Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

Pada Perhinggaan Hatimu, Novel Patah Hati yang Humanis dan Berkelas



Sinopsis :

Ini kisah tentang Enjang, perempuan muda yang pergi ke perbatasan demi menyambung masa depan. Tentang Salini, yang harus memilih, dia atau kakaknya yang terluka. Perihal Randu, lelaki dari Timor yang mengabdikan sebagian hidupnya. Dan Nina, seorang penulis yang terluka oleh tokohnya sendiri. 

Mereka bertemu di garis waktu, bersisian, beririsan. Pada perhinggaan, mereka bertanya, ketika tak ada yang bisa diubah dari kenyataan, masih bisakah menggeser sudut pandang dan berdamai dengan kenyataan itu? dan jika hati adalah rumah, bagaimana seseorang bisa pulang pada hati yang bukan rumahnya?

 

*******

 Ini adalah novel kedua di Storial, yang Alhamdulillah, dapat saya selesaikan membacanya bulan ini. Sebelumnya saya telah menyelesaikan novel Penyap karya Sayyidatul Imamah dan resensinya juga telah saya post di sini.

Untuk novel-novel di platform, saya memang cenderung memilih novel-novel yang unik, antimainstream dan intuisi saya mengatakan, you’ll get something here, saat membaca sinopsisnya. Dan terlepas dari sinopsis novel ini yang memang “menjanjikan”, ditambah pula keberhasilannya meraih juara kedua dalam kompetisi Novela Pulang yang digelar Storial beberapa bulan lalu, nama penulisnya sendiri, Shabrina WS, sudah menjadi jaminan kualitas.

Ya. Saya tidak pernah meragukan tulisan Shabrina sejak membaca cerpen pertamanya. Kami juga pernah menulis novel duet dan non fiksi. Dan novel duet pertama kami, Ping! A Message From Borneo, meraih juara pertama lomba novel remaja tahun 2011, dan turut pula hadir sebagai cameo dalam kisah ini.

 

Ingin baca novel-novel di Storial? Klik : https://www.storial.co/

Baiklah, sepertinya prolog saya agak kepanjangan. Saya akui, saya memang selalu bersemangat saat menulis sesuatu tentang karya Shabrina. Selalu ada dorongan alamiah untuk membicarakan tulisannya dan mengenalkan karya-karyanya kepada lebih banyak orang, dan salah satunya, mudah-mudahan terwujud lewat resensi sederhana ini.

Dari sisi tema, novel ini sebenarnya mengangkat tema universal yang telah hadir dalam jutaan novel dan drama, yaitu tentang patah hati, atau cinta yang tak berbalas. Namun, di tangan Shabrina, tema yang umum ini berhasil dikemas dengan cerdas, penuh penjiwaan, dan memiliki nilai lebih saat diharmonisasikan dengan latar kehidupan di daerah transmigrasi serta masalah-masalah sosial seperti : risiko menikah muda, rendahnya pendidikan, dan tuntutan hidup yang memaksa manusia untuk bekerja secara illegal.

Bicara tentang latar, seperti juga novel-novel Shabrina yang lain, dia selalu serius menggarapnya sehingga tidak terkesan seperti tempelan saja. Shabrina tidak hanya berhasil mendeskripsikan lokasi dengan baik tetapi juga menampilkan kehidupan masyarakat yang menjadi latar cerita. Membaca novel ini, kita seakan dapat merasakan getir pahit kehidupan di wilayah trans yang gersang dan sulit untuk tanaman tumbuh subur.

 

Lokasi transmigrasi itu berada di perbukitan terpencil. Kemanapun mata berpaling, yang tampak adalah area perkebunan sawit muda. Menghampar luas hingga perbatasan Serawak, Malaysia.

Tempat tinggal warga tersebar di area yang mirip lingkaran jika dilihat dari udara. Jalan tanah podsolik seperti garis kuning kemerahan yang ditarik, menyatukan rumah-rumah berjejer di kiri kanan.

Belum ada satu warga pun yang mendapat lahan garapan. Sementara biji-biji jatah yang mereka sebar di pekarangan tak ada yang tumbuh. Semangat berkobar sejak menjejak kaki di tanah ini seolah ditelan bumi.

 

Dibandingkan novel-novel Shabrina sebelumnya yang pernah saya baca, dari segi konflik, novel ini menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Jika biasanya novel-novel Shabrina identik dengan alur yang mengalir lembut dan riak konflik yang tidak terlalu besar, novel ini justru berhasil mengemas konflik yang cukup berkelok-kelok, berkelindan diantara kisah para tokohnya, dan menggiring rasa penasaran untuk terus membaca kelanjutannya.

Hal yang sama juga terjadi pada penokohan. Nyaris tidak ada karakter yang “terbuang” atau sia-sia. Semuanya punya peran untuk menggerakkan plot dan andai salah satunya disingkirkan, cerita ini akan berkurang keutuhannya.

Nah, ada satu hal menarik tentang karakter ini. Diantara sederet kemajuan yang dicapai Shabrina dalam novel ini, ada satu hal yang nyaris tak pernah berubah. Karakter tokoh-tokohnya, selalu menampilkan kombinasi antara kemandirian dan keteguhan menghadapi cobaan hidup dengan perasaan yang sensitif atau rada baperan.

Contohnya saja Enjang. Wanita ini digambarkan sebagai sosok single parent yang tegar berjuang menghidupi kedua anaknya di wilayah trans, tetapi di sisi lain, trauma yang dialaminya karena ditinggal sang suami membekaskan luka yang sangat dalam dan membuatnya kapok jatuh cinta lagi. Dia juga memilih mengorbankan perasaannya demi menjaga hati Salini sang adik, yang jatuh cinta kepada pria yang menyukai dirinya.

Juga ada Nina. Sang penulis novel yang begitu gigih ingin bertemu Randu di Kalimantan sehingga sanggup menyelipkan niat itu dibalik keikutsertaannya dalam misi penyelamatan satwa langka. Padahal Randu, hanyalah sosok yang ia kenal lewat komunikasi-komunikasi virtual. Namun itu sudah cukup untuk membangkitkan harapannya, bahkan rasa cemburunya saat pria itu bercerita tentang Enjang.

Tentang Randu, ah, bagi kalian yang sudah membaca novel Shabrina berjudul Always Be in Your Heart, pasti sudah mengenal sosok lelaki dengan “kulit berwarna tembaga” ini. Dan jika kalian masih ingat apa yang terjadi pada Randu dalam novel itu, jangan dulu berharap kisah Randu dalam novel ini akan berakhir “sebagaimana mestinya”. Tidak, kawan. Karena novel ini terlalu realistis untuk berakhir dengan “happily ever after”.

Dan, belum lengkap resensi ini tanpa membincang diksi Shabrina yang khas, lembut, puitis dan bermakna dalam. Diksi yang mampu membawa kita menyelami hati para tokohnya saat patah hati, kecewa, cemburu, marah dan terluka. Diksi yang membuat saya yakin, adalah hasil olahan rasa, pikiran dan pengalaman menulis yang sama baiknya.

 

Tapi keadaan tak lagi sama. Dia tidak akan pernah takluk dengan kata-kata. Waktu telah mengubahnya serupa besi, dipanggang nyala api, mendapat tempaan demi tempaan. Enjang, wanita itu telah bersumpah pada dirinya sendiri, bahwa ia tak akan membiarkan lelaki asing memasuki kehidupannya.

Gadis itu memejam. Merasai nyeri yang masih menusuk-nusuk dadanya. Merasakan ada yang tersayat. Ada yang robek. Jauh di dalam sana. Di hatinya.

 

Hati kita pun ikut tersayat saat meresapi kalimat-kalimatnya, bukan?

 

Terlepas dari typo yang cukup sering muncul, sungguh, saya salut dengan Shabrina yang berani mengangkat novel ini di tengah-tengah belantara novel cinta di platform yang selalu khas Cinderella syndrome, tokoh yang rata-rata tampan dan cantik serta berlatar kehidupan perkotaan.

Pada Perhinggaan Hatimu, adalah novel cinta yang realistis, membumi, berlatar lokasi wilayah yang “sulit” juga sarat muatan humanis.

Tadi sore saat jogging, saya mendengar lagu Pupus (Dewa 19) seraya membaca komentar-komentar di videonya. Dan banyak netizen yang menahbiskan lagu Pupus sebagai lagu patah hati yang paling berkelas.

Meminjam komentar para netizen tersebut, saya pun tak ragu mengatakan, bahwa novel ini adalah novel patah hati yang berkelas dan berkualitas, yang pernah saya baca. Karena patah hati versi novel ini, bukanlah patah hati yang membuat para tokohnya terpuruk, melainkan membawa pada perenungan akan kehidupan dan menemukan hikmah positif untuk terus melangkah. Juga mengajak para pembacanya untuk tidak meratapi patah hati, tetapi memaknainya sebagai pelajaran hidup yang berharga.

 

Judul                     : Pada Perhinggaan Hatimu

Penulis                 : Shabrina WS

Tahun                   : 2020

Kategori               : Adult Romance

 

Untuk membaca novel-novel adult romance lainnya di Storial, silakan klik : https://www.storial.co/adult-romance

 

#ReviewNovelStorial #GenerasiBacaOnline

 

 

 

13 comments

  1. Masya Allah, Mbaaak... berkaca-kaca bacanyaaa... rasanya dah bermusim2 ngga baca review Mbak...
    Makasiih banyak, Mbak. Makasiih untuk semua pelajaran berharganya.

    ReplyDelete
  2. Waah, beneran cerita patah hati dengan konflik yang ada, namun ga larut didalamnya dan bagaimana untuk terus move on karena di balik patah hati ada hikmahnya ya.
    Salut buat penulisnya dan yang ngeripyunyaaa, jadi terbawa alur ceritanya.

    ReplyDelete
  3. Sepertinya menarik nih ya novel ini.. Judulnya menarik, nama tokoh2nya unik ya.. Gak sabar pengen ikut baca nih..

    ReplyDelete
  4. Wah asyik nih terutama patah hati yang membuahkan perenungan2, rasa sakit seperti ini akan membuat kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan bijak ya... hehe...

    ReplyDelete
  5. wahhh saya udah lama gak baca novel tentang patah hati nih, Mba. Dulu suka banget novel dengan tema ini, dan setelah baca tulisan ini kok jadi kangen pengen baca novel dengan tema ini lagi :)

    ReplyDelete
  6. aku jadi pengen baca juga, soalnyanmemang beliau pandai sekali membuat cerita biasa jadi tak biasa. Ini menang kemarin ya saya belum baca mau ah tar ke Storial. Kebetulan udah download dan punya akun

    ReplyDelete
  7. Kenal istilah transmigrasi sekitar SD atau SMP. Sepertinya sebatas istilah. Dulu tidak terbayang kehidupan di daerah transmigrasi punya tantangan yang besar.

    ReplyDelete
  8. Wah boleh banget nih entar aku ikut baca2 novel ini..jd penasaran isinya bagaimana

    ReplyDelete
  9. Selalu suka review ala Mba ini dikupas dari segi cerita, alur hingga diksinya jadi penasaran banget pengen baca novelnya belum pernah juga ke storial ntar cek dulu ah

    ReplyDelete
  10. Settingnya di perbatasan ya mba.. dan cerita patah hati memang tiada habisnya memang

    ReplyDelete
  11. kurang lebih plotnya mirip sama CLOY drama Korea ya mbak :) tapi kalau endingnya sedih saya nggak suka hahaa

    ReplyDelete
  12. Bikin tulisan fiksi ini yang terpenting adalah konsistensi penokohannya yaa, kak.
    Aku suka banget..kisahnya mengharu biru.

    ReplyDelete
  13. Aku orangnya gampang banget kebawa perasaan. Terlalu mendalami cerita. Belum sampe nangis sih skr. bukunya bagus, pengen baca lengkapnya deh.

    ReplyDelete