Hidup pada hakikatnya adalah sebuah perjalanan. Namun terkadang,
kita melangkah terlalu cepat, hingga alpa memberi perhatian ekstra pada kelebat
demi kelebat peristiwa, alpa pula memungut hikmah yang terserak di dalamnya, bahkan
justru membiarkannya berceceran di jalanan.
Dalam buku ini, kita akan menemukan hal sebaliknya. Buku yang
berisi kumpulan perenungan dari apa yang dialami sendiri oleh penulis,
interaksinya dengan orang-orang di sekitarnya juga dari apa yang dilihat,
didengar, dan dibaca.
Buku ini terbagi atas tiga bab atau Jeda. Diawali dengan
Jeda Pertama yang merangkum kisah-kisah bertemakan rasa syukur. Di sini, terdapat
kisah-kisah dan perenungan penulis akan hikmah dibalik kisah tersebut, yang
jujur saja, membuat hati saya tersentuh. Sebut saja salah satunya tentang kisah
Kakek Pengemis di Depan Toko (hal. 23), dimana sang kakek dengan tubuh
menyimpan jejak penyakit lepra, diantara kesehariannya meminta belas kasihan orang
yang lalu lalang, dia masih menyempatkan diri untuk menunaikan shalat, membaca
Al-Quran dengan mata nyaris menempeli lembar kitab yang bahkan sudah robek
disana-sini. Bandingkanlah dengan kebanyakan manusia yang berada dalam kondisi
sehat wal-afiat, muda dan punya banyak waktu luang, justru dengan santainya
meninggalkan shalat dan menjadikan Al-Quran hanya sebagai penunggu lemari.