“Kita masih punya waktu
satu bulan, An. Kamu sebenarnya serius nggak sih, dengan rencana pernikahan
kita?” Aku menatap Andra lekat campur gemas. Bagaimana tidak? Satu bulan lagi kami akan menikah, namun
sikap Andra seolah-olah pernikahan kami baru akan berlangsung satu tahun lagi.
“Tentu saja serius
dong, Ka. Kalau nggak serius, aku nggak bakalan nemenin kamu nyari souvenir
sekarang.” Andra menjawab dengan mata yang tetap saja tertuju pada layar
ponselnya.