Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

RESENSI BUKU : KEEP SMILING FOR MOM : BETAPA BAHAGIANYA MENJADI IBU



Pernah dengar istilah mom wars? Buat kalian yang udah ibu-ibu, dan rajin mantengin social media, kayanya nggak asing lagi deh dengan istilah yang satu ini. Ini kira-kira bisa didefinisikan dengan saling sindir, baik dalam bentuk status maupun komentar antara ibu rumah tangga dengan ibu karir.

Berhubung saya bukan ahlinya untuk mengomentari fenomena yang hilang-hilang timbul ini, lebih baik saya kembali saja memainkan salah satu “pementasan” utama saya di blog ini, yaitu meresensi. 


Ya. Blog ini pun hakikatnya (kadang-kadang) menjadi arena pementasan juga buat saya. Jika pingin tahu saya yang asli, ya harus kopdar dulu dengan saya, hehe.

Jadi kalo belakangan sering melihat saya meresensi, bukan berarti saya udah jago meresensi, tapi karena saya emang seneng baca buku dan ingin membagi apa yang saya peroleh atau rasakan dari buku itu kepada orang lain.

Kalo belakangan sering lihat saya memposting resep, itu bukan berarti saya jago masak, karena sesungguhnya saya ini baru belajar masak, dan ngerasa hepi aja ketika apa yang saya pelajari itu bisa saya bagi ke orang lain. Kalo saya udah profesional dalam kedua bidang ini mah, mungkin udah saya jadiin ladang duit kali, meresensi untuk dikirim ke media misalnya, or bikin buku resep masakan buat diterbitkan.

Kembali ke topik, buku yang kali ini bakal saya resensi, sepertinya cukup pas dengan fenomena mom wars. Berhubung terbitnya udah cukup lama (tahun 2009), jadi sampul buku ini pun masih mengusung trend sampul non fiksi kala itu, yaitu memajang gambar atau foto, terkadang juga langsung foto penulisnya sendiri. Kertas bagian dalamnya juga masih yang seperti kertas HVS, bukan yang tipis buram seperti sekarang.

Sang penulis membuka buku ini dengan curhat a.k.a pengakuan seorang wanita tentang perselingkuhannya dengan rekan kerjanya, padahal dia dan rekan kerjanya itu sama-sama sudah berkeluarga. Saya jadi sedikit heran dengan cerita pembuka ini. Sebenarnya, buku ini fokusnya tentang kapasitas wanita sebagai ibu atau istri ya?

Saya putusin untuk melanjutkan membaca. Bab 1 buku ini berjudul Bahagianya Menjadi Muslimah. Awalnya saya mengira, di sini penulis akan menjabarkan kebahagiaan apa saja yang disandang seorang wanita muslimah. Tetapi isinya justru lebih menyoroti apa yang dilakukan para musuh Islam dalam menghancurkan Islam dengan cara memanfaatkan kaum wanita. Oke deh, meski kurang pas dengan judulnya, setidaknya muatan awal ini bisa jadi alarm buat para wanita muslimah untuk berhati-hati dengan strategi-strategi itu, diantaranya menarik wanita muslimah untuk berani memamerkan aurat dan kecantikan, juga tindakan para wanita yang berkedok Islam tetapi justru menyebarkan keraguan terhadap agama Islam bahkan didukung pula oleh banyak kalangan.

Pada bab 2 yang berjudul Apa Kata Mereka tentang Wanita, penulis mengupas kehidupan wanita dalam berbagai jaman dan golongan, diantaranya wanita dalam kehidupan Barat, wanita jaman jahiliyah, wanita pada masa peradaban Yunani, Romawi, Persia, wanita di mata feminisme dan tentu saja, wanita setelah datangnya Islam. Tanpa perlu memerinci satu demi satu, saya hanya ingin menampilkan konklusi dari bab ini, bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang meletakkan wanita pada derajat tertinggi, menjunjung tinggi hak dan kewajiban wanita juga memberi kemuliaan tak terhingga pada kaum wanita.

Peran dan fungsi seorang ibu dikupas penulis pada bab berikutnya, yaitu Ibu sebagai madrasah, sebagai manajer rumah tangga, sebagai sumber kasih sayang, energi, motivasi dan inspirasi. Sementara kemuliaan seorang ibu mendapat giliran untuk dibahas pada bab berikutnya.

Pada bab 5, kita akan diajak menelusuri kisah wanita-wanita yang termaktub di dalam Al-Quran, diantaranya kisah Siti Hawa, Ummu Musa (ibu nabi Musa a.s), istri nabi Nuh, Maryam Al-Batul, dan lain-lain. Dari kisah-kisah ini, pembaca dapat menarik hikmah dan pelajaran berharga dari para wanita ini.

Lika-liku Menjadi Ibu yang menjadi bahasan bab berikutnya, akan memaparkan masalah-masalah yang kerap dihadapi para ibu, seperti stres, suami kehilangan pekerjaan, suami puber, masalah dengan anak, tetangga juga lingkungan, dan tips-tips untuk mengatasinya, yaitu dengan tetap bersikap tenang, jangan emosi, jangan tergesa-gesa dan tetap mengembalikan semua persoalan kepada Allah.

Bab 7 yang berjudul Ketika Ibu harus menentukan dua pilihan yang sulit (panjang amat judulnya yak :D), sepertinya menjadi bahasan yang pas untuk menjawab dilema para ibu karir dan ibu rumah tangga saat harus memilih. Di sini, penulis akan memaparkan pertimbangan apa yang layak diambil seorang ibu saat memilih karir atau rumah tangga, bagaimana menjalaninya dan keutamaan apa saja yang akan diperoleh dari kedua pilihan tersebut. Disebutkan penulis, bahwa untuk bisa memaksimalkan potensi, seorang ibu harus kuat fisik, kuat jiwa dan juga kuat ilmu.

Bagi yang terkadang mengeluh akan betapa beratnya menjadi ibu (termasuk saya, kadang-kadang juga pernah terlontar keluhan ini, hiks), sepertinya wajib baca bab 8 yang berjudul The 7 Ways to be Happy Mom. Ada 7 cara menjadi ibu bahagia dalam pandangan penulis, yaitu Be Positive, Be Thankful, Be Solver Problem, Be Dynamist, Be Planner, Be Learner dan Be Tawakal.

Bab 9 pula menampilkan kisah para ibu hebat dalam sejarah Islam, diantaranya kisah ketangguhan Fatimah, kekuatan empati Khadijah, kecerdasan Siti Hajar, dan kedermawanan Zainab. Kisah ibu di tanah air yang sukses membangun keluarga turut ditampilkan pada bab berikutnya, diantaranya Dian Syarif yang tetap bahagia meski mengidap penyakit Lupus, kisah Wirianingsih, ibu dari sepuluh penghapal Al-Quran, juga kisah dua mantan artis Astri Ivo dan Anneke Putri saat telah menjadi ibu.

Buku ini pun ditutup dengan rangkaian kalimat yang diucapkan Rasulullah saat menghibur Fatimah saat putri kesayangan beliau itu mengeluh tentang beban yang dihadapinya dalam rumah tangga.

Dari segi muatan, menurut saya, buku ini sudah terbilang cukup lengkap dan mampu menjawab berbagai persoalan yang jamak dihadapi oleh kaum ibu. Hanya mungkin, dalam bahasa dan penyajiannya, masih terasa “sedikit” pemula. (apa ya istilah yang tepat? Greget inspirasinya masih terkesan datar gitu deh :D)

Kesimpulannya, bahwa meski berbagai problem dan masalah harus dihadapi seorang ibu, apakah dia seorang ibu karir atau ibu rumah tangga, selalu ada cara untuk mengatasinya, dan betapa banyak kemuliaan yang bakal tercurah pada seorang ibu, tentunya ibu yang terus belajar dan berupaya menjadi hamba Allah yang lebih baik dari hari ke hari. 

So, saudara-saudaraku, daripada mengeluh manyun sambil berkata “Betapa Beratnya Menjadi Ibu,” mari katakan ini dengan penuh rasa syukur “Betapa Bahagianya Menjadi Ibu”.

 Judul                          :            Keep Smiling For Mom

Penulis                        :            Azti Arlina
Penerbit                      :            Mizania
Tebal                          :            241 hal
Jenis                           :            Non Fiksi
Terbit                          :            Agustus 2009
ISBN                          :            9786028236454






No comments