Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

RESENSI NOVEL DAUN KAMBOJA LURUH SATU-SATU : SAATNYA ME'NOL'KAN SUBJEKTIVITAS




Judul : Daun Kamboja Luruh Satu-satu
Penulis : Ifa Avianty
Penerbit : Leutika Publisher
Tahun : 2011


Sinopsis :
Adis, kehidupan keluarganya yang tidak harmonis membuatnya cenderung menyimpan banyak masalahnya sendiri. Adis semakin merasa sunyi ketika mamanya meninggal, sementara papanya sibuk bekerja, dan ketiga kakaknya asyik dengan dunianya masing-masing.

Kesunyian Adis mulai terusik ketika dia bertemu dengan Radian, seorang mahasiswa S3 yang ternyata juga Pembina CS. Keduanya kemudian saling jatuh cinta, tapi sama-sama kurang sepakat dengan konsep pacaran.

Sementara itu, masalah datang bertubi-tubi menimpa Adis. Ketiga kakaknya terjerumus ke dalam pergaulan yang salah. Papanya juga tak kunjung pulang dari tugas kerjanya.

Lalu, apa yang terjadi kemudian? Apakah keluarganya akan kembali ceria tanpa Mama? Ada apa dengan Papa? Bagaimana akhir hubungan Adis dan Radian? Serta, bagaimana seorang gadis seperti Adis menyelesaikan semua masalah ini?


========================================================================

Oke deh langsung ke pokok pembicaraan ajah, kali ini saya terus terang bilang bahwa hal yang cukup sulit saat ‘sekedar’ ngobrolin tentang buku adalah ketika harus berdiri di sisi objektivitas dan me’nol’kan segala subjektivitas. Biarpun review yang selalu saya tulis sebenernya hanya berdasarkan apa yang saya rasakan dan pengalaman apa yang saya dapatkan, tetap saja saya berusaha objektif.

Melupakan dengan cara apa saya ngedapetin buku itu – beli ato dikasih – juga mengabaikan penulisnya dari sisi lamanya jam terbang – senior ato pemula -, ini biasanya masih bisa teratasi. Yang sulit justru saat harus melepaskan persepsi, selera dan pengalaman saya dari buku yang baru usai dibaca.

Kalo ditanya buku dan serial teve apa yang paling saya ingat? Maka jawaban saya adalah Trio Detektif dan Macgyver! Langsung ketahuan deh, saya emang tergila-gila sama deskripsi dan visualisasi cerita detektif. Dan dari SD sampe SMP, saya memang ‘besar’ bersama Trio Detektif dan Macgyver. Bersama entah sudah berapa puluh buku Trio Detektif yang saya baca (yang rata2 dari pinjeman) dan entah berapa ratus episode Macgyver.

Jadi, mohon dijawab jujur ya, saat teman2 membaca buku (novel), berapa kali adegan kebetulan dan pengulangan peristiwa yang masih dianggap ‘wajar’? Satu? Dua? Tiga?
Bagi saya yang udah bertahun2 dicekoki kisah2 detektif yang selalu meminimalisasi adegan kebetulan dan menyamarkan setiap kebetulan dalam uraian peristiwa yang detail sehingga kesan kebetulan menjadi sangat tipis, maka saat menemukan tiga kali adegan kebetulan dan tiga kali pengulangan peristiwa dalam satu novel, saya sudah menganggapnya overload. Juga untuk ending yang mostly happy, bagi saya akan lebih rasional kalo gak semuanya (ato hampir semuanya) harus berakhir dengan kebahagiaan.

Tapi saya juga tak mau berpanjang-panjang soal ini, karena toh novel yang tengah saya obrolin adalah novel bergenre remaja. Dan saya yakin kebanyakan remaja juga lebih menyenangi novel yang ringan, tak butuh alur benang rumit sehingga salah besar saya kalo mengharap novel remaja juga harus memenuhi selera saya yang jelas bukan remaja lagi dan rada anomali.

Berbeda dengan beberapa novel chicklit dan metropop mbak Ifa yang pernah saya baca, novel ini terasa tenang, romantis dan mengharukan. Tema yang sesungguhnya biasa, tentang keluarga yang broken home mampu disulap mbak Ifa menjadi tema yang ‘berkilau’. Ibaratnya nih, kalo si mpok dikasih telur ayam dan disuruh nyeplok, jadinya ya telur ceplok doank, tapi kalo dikasih ke mbak Ifa, bisa bermetamorfosa jadi telur ceplok saus kacang atau bahkan telur ceplok bumbu rujak!

Ada satu poin penting yang pengen saya utarakan, bahwa dari pengulangan peristiwa ‘hamil diluar nikah’ yang terjadi secara beruntun (sampe tiga kali kalo gak salah) dalam novel ini, terlepas dari soal subjektivitas diatas, saya menangkap pesan yang ingin disampaikan mbak Ifa, bahwa inilah realita! Meski memiriskan, nyatanya angka kehamilan diluar nikah pada generasi jaman ini terbilang luar biasa (silahkan deh pada googling sendiri), dan dengan cara yang halus mbak Ifa juga berusaha sampaikan bahwa kehamilan diluar nikah akan mendatangkan efek negatif termasuk diantaranya rentan terhadap kanker hingga nyawa yang terenggut.

Hm, realita ini memang terbilang kronis. Saya sangat2 mengharapkan, entah dengan bagaimana caranya, realita ini tak hanya sekedar mengundang kalimat apatis ‘jaman emang udah edan’ ato ‘mau gimana lagi, pergaulan anak sekarang emang bablas’, juga gak lagi sekedar menganggap pernikahan kedua pihak yang kebablasan adalah upaya ‘penyelamatan’ yang paling ‘aman’.

Karena, jika kita sudah menggali konsep2 agama yang haq, betapa kita akan menemukan hal2 yang jauh lebih krusial disamping ancaman terhadap kesehatan dan nyawa pelakunya (terutama kaum wanita) yang juga gak kalah krusial, termasuk tentang larangan menikahi wanita yang hamil diluar nikah dan larangan sang ayah biologis menjadi wali pernikahan terhadap anak perempuan dari hasil perzinaan. (silahkan digali sendiri deh, saya bukan ahlinya untuk bicara banyak soal ini).

Justru apa yang lebih penting adalah bagaimana mencegah adanya ‘ML’ bahkan kalo bisa, jangan ada pacaran sebelum nikah. Emak2 jaman sekarang udah banyak yang terlongo dan mengurut dada, saat menyadari realita bahwa gadis remaja jaman ini bahkan banyak sudah hafal cara mencegah kehamilan saat berhubungan dan punya frekuensi ML yang teratur selayaknya suami istri. Naudzubillahimin dzalik....

So, meski belum tahu persis cara terefektif untuk menanggulangi kemaksiatan yang kadung dianggap lumrah ini, saya pengen menghimbau deh para penulis2 wanita yang senior, yang masih peduli sama keselamatan generasi pelapisnya, yuk lebih banyak berkarya untuk para remaja, dengan menghasilkan novel2 remaja berkualitas, berisi pesan moral positif tanpa terkesan menggurui, mudah2an dapat meredam dan mengimbangi efek arus novel2 remaja termasuk novel remaja terjemahan yang kadung me’lumrah’kan hal yang sebenarnya terlarang, dan mudah2an saja – at least – bisa menjadi kontribusi positif pada pembentukan karakter remaja jaman ini yang lebih kokoh dan religius.

Hari ke-10 battle challenge #31hariberbagibacaan
 

No comments