Melanjutkan catatan tempo
hari, kali ini tips yang diberikan oleh juri lainnya (Anang Hermansyah – red)
sedikit berbeda dari komentar yang udah kita obrolin pada bagian lalu. Jika
Ahmad Dhani menyarankan para kontestan untuk mempertahankan karakter yang
dimiliki, maka mas Anang justru menyarankan agar seorang penyanyi harus “fleksibel”,
serba bisa, bisa menyanyikan lagu apa aja, karena ketika manggung, seorang
penyanyi harus bisa mengakomodir apapun request penontonnya, minta ngedangdut,
ya nyanyi dangdut, minta ngepop, ya nyanyi lagu pop.
Tips ini sebenarnya relevan
dengan jurinya juga sih. Bagi yang pada era 90an udah abege, pasti masih
ingetlah gimana penampilan mas Anang waktu itu yang rocker banget, dengan
rambut panjang dan lagu rock yang melengking-lengking. Tapi seiring waktu, pria
yang tinggal selangkah lagi duduk di Senayan sebagai anggota legislatif ini,
justru bermetamorfosis dengan lagu-lagu pop dan belakangan malah nyanyi pop
dangdut bareng istrinya Ashanty.
Nah, sekarang mari kita
analogikan dengan menulis. Kalau tempo hari, analoginya adalah, bahwa
karakteristik yang kuat akan membuat karya kita punya ciri spesifik, dan ini
juga bisa mendukung branding sebagai penulis. Untuk yang kedua ini, maka
penulis disarankan untuk bisa menulis apa saja, karena kemampuan multiwriting
itu juga mencerminkan kualitas si penulis. Dan kalau dikaitkan dengan materi, bisa
nulis apa aja, peluang rejekinya juga bisa lebih gede.
Tetapi, hal ini juga
memunculkan kekhawatiran lain, kalo jadi penulis gado-gado begitu, nanti
branding-nya bisa inkonsisten dong? Hari ini nerbitin novel, bulan depan
nerbitin non fiksi, bulan depannya lagi malah nulis novak, dan seterusnya. Kalo
ada yang nanya, si A itu penulis apa sebenernya? Ya jawabannya penulis
multiwriting-lah, hehe.
Lalu, lebih baik mana
dong kalo gitu, jadi penulis yang bertahan dengan karakter tertentu dan menguatkan
branding-nya dari situ, atau jadi si multiwriter?
Menurut saya sih,
disesuaikan dengan karakter dan kecenderungan masing-masing aja ding. Sebagian penulis
mungkin merasa nyaman saat menulis jenis tulisan yang sama sepanjang waktu,
nggak bosen-bosen, ya wis, berarti pilihan pertama adalah yang paling pas buatnya.
Keuntungan yang dia dapet dari sini, ya tentu aja ketajaman tulisannya di
bidang tersebut jadi kian terasah, dan branding-nya juga kian kokoh.
Tetapi, ada juga nih,
sebagian penulis yang hobi banget jadi kutu loncat, bosenan-nya minta ampun,
dan terus menulis di genre yang sama baginya adalah siksaan. Nah, buat yang
type ini, maka pilihan kedua sepertinya lebih cocok. Keuntungannya, dia bisa
memiliki kemampuan menulis yang beragam, dan kalau ternyata apapun jenis tulisan
yang dia kerjakan, semuanya bagus, dia juga punya peluang meraih segmen pembaca
yang lebih heterogen.
Tetapi lagi nih, kalo
boleh saya saranin, bagi teman-teman yang berada pada kecenderungan yang kedua,
silahkan kalo mau jadi penulis multiwriting, tapi akan lebih baik lagi kalau
karakteristik tulisan tetap dipertahankan dan terus diasah. Jadi apapun jenis
tulisannya, karakternya tetap menonjol.
Kita kembali ke
Indonesian Idol lagi nih buat analoginya. Bagi yang setia ngikutin, kontestan
mana coba yang menerapkan cara ini? Iyup, sepertinya, lagi-lagi saya harus
meng-upload si metal-plontos-ganteng ini lagi dalam bagian ini. *modus.com*

Karena diantara
semua kontestan Idol tahun ini, dia ini deh, yang mengikuti nasehat mas Anang. Kalo
di awal-awal audisi, nyanyinya pure metal terus, makin ke ujung, malah lebih
banyak nyanyiin lagu pop rock biasa. tapi ya itu, apapun lagunya, ciri-ciri
metal arabiannya tetap nongol.
Walaupun dari hasil iseng-iseng nonton youtube, banyak juga fans pure metal yang ngaku kecewa dengan metamorfosis Husein ini, tetapi pilihan ini ternyata membawa keuntungan juga tho, bisa dapet runner-up Indonesian Idol? Kalo nyanyinya pure metal terus, belum tentu juga kali yaa bisa diterima sama kuping yang nggak biasa dengerin lagu-lagu model cadas gitu.
Walaupun dari hasil iseng-iseng nonton youtube, banyak juga fans pure metal yang ngaku kecewa dengan metamorfosis Husein ini, tetapi pilihan ini ternyata membawa keuntungan juga tho, bisa dapet runner-up Indonesian Idol? Kalo nyanyinya pure metal terus, belum tentu juga kali yaa bisa diterima sama kuping yang nggak biasa dengerin lagu-lagu model cadas gitu.
Next : menyanyi itu
juga adalah seni menyampaikan. Jadi seorang penyanyi harus mampu menyampaikan
pesan lagu dan nggak hanya bernyanyi thok.
Menulis juga begitu
lho, sob. Kemampuan seorang penulis juga bisa dilihat dari bagaimana dia menyampaikan
pesan dari tulisannya dengan cara yang bisa diterima (dan lebih baik lagi kalo
disukai) oleh pembaca.
Sukaaaaaaa...:)
ReplyDelete-Brin-
Eni kok anonim blognya?
ReplyDeleteWah, masih ada lanjutannya ya? mantaap, jadi berasa baca cerita bersambung, hihiii
ReplyDelete:D males nulis panjang2 aja sebenernya mbak
ReplyDelete