada kita pada saat yang tepat. Bukan pada apa yang kita inginkan tapi pada apa yang kita butuhkan."

Tetapi, dalam menuliskan curahan hati di medsos, sobat Nida tentunya harus tetap mencermati rambu-rambunya. Di antaranya, curhat jangan sampai mengupas aib diri dan orang lain, tidak mengandung kata-kata kasar, menghina atau menyindir, juga tidak menulis curhat yang dapat mengundang ghibah dan fitnah.

Lebih baik lagi, jika curahan hati tersebut juga diikuti kalimat yang mencerminkan hasil kontemplasi dan muhasabah diri. Jadi, sambil curhat, sekaligus bisa memberi pencerahan. Hati jadi plong, orang lain pun bisa memetik hikmahnya.

So, selamat curhat ya, tapi bukan curhat yang asal curhat, melainkan curhat yang bisa memberi manfaat, atau setidaknya, curhat yang menginspirasi orang lain untuk memberi nasehat yang bermanfaat. Siapa tahu saja, pahala yang menasehati, ada percikannya juga buat si pemilik curhat 'kan? Wallahu'alam.

Foto ilustrasi: google

1 comment