Support Me on SociaBuzz

Support Me on SociaBuzz
Dukung Blog Ini

EMPAT JAM BERSAMA BUKUNE


Siang itu, Jumat 23 Agustus 2013, usai menunaikan tugas "negara" di Ditjen PMD di kawasan Pasar Minggu, tiba-tiba terbetik keinginan saya untuk mampir di kantor penerbit, yang dari alamatnya, sama-sama berlokasi di Jakarta Selatan. Saya lalu bertanya pada beberapa orang di kantor tersebut, masih jauh nggak Ciganjur dari sini? Dan jawaban mereka semua sama, nggak jauh lagi kok mbak, tinggal naik angkot nomer sekian, nanti berhenti di bla-bla-bla, dst.

Akhirnya, bermodal jawaban dari orang-orang tersebut, juga dari pembicaraan singkat dengan mbak Iwied (Widyawati Oktavia, editor saya.red) via ponsel, yang kurang lebih jawabannya serupa, saya pun memberanikan diri pergi sendirian ke Ciganjur. Tetapi, saya memilih naik taksi, tidak mengikuti anjuran orang-orang itu untuk naik angkot, karena kawasan ini memang terasa asing bagi saya. Kalau sesekali ke Jakarta, paling banter saya muter-muter di Tenabang doank :D

Di dalam taksi, Elita Duatnofa BBM saya, kebetulan dia tahu kalau saya lagi di Jakarta. Saya jelasin tujuan saya, dan dia bilang, 'dekat vesi orang Jakarta itu lebih kurang 1 jam, mbak'. Olala, mana yang bener nih?

Ternyata, BBM Elita-lah yang paling mendekati kebenaran. Meski udah milih taxi si burung biru, tetep aja supirnya perlu beberapa kali nanya untuk memastikan, dan pas nyampe di sana, ya lebih kurang satu jam juga deh. (untung nggak naik angkot, yakin tersesat deh saya :))



Dan, lagi-lagi deskripsi Elita tentang kantor grup Agromedia ini hampir persis dengan faktanya.  Sebuah rumah yang gede banget, halamannya juga gede banget, dan pagarnya pun gede. Gede semua deh pokoknya, hehe. Tapi suasananya juga adem banget. Banyak pohon, di halaman belakang ada pondok-pondok yang bisa buat leyeh-leyeh.

Pertama datang, saya disambut dan ditemani sama Edo, sambil nunggu Iwied yang lagi di jalan. Cowok berkacamata ini langsung menyambut saya dengan kabar yang cukup menggembirakan, kalau novel First Time in Beijing jadi best seller di Gramedia......(lupa saya Gramedia mana), dan rata-rata penjualan seri STPC nggak terpaut jauh. Alhamdulillah :)

Tak lama, Iwid pun datang. Editor saya yang imut-imut dan ternyata ramah banget. Oh ya, Elita juga datang, kebetulan rumahnya memang nggak jauh dari sini, dan dia bawa coklat. :)

Saya lalu ditawari makan siang. Berhubung sejak dari bandara paginya, saya memang belum makan, tawaran itupun saya sambut tanpa basa-basi. Biarin deh dibilang nggak tahu malu, hihi. Sambil ngobrol, saya juga dikenalin dengan awak redaksi yang lain. Mudin Em yang selama ini hanya pernah kontak via email dan ngurusin relationship redaksi dengan penulis, juga editor Syafial yang penah ngobrol di ponsel dulu waktu menghandle Hati Memilih.Ketiga cowok yang kompak pake baju gelap dan berkacamata bingkai hitam semua :)

Kesan saya dari kru-kru penerbitan ini, orang-orangnya pada muda-muda, enerjik, ramah dan juga kreatif. Meski kedatangan saya mendadak, mereka sempet-sempetnya memunculkan ide untuk promosi. Maka usai menyantap sebungkus nasi padang, saya pun disodori 10 eks novel FTIB untuk ditanda tangani. Edo pun lalu menggelar twitalk di twitter, dan hanya dalam tempo setengah jam, pertanyaan seputar FTIB udah banyak banget.

Nggak hanya sampai disitu, petanyaan-pertanyaan via twitter itu lalu diprint, dimasukin ke dalam vas kaca, dan mereka memanggil videografer untuk syuting dadakan. Ceitanya saya mengambil 5 pertanyaan, lalu dijawab, dan adegan itulah yang di-shoot. (Tahu bakal di-shooting gini, saya dandan abis dulu kali yaa, ini mah bawa tampang lusuh dari bandara langsung ke kantor dinas en sore gini udah nangkring lagi di markas Agromedia :))

Pada silaturahim dadakan ini, Alhamdulillah saya berkesempatan ngobrol cukup lama dengan Iwied, saya minta pendapat jujur Iwied tentang novel-novel saya yang terbit di Bukune so far, dan sejujurnya saya juga ingin novel-novel saya bisa lebih disukai dan lebih laris dari sekarang. Menurut Iwied, saat ini novel romance yang laris memang novel remaja, karena pangsa pasarnya pun dominan remaja, tetapi menurutnya lagi, novel-novel saya juga punya pembacanya sendiri. Jawaban ini cukup melegakan buat saya, karena jujur aja, meski kepingin banget nulis novel remaja, saya sadar saya belum mampu nulis novel remaja.

Nggak terasa, empat jam sudah saya ngobrol ditemani kru-kru Bukune yang asyik punya dan juga Elita, rekan penulis yang manis n multi talenta banget, ya bisa nulis, ya bisa ngajar bimbel n pinter bikin coklat juga :) Oh ya, saya juga dapet oleh-oleh beberapa novel, termasuk kumcer Iwied plus tanda tangan, buku notes Penjual Kenangan, notes STPC dan tempat nyimpen name card.  Makasih yaa.

Pertemuan singkat ini bener-bener berarti deh rasanya. Saya jadi semangat lagi buat tetap nulis di jalur yang udah saya jalani, saya merasa senang dapat ketemu rekan-rekan penebit yang suportif dan ramah-ramah, dan saya berharap akan ada kesempatan berikutnya buat saya bertemu dengan rekan-rekan di Bukune dalam momen yang lebih asyik lagi. Sampai ketemu lagi yaa :D
 

1 comment

  1. .... pengen jadi penulis romance bukune ^_^ pengen bangetttt ...

    ReplyDelete