Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

REVIEW NOVEL SILANG HATI

Judul: Silang Hati
Penulis: Sanie B. Kuncoro & Widyawati Oktavia
Jumlah Halamanan: 332 hlm
Ukuran: 13 x 19 cm
Harga: Rp49.000
ISBN: 979-780-479-8

Bagaimana caraku menatapmu, memandangmu lurus-lurus tanpa rasa bersalah? Karena setiap kali aku berhadap-hadapan denganmu, berusaha bereaksi atas senyuman tulusmu, aku seketika menundukkan kepala. Saat melihatmu, aku melihat dirinya.
Cinta memang bukan sesuatu yang bisa dipermainkan, dan sayangnya, aku baru menyadari ketika benar-benar terperosok ke dalamnya. Seperti pasir isap, sulit bagiku untuk keluar dari segitiga ini. Ada tiga sisi di cinta ini, ada tiga perasaan yang tengah dipertaruhkan.
Tak seharusnya ini terjadi, aku tahu itu. Tapi, kau dan dia bagaikan air dan udara—bagaimana bisa aku memilih hidup dengan salah satunya saja?





Novel ini adalah salah satu dari proyek duet Gagas, terdiri atas dua novelet yang ditulis oleh dua orang penulis. Sesuai judulnya, novel duet kali ini memang tema sentralnya adalah tentang hati yang bersilangan, atau tentang cinta segitiga. Tema klasik yang tak pernah kering untuk digali dan udah mewarnai – mungkin – ratusan novel romance yang pernah terbit.  

Bagian pertama dari dua novelet ini ditulis oleh Sanie B. Kuncoro dengan judul  Senandung Hujan. Dan ketiga tokohnya yang saling mengalami persilangan hati adalah  Rajesh-Magnolia-Lotus (I love these names :)). Sesuai ciri khas pola tutur mbak Sanie selama ini, novelet ini mengalir dalam liris-liris puitis dan romantis, didukung pula oleh setting yang tak kalah romantis seperti hutan pinus, cafe berdinding bata dan selipan nuansa yang akan mengingatkan pembaca pada dongeng masa kecil tentang si gadis penjual korek api.

Setelah terakhir kali membaca novel mbak Sanie “Garis Perempuan”, cukup lama juga saya tidak lagi berinteraksi dengan karya-karyanya, jadi, jujur saja, saya butuh membaca hingga lewat 40an lembar dari bagian ini untuk bisa beradaptasi kembali dengan gaya tutur mbak Sanie. Dan syukurnya, lewat dari itu, saya nggak hanya sekadar bisa beradaptasi kembali, tetapi juga berhasil menemukan kembali alasan kenapa dulunya saya pernah begitu menyukai karya-karya mbak Sanie yang banyak tersebar di Femina dalam bentuk cerpen dan cerber. Gaya tutur yang sangat khas, beberapa narasinya mampu membuat saya untuk sesaat merenung dan mengulang kembali untuk meresapi makna dari rangkaian kalimat puitisnya, sampai-sampai saya berharap bahwa keseluruhan bagian ini terdiri atas narasi saja (jelas nggak mungkin, ya? :)), karena ketika beberapa dialognya juga ikut-ikutan mengalir dalam bentuk yang sedikit baku tetapi puitis (duh, gimana ya bilangnya? :)), sehingga rasanya nggak mungkin deh di realita orang bakal ngomong seperti itu, membuat beberapa lembar dari bagian ini terasa sedikit mengganggu.

Lanjut ke novelet kedua berjudul Persimpangan karya mbak Widyawati Oktavia, yang selama ini saya kenal sebagai editor, tapi saya yakin banget kalau memang nggak salah, Gagas memasangkan mereka berdua di dalam novel ini. Karena mbak Iwied itu kalo udah bikin blurb novel, romantisnya kagak nahan, juga prosa-prosa liris yang ada di blognya, kalo udah nyinggah, susah berhenti pas bacanya :)

Pada bagian kedua ini, ketiga tokohnya yang saling bersilangan hati itu adalah Aria-Rubina-Hana. Meski tokohnya berbeda, tetap ada benang merah yang menghubungkan dengan novelet pertama.
Pada bagian-bagian awal, yang saya  rasakan, kalau pola tutur beberapa novel romance terbitan Gagas dan Bukune ikut memberi warna pada novelet ini, (atau perasaan saya aja kali ya? J) tetapi semakin ke belakang, baru deh secara perlahan-lahan kita akan semakin tersedot oleh gaya tutur mbak Iwied yang juga nggak kalah romantis dan puitis dengan mbak Sanie. Bagian ini juga jadi kian cantik dengan quote-quote manis yang menjadi pembuka bab. Hanya bedanya, kalau pada novelet pertama, ketiga tokoh utamanya cukup berperan dominan, pada bagian ini, tokoh yang bernama Hana kehadirannya terasa hanya jadi figuran aja.
Buat pembaca yang mungkin kurang familier dengan novel romance, bagian ini memang alurnya terasa agak lambat dan sedikit boring (sorry :)). Tetapi buat pecinta romance, dijamin deh, bakal dibikin klepek-klepek :). Ini nih beberapa kutipan quotenya :

Cinta bukanlah sesuatu yang rumit, hanya sesuatu yang membuatmu tenang – membuatmu nyaman. Dan yang penting, tak membuatmu hilang harapan.

Aku menyimpan cinta tetap di hati – agar ia tak menguap dan menyusut hanya karena panas-dingin cuaca yang sedang tak jelas musimnya.

Tuh, keren abis kan? Kalo saya dark chocolate, dan tulisan mbak Iwied ini api kompornya, pasti deh saya udah meleleh-leleh. Yang jelas, ini adalah satu dari sedikit novel yang saya baca, yang kesan after reading ngepas banget dengan ekspektasi saya sejak awal, nggak kurang nggak lebih.

Selamat buat keduanya, ditunggu debut (solo) selanjutnya. Mohon maaf kalau reviewnya kurang memuaskan, hehe, nggak pinter bikin review sih :D

 


2 comments

  1. kemaren liat di gramed. mau ambil, masih bokek! hahaha.... besok2 ambil ahhh...
    xD

    ReplyDelete
  2. Paula jg dh bc, bs tny2 dia jg kesannya :-)

    ReplyDelete