Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

Kenapa saya (suka) nonton Indonesian Idol part-2



Melanjutkan catatan tempo hari, kali ini tips yang diberikan oleh juri lainnya (Anang Hermansyah – red) sedikit berbeda dari komentar yang udah kita obrolin pada bagian lalu. Jika Ahmad Dhani menyarankan para kontestan untuk mempertahankan karakter yang dimiliki, maka mas Anang justru menyarankan agar seorang penyanyi harus “fleksibel”, serba bisa, bisa menyanyikan lagu apa aja, karena ketika manggung, seorang penyanyi harus bisa mengakomodir apapun request penontonnya, minta ngedangdut, ya nyanyi dangdut, minta ngepop, ya nyanyi lagu pop.


Tips ini sebenarnya relevan dengan jurinya juga sih. Bagi yang pada era 90an udah abege, pasti masih ingetlah gimana penampilan mas Anang waktu itu yang rocker banget, dengan rambut panjang dan lagu rock yang melengking-lengking. Tapi seiring waktu, pria yang tinggal selangkah lagi duduk di Senayan sebagai anggota legislatif ini, justru bermetamorfosis dengan lagu-lagu pop dan belakangan malah nyanyi pop dangdut bareng istrinya Ashanty.

Nah, sekarang mari kita analogikan dengan menulis. Kalau tempo hari, analoginya adalah, bahwa karakteristik yang kuat akan membuat karya kita punya ciri spesifik, dan ini juga bisa mendukung branding sebagai penulis. Untuk yang kedua ini, maka penulis disarankan untuk bisa menulis apa saja, karena kemampuan multiwriting itu juga mencerminkan kualitas si penulis. Dan kalau dikaitkan dengan materi, bisa nulis apa aja, peluang rejekinya juga bisa lebih gede.

Tetapi, hal ini juga memunculkan kekhawatiran lain, kalo jadi penulis gado-gado begitu, nanti branding-nya bisa inkonsisten dong? Hari ini nerbitin novel, bulan depan nerbitin non fiksi, bulan depannya lagi malah nulis novak, dan seterusnya. Kalo ada yang nanya, si A itu penulis apa sebenernya? Ya jawabannya penulis multiwriting-lah, hehe.

Lalu, lebih baik mana dong kalo gitu, jadi penulis yang bertahan dengan karakter tertentu dan menguatkan branding-nya dari situ, atau jadi si multiwriter?

Menurut saya sih, disesuaikan dengan karakter dan kecenderungan masing-masing aja ding. Sebagian penulis mungkin merasa nyaman saat menulis jenis tulisan yang sama sepanjang waktu, nggak bosen-bosen, ya wis, berarti pilihan pertama adalah yang paling pas buatnya. Keuntungan yang dia dapet dari sini, ya tentu aja ketajaman tulisannya di bidang tersebut jadi kian terasah, dan branding-nya juga kian kokoh.

Tetapi, ada juga nih, sebagian penulis yang hobi banget jadi kutu loncat, bosenan-nya minta ampun, dan terus menulis di genre yang sama baginya adalah siksaan. Nah, buat yang type ini, maka pilihan kedua sepertinya lebih cocok. Keuntungannya, dia bisa memiliki kemampuan menulis yang beragam, dan kalau ternyata apapun jenis tulisan yang dia kerjakan, semuanya bagus, dia juga punya peluang meraih segmen pembaca yang lebih heterogen.

Tetapi lagi nih, kalo boleh saya saranin, bagi teman-teman yang berada pada kecenderungan yang kedua, silahkan kalo mau jadi penulis multiwriting, tapi akan lebih baik lagi kalau karakteristik tulisan tetap dipertahankan dan terus diasah. Jadi apapun jenis tulisannya, karakternya tetap menonjol.

Kita kembali ke Indonesian Idol lagi nih buat analoginya. Bagi yang setia ngikutin, kontestan mana coba yang menerapkan cara ini? Iyup, sepertinya, lagi-lagi saya harus meng-upload si metal-plontos-ganteng ini lagi dalam bagian ini. *modus.com*

Instagram photo by aniswhisper - What do ya think? ;)
Karena diantara semua kontestan Idol tahun ini, dia ini deh, yang mengikuti nasehat mas Anang. Kalo di awal-awal audisi, nyanyinya pure metal terus, makin ke ujung, malah lebih banyak nyanyiin lagu pop rock biasa. tapi ya itu, apapun lagunya, ciri-ciri metal arabiannya tetap nongol. 

Walaupun dari hasil iseng-iseng nonton youtube, banyak juga fans pure metal yang ngaku kecewa dengan metamorfosis Husein ini, tetapi pilihan ini ternyata membawa keuntungan juga tho, bisa dapet runner-up Indonesian Idol? Kalo nyanyinya pure metal terus, belum tentu juga kali yaa bisa diterima sama kuping yang nggak biasa dengerin lagu-lagu model cadas gitu.

Next : menyanyi itu juga adalah seni menyampaikan. Jadi seorang penyanyi harus mampu menyampaikan pesan lagu dan nggak hanya bernyanyi thok.
Menulis juga begitu lho, sob. Kemampuan seorang penulis juga bisa dilihat dari bagaimana dia menyampaikan pesan dari tulisannya dengan cara yang bisa diterima (dan lebih baik lagi kalo disukai) oleh pembaca.

4 comments

  1. Sukaaaaaaa...:)


    -Brin-

    ReplyDelete
  2. Wah, masih ada lanjutannya ya? mantaap, jadi berasa baca cerita bersambung, hihiii

    ReplyDelete
  3. :D males nulis panjang2 aja sebenernya mbak

    ReplyDelete